Tuesday, March 15, 2022

BUKAN MILIKKU 13

 

BUKAN MILIKKU  13

(Tien Kumalasari)

 

Pak Kartomo tertegun, seorang wanita cantik berdiri dengan angkuh di samping Sapto. Ada rasa kesal karena dia tak segera di persilakan masuk.

“Nak, bolehkah saya menemui Retno?”

“Mau apa, sampeyan menemui Retno?” tanya Kori.

“Maaf, siapa wanita yang sangat cantik ini, nak Sapto?”

“O, belum tahu siapa aku ya Pak? Aku ini isterinya mas Sapto ini,” katanya sambil merangkul pinggang Sapto.

Pak Kartomo terkejut. Ia belum pernah mendengar kalau Sapto sudah beristeri. Tapi kenapa wanita cantik itu mengatakan kalau dia isterinya? Ia terus menatap Sapto, memohon kepastian.

“Mengapa menatap suamiku seperti itu? Tidak percaya kalau aku isterinya? Aku Kori, isteri mas Sapto ini,” katanya lagi sambil merangkul lebih erat.

“Tunggu sebentar, saya panggilkan Retno,” kata Sapto sambil beranjak ke belakang, tanpa mempersilakan pak Kartomo duduk.

Pak Kartomo kesal, ia kemudian duduk di kursi teras sambil terus bertanya-tanya dalam hati.

Tiba-tiba ia mendengar suara wanita yang mengaku bernama Kori.

“Tuh, dicari ayah kamu, mau minta uang barangkali,” katanya.

Kemudian Retno keluar. Ia masih kesal pada ayahnya.

“Ada apa Bapak kemari?” tanya Retno yang kemudian duduk di depannya.

“Retno, benarkah wanita cantik tadi isteri nak Sapto?”

“Iya. Bapak baru tahu?”

“Pak Sis tidak pernah mengatakan itu.”

“Iya, haruskah mengatakan lebih dulu agar Bapak menolak keinginannya? Dia punya uang dan Bapak menyukainya,” kata Retno kesal.

“Apakah kamu bahagia?”

“Menurut Bapak, apakah aku harus bahagia?”

“Tapi semua kebutuhan kamu terpenuhi, bukan?”

Retno menghela napas kesal.

“Ada apa Bapak datang kemari?”

“Ini, sebenarnya Bapak memang butuh uang.”

“Apa?”

“Kamar tidur Bapak kan dulu tidak sempat diperbaiki, sekarang ini bocor, harus ditambal di sana-sini.”

“Jadi ….”

“Jadi maksud Bapak, Bapak mau minta uang untuk memperbaikinya.”

“Retno tidak punya uang.”

“Apa suami kamu tidak memberi kamu uang?”

Saat itulah bu Siswanto keluar. Ia mendengar percakapan yang terakhir, tentang kamar bocor yang harus diperbaiki.

“Ada apa Mo?” tanya bu Sis, tanpa duduk.

“Eh, Bu Sis. Maaf saya mengganggu.”

“Kamu mau minta uang kepada anak kamu?”

“Mm_maksud saya … kalau ….”

“Berapa kamu butuh uangnya Mo?”

“Tidak Bu, tidak usah. Biar Bapak mencari sendiri uangnya, saya kira … saya kira Bapak bisa kok,” kata Retno yang merasa sangat malu, karena dia tahu bahwa bu Sis pasti mendengar pembicaraan ayahnya tadi.

“Biar saja,” kata Bu Sis sambil beranjak ke dalam.

Retno kesal sekali. Walau sudah tahu kalau Sapto ternyata sudah punya isteri sebelumnya, tak ada sesal yang tampak pada wajahnya, dan menganggap semua itu adalah hal yang biasa.

“Bapak membuat saya malu,” ucap Retno yang kemudian masuk kedalam.

Pak Kartomo diam saja. Ia hanya menatap anaknya yang beranjak masuk.

“Tampaknya Retno baik-baik saja, walaupun ternyata menjadi isteri muda. Ya sudah tak apa-apa, yang penting kan hidup berkecukupan,” gumamnya pelan.

“Mo, ini uangnya, barangkali cukup,” kata bu Sis tiba-tiba, sambil mengulurkan sejumlah uang.

“Oh, iya Bu, terima kasih banyak. Maaf saya terpaksa datang kemari, karena ….”

“Ya sudah, tidak apa-apa.”

“Sekarang saya permisi Bu.”

Bu Sis hanya mengangguk. Baginya uang bukan masalah, tapi ia kurang suka akan sikap pak Kartomo yang kelihatan sekali memanfaatkan anaknya demi uang.

Ia masuk kedalam begitu pak Kartomo turun dari teras.

Di ruang tengah, dilihatnya Kori dan Sapto sedang duduk.

“Benar kan Bu, ayahnya Retno minta uang?” kata Kori dengan senyuman mengejek.

“Sapto, kamu nanti menginap di sini kan?” kata bu Sis mengacuhkan pertanyaan Kori.

“Ya, tapi saya antar dulu Kori pulang.”

“Tidak, Kori juga akan ikut menginap disini,” kata Kori.

“Kori, suami kamu harus ketemu Retno. Dia juga isterinya. Bukankah kalian besok tetap akan pulang ke Jakarta?”

“Tapi saya ingin bersama mas Sapto.”

“Kamu pulang saja, atau kita tak jadi kembali ke Jakarta besok,” ancam Sapto yang membuat Kori terdiam.

***

Ketika Sapto dan isterinya pergi, Retno keluar menemui bu Siswanto. Sangat tidak enak rasanya melihat ayahnya datang dan meminta uang.

“Bu, maafkan ayah saya.”

“Tidak apa-apa, dia ayah kamu.”

“Tapi dia membuat saya sangat malu. Tak seharusnya bapak mengatakan itu.”

“Jangan dipikirkan. Biarlah kali ini Ibu memberinya. Semoga dia tidak melakukannya lagi.”

Retno menundukkan kepalanya.

“Mengapa kamu memikirkannya? Orang tua meminta uang kepada anaknya itu kan hal yang wajar. Barangkali dia memang benar-benar membutuhkannya. Kamarnya bocor, dan itu harus diperbaiki bukan? Barangkali uang yang diberikan mertua kamu sudah habis.”

Retno semakin menundukkan kepalanya. Ibu mertuanya mengingatkannya secara tidak langsung, bahwa keluarganya sudah memberikan uang kepada ayahnya ketika dia menikah.

“Tapi mungkin juga sudah habis, kan ketika kamu menikah juga membutuhkan beaya?”

“Saya mohon, lain kali Ibu jangan lagi memberikannya.”

“Kita lihat dulu apa keperluannya.”

“Maaf ya Bu.”

“Apa ayah kamu tadi bertanya tentang Kori? Bukankah Kori keluar bersama Sapto ketika ayah kamu datang?”

“Ya. Bertanya.”

“Ayah kamu tidak merasa kesal karena hal itu. Dia juga tidak menanyakannya sama Ibu.”

Retno terdiam. Ayahnya mungkin tak peduli. Tapi kalau sampai ibunya mendengar, pasti dia amat sedih. Retno berharap ayahnya tak akan mengatakan perihal Kori kepada ibunya.

***

Kori duduk di sofa dengan wajah gelap bagai tertutup mendung. Sapto mendekatinya, lalu duduk di sampingnya.

“Apa Mas akan berangkat sekarang?”.

“Bagaimana menurutmu?”

“Kelihatannya Mas senang sekali ya,” katanya sambil menjauhi Sapto.

“Kori, kamu kan tahu alasan Bapak menikahkan aku sama Retno.”

“Iya, aku tahu.”

“Bukankah nanti saat Retno melahirkan maka bayi itu akan menjadi milik kamu sebagai pengobat rasa kecewa kamu setelah kamu dinyatakan tak bisa hamil lagi?”

“Tapi kamu kan tahu, sangat sakit membayangkan kamu mendekati apalagi mencumbui perempuan kampungan itu.”

“Kamu harus melupakannya, dan jangan membayangkannya.”

“Bagaimana mungkin aku tidak membayangkannya? Aku sendirian di rumah dan kamu sedang bersama dia.”

“Cari kesibukan, nonton film, atau apa.”

“Entahlah, pokoknya jangan pergi dulu sekarang.”

“Kori, ingat tentang bayi itu. Kamu tahu aku tidak menyukainya. Aku hanya akan membuatnya hamil, dan selesai.”

“Hentikan, jangan bicara masalah itu lagi.”

“Baiklah, aku berangkat sekarang ya.”

“Tunggu sampai aku tertidur, baru kamu boleh pergi.”

“Kori, kamu biasa tidur lewat tengah malam. Ini masih sore.”

“Kalau begitu carikan obat tidur.”

“Apa? Kamu jangan bercanda. Tidak mudah membeli obat tidur, dan itu tidak boleh kamu lakukan, nanti kamu bisa kecanduan. Jadi terbiasa, tanpa obat tidur kamu tidak akan bisa tidur.”

Dan setelah dengan susah payah Sapto membujuknya, barulah Kori mau ditinggalkannya.

***

Bu Kartomo heran melihat suaminya datang sambil tersenyum-senyum, dan membawa banyak makanan.

“Bapak dari mana? Membeli makanan sebanyak ini untuk apa? Aku kan sudah memasak untuk makan siang tadi, juga untuk malam nanti,” tegur bu Kartomo.

“Sekali-sekali boleh kan, makan malam dengan lauk yang dibeli dari luar?”

“Memangnya apa istimewanya makanan dari luar? Belum tentu seenak makanan rumahan.”

“Kamu kan tidak pernah memasak makanan ini. Ini udang goreng mentega, ini ada rawon iga, ini ayam bakar.”

“Ini kan makanan mahal. Darimana Bapak mendapatkan uang? Kalaupun punya, ini namanya pemborosan.”

“Mengapa aku selalu tidak pernah benar? Kita itu sudah punya anak yang kaya. Apa salah kalau aku punya uang banyak?”

Bu Kartomo tertegun.

“Jadi Bapak meminta uang kepada Retno?”

“Itu lho Bu, kamar kita kan bocor, dan harus diperbaiki.”

“Lalu Bapak meminta uang ke sana? Aduh Pak, kok nggak malu sih Bapak. Itu bocor hanya karena gentingnya pecah. Aku sudah minta tolong Narno untuk membetulkannya, dan dia sudah sanggup. Besok akan di kerjakan. Ada tiga genting yang pecah. Hanya itu.”

“Kamu itu sekarang sering marah-marah. Tidak punya uang marah, punya uang ya marah. Kalau memang hanya untuk beli genting tiga biji, ya sudah tidak apa-apa. Salahnya aku diberi uang banyak, kan aku hanya bilang bahwa kamar kita bocor.”

“Mengapa juga Bapak cerita kalau kamar kita bocor? Memang intinya kan Bapak mau minta uang, ya kan? Hih, malu aku Pak.”

Bu Kartomo ngeloyor pergi tanpa membuka bungkusan makanan yang dibawa suaminya. Ia menata meja makan dan lauk yang dimasaknya sendiri.

Tapi tanpa mempedulikan kemarahan isterinya, pak Kartomo membuka sendiri bungkusan itu, dan meletakkannya di meja makan.

“Benar, kamu tidak doyan semua ini?”

“Nggak, sayang masakan aku kalau harus makan makanan yang Bapak beli,” sungut isterinya.

Pak Kartomo melahap makanannya, dan tak ingin mengatakan tentang Sapto yang ternyata sudah punya istri sebelum menikahi anaknya. Ia tak ingin sang isteri lebih mengomelinya lagi.

***

Bu Siswanto merasa lega melihat Sapto benar-benat datang malam itu. Mereka makan malam berempat, dan membuat Retno tak sepatah katapun membuka suara. Hatinya diliputi kecemasan, melihat Sapto datang tanpa isterinya.

“Bud, setelah makan aku ingin bicara,” kata Sapto kepada adiknya.

Budiono mengangguk. Entah mengapa, ada perasaan tak enak melihat Sapto datang.

“Aneh aku ini, bukankah dia juga butuh isterinya?” pikir Budiono sambil berusaha mengibaskan bayangan tak enak ketika Sapto sedang bersama isterinya.

***

Budiono mendekati Sapto di ruang tengah, sebelum dia tidur.

“Ada apa Mas?”

“Besok aku akan kembali ke Jakarta.”

“Ya, ibu sudah mengatakannya.”

“Aku titipkan Retno sama kamu, tapi bukan berarti kamu bisa terlalu dekat sama dia.”

“Apa maksud Mas?”

“Aku kurang suka melihat kedekatan kalian.”

Budiono menatap kakaknya lekat-lekat. Ia heran karena rupanya Sapto juga peduli pada isteri mudanya.

“Maksud Mas apa? Aku hanya ingin membuat Mbak Retno senang, dan mengajaknya jalan-jalan. Dia kelihatan amat tertekan.”

“Tapi kamu harus ingat bahwa dia kakak ipar kamu.”

“Oh, aku tahu Mas, dia bukan milikku. Aku hanya akan menjaganya.”

“Terima kasih.”

“Kok mas kelihatan cemburu sih? Bukankah Mas tidak peduli?”

“Entahlah, aku juga bingung pada perasaanku sendiri.”

“Mas juga cinta sama dia?”

“Entahlah.”

Dan jawaban itu membuat Budiono yakin bahwa kakaknya juga menyukai Retno, tapi dia takut pada isteri tuanya.

Budiono menghela napas.

“Hanya itu yang ingin Mas katakan?”

“Ya, sekarang tidurlah, sudah malam.”

Budiono mengangguk, lalu beranjak ke kamarnya.

***

Setelah makan malam itu, Retno berkutat di dapur, membantu yu Asih membersihkan meja makan, dan juga mencuci piring-piring kotor.

“Bu Retno, sudahlah, nanti Yu Asih kerjakan sendiri saja.

“Tidak apa-apa Yu, biar aku terbiasa melakukannya.”

“Bu Retno kan harus bersama Pak Sapto. Pasti dia sudah menunggu.

Retno gemetar mendengar penuturan Yu Asih. Justru itu yang di takutkannya.

“Nanti Ibu marah kalau Bu Retno ikut mengerjakan semua ini.”

“Biar yu, aku takut,” kata-kata itu meluncur begitu saja. Yu Asih menghentikan kegiatannya memanasi sayur.

“Takut apa? Bu Kori tidak ada, apa yang Bu Retno takutkan?” tanya Yu Asih yang mengira Retno takut sama madunya.

“Bukan itu.”

“Kalau yang namanya Bu Kori itu memang galaknya bukan alang kepalang Bu. Dia tidak pernah lama berada di rumah ini. Kalau lama, Yu Asih bisa kurus mendadak. Habis sedikit-sedikit marah. Masakan Yu Asih juga tidak pernah tidak dicela. Yang ke asinan lah, yang kemanisan lah.”

“Iya Yu.”

“Ya sudah, pak Sapto pasti sudah menunggu.”

“Aku takut,” itu lagi kata yang terlontar, tanpa sengaja.

“Lho, kok masih takut. Kan Yu Asih bilang bahwa bu Kori tidak ada. Tadi Pak Sapto datang sendiri kan? Waktu makan juga Bu Retno kan tahu bahwa bu Kori tidak ada?”

“Bukan itu.”

“Jadi siapa yang Bu Retno takutkan? Masa takut sama pak Sapto.”

Retno terus melanjutkan pekerjaannya membantu Yu Asih. Kali ini ia mencuci setumpuk piring-piring kotor dan semua perlengkapan makan.

“Bu Retno, aduuuh, nanti kalau Ibu marah bagaimana. Sudah, tinggalkan saja, biar Yu Asih yang melanjutkan.

“Yu, tolong biarkan Retno menyelesaikannya,” pinta Retno yang membuat Yu Asih heran.

Tapi kemudian Yu Asih membiarkannya, setelah menangkap kata-kata ‘takut’ yang terlontar dari mulut Retno.

“O, iya. Barangkali karena masih pengantin baru, jadi takut menghadapi suaminya. Seperti aku dulu, sepekan lamanya baru mau didekati suami,” batin Yu Asih sambil tersenyum-senyum.

Retno beranjak dari dapur setelah di dapur benar-benar tak ada lagi pekerjaan yang harus dikerjakannya. Dengan debar yang tidak menentu, akhirnya dia melangkah ke arah kamar. Dia senang karena tak melihat Sapto di ruang tengah, dimana tadi dia berbincang dengan adiknya. Retno bermaksud segera tidur, dan berharap Sapto tak akan mengganggunya.

Ia juga berharap agar Kori segera menyusulnya.

Perlahan ia membuka kamarnya, tapi betapa terkejutnya ketika melihat Sapto sudah berbaring di ranjang.

***

 Besok lagi ya.                                                                      

68 comments:

  1. Hayoo, kejarlah daku.
    Kau, kan kutangkap.
    Selamat datang BM13 semoga kedatanganmu, menghibur hati para penggemarmu yang penasaran ......

    Terima kasih bu Tien semoga bu sehat lahir batin, tetap semangat dan berkarya..... Tetap ADUHAI......

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, BM 13 sdh hadir mengantarkan tidurku 😍
      Selamat kakek, juara 1 lagi

      Delete
    2. Juaranya banyak 21.31, al:
      1. Kakek Habi
      2.Wiwik Nur Jainah
      3. Tingting Hartinah
      4. Wiwik Suharti
      5. Nani Nur'Aini

      Delete
  2. Replies
    1. Matur nuwun Mbak Tien BM 13 sudah tayang. Semoga Mbak Tien selalu sehat. Salam Aduhai selalu.

      Delete
  3. Makasih Bunda untuk BM nya
    Met malam dan met istirahat

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah, matur nuwun mbak Tien Kumalasari cerbung Bukan Milikku Eps 13 sudah tayang.
    Salam sehat selalu...

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah yang di tunggu hadir , terimakasih Bu Tien BM 13 nya

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah
    Selamat malam bunda Tien
    Sehat walafiat selalu ya 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah ketemu lagi, moga selalu sehat dan tetap semangat,Bunda , salam aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah....
    maturnuwun
    semoga selalu sehat

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah, mbak Tien semoga sehat selalu Aamiin YRA..

    ReplyDelete
  12. Alhamdulilah....asyik BM 13 dah hadir

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah BM~13 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, terimajasih bunda Tien BM nya sudah tayang
    Salam sehat dan aduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah sudsh tayang.... maturnuwun bu Tien. Salam sehat dan salam Aduhai. Sugeng dalu

      Delete
  15. BM,dateng awal... Rasanya cepet banget selesainya...
    Maturnuwun mb Tien
    Salam manis nan aduhai
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah BM 13 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  17. Alhamdulilah bm sdh hadir menghibu kita... akankah sapto berhsl memberikan mlm terindsh utk retno? smgsj retno merasa nyaman dan ikhlas menerima perjodohan ini krn rupanya sdh ads benih2 suka dihati sapto. trmksh utk mbak Tien... smg selalu seroja selalu dan tetap aduhai merangkai kata🤗🙏

    ReplyDelete
  18. Aduhai sudah berdebar2 Retno masuk kamar eh besok lagi.....
    Bikin penasaran nih mbak Tien.
    Tks mbak Tien salam aduhai dari Tegal.

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah BM 13 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Salam sehat dan ADUHAI

    ReplyDelete
  20. 𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun untuk BM 13 nya, bu Tien. Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  22. Terimakasih bu Tien,makin asyik ceritanya.
    Salam sehat dan aduhai selalu....

    ReplyDelete
  23. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,

    ReplyDelete
  24. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  25. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip sehingga BM 13 yg di tunggu2 hadir tetap bikin penasaran untuk lanjutnya.

    Semoga semua baik adanya. Semoga Sapto ketiduran sampai pagi.

    Monggo ibu, dilanjut aja. Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  26. Trimakasih bu Tien..BM13nya..

    Salam sehat selalu dan aduhaii...🙏💟🌷

    ReplyDelete
  27. Ora sumbut karo olehe ngenteni......
    macane methentheng harap-2 cemas. . . . .

    Rasanya koq mok sakdulit.......merga mung 2 koreksiku.
    Matur nuwun bu Tien.... tambah penasaran, sdh bacanya tegang apa yang terjadi setelah korah-2 piring dan perlengkapan makan lainnya. lha koq . . . . . . . . . *_Besok lagi ya_* . . . . . . pembaca kecewa. . . . . . . lho koq wis cuthel.... Matur nuwun sugeng dalu sugeng aso salira

    ReplyDelete
  28. Oalah... Kartomo itu gimana, anak mestinya diberi uang, tidak malah dimintai. Dasar mata ijo.
    Gimana Retno, apa tidak ingin ada pengalaman, kalau tahu rasanya jadi ketagihan loh..😀😀🥰
    Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang ADUHAI.

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah
    Suwun Bu Tien...
    Salam sehat selalu....🙏🙏

    ReplyDelete
  30. Terimakasih bu Tien,,, makin penasaran deh dgn lanjutannya
    Sehat, sehat yah bu Tien
    Salam dari Bandung

    ReplyDelete
  31. Matur suwun bu Tien....aduhai...salam sehat dari Yk

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah sdh baca BM13 , matursuwun bu Tien, semoga sehat selalu, Aamiin

    ReplyDelete
  33. Aduh pak pak malu2 in Retno minta uang ..mulai ATM jalan...walah malunya apa lg tdk syok klu Sapto dah beristri ..kasian Retno ..apa dan gimana nasib Retno

    ReplyDelete
  34. Kasihan nasibnya Retno.....
    Ayu2 kok nasibpe elek... Trims Bu Tien udah bikin greget

    ReplyDelete
  35. Assalamualaikum wr wb. Sapto yg merasa kaya harta, bisa berbuat sekehendak hatinya. Tugasnya hanya membuat Retno hamil, tanpa perlu ada perasaan kemanusiaan lainnya. Tugasnya menuruti kemauan bpk dan ibunya yg segera ingin menimang cucu. Tapi mengapa hrs Retno yg menjadi korban... Kasihan Retno, krn Kartomo malah menjual anaknya, hanya karena uang dan uang.. Kasihan kamu Mo, kok mau diperbudak uang.... Maturnuwun Bu Tien, ditunggu lanjutannya yg semakin membuat penasaran. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk BMnya 🤗💖
    RETNO bukan milikku kt Budi,, Aduhaaii bener

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien

    🤗💞🌿🌼🌿

    ReplyDelete
  37. Slmt soree bunda Tien.. Terimaksih BM 13 nya.. Slmsht sll dri sukabumi🙏🥰

    ReplyDelete
  38. Alhamdulilah walau terlambat mengikuti kisah Retno namun selalu bisa membacanya.
    Matur nuwun M Tien semoga sehat selalu dan lancar serta barokah semuanya.

    ReplyDelete
  39. Bu tien..pisahkan sj retno sm sapto. Moga" sapto memberikan retno pd budiono. Mngkn hidup retno bs bahagia.

    ReplyDelete
  40. Hatiku merass pilu.ketika Sapto mengatakan bayi yg dilahirkan Retno akan menjadi milik Kori sedih ketika seorang wanita mengandung dan melahirkan tetapi tidak bisa memiliki buah hatinya.Sangat kejam .

    ReplyDelete