BUKAN MILIKKU
06
(Tien Kumalasari)
Pak Siswanto segera menginterograsi petugas yang
diperintahkan untuk mengawasi sekitar rumah pak Kartomo, karena ternyata Retno
bisa lolos.
“Bagaimana cara kalian melakukan tugas, sehingga gadis
itu bisa lolos? Kalian tidur atau apa? Mau kalian aku pecat dan membiarkan
keluarga kamu jatuh miskin?
“Maaf tuan, kami benar-benar mengawasi rumah itu
dengan benar, dan tidak melihat gadis itu keluar. Disana sedang ada kesibukan
masak-masak dan beberapa wanita tetangga sedang membantu. Ada yang pergi
belanja dan sebagainya. Mungkin saja gadis itu menyamar seperti wanita-wanita
itu sehingga bisa lolos.
“Apapun namanya, kalian itu ceroboh. Temukan disekitar
sana sampai ketemu,” hardik Siswanto dengan mata marah.
Tiba-tiba seseorang datang dengan tergopoh-gopoh. Dia
membawa selembar kain batik yang digenggamnya erat-erat dan selembar kain
kebaya.
“Tuan, tampaknya gadis itu pergi dengan memakai kain
ini, sehingga kami tidak melihatnya,” katanya sambil memperlihatkan selembar kain
batik dan kebaya itu dihadapan pak Siswanto.
Pak Siswanto semakin marah.
“Kurangajar.
Kamu temukan dimana barang-barang ini?”
“Di ujung jalan, sebelum sampai ke jalan besar.
Rupanya dengan cara ini gadis itu bisa lolos dari pengawasan kami, karena kami
mengira dia salah satu ibu-ibu yang membantu kesibukan di sana. Ada juga
keranjang belanjaan, tapi tidak saya bawa, tuan.”
“Pasti gadis itu lari ke Jakarta,” kata pak Siswanto
dengan geram.
“Salah Bapak sendiri, mengapa memilih gadis yang sulit
seperti Retno,” gerutu bu Siswanto yang kemudian sudah ada di dekat pak
Siswanto.
“Aku tidak mengira gadis itu sulit. Kartomo sudah
menyanggupinya, berarti dia bisa mengatasi anaknya seandainya anaknya rewel.
“Buktinya Bapak menaruh penjaga di sana, berarti sudah
ketahuan kalau gadis itu bakal membuat masalah.”
“Kartomo baru seminggu ini mengatakannya. Tampaknya
ada perlawanan, sementara rencana sudah sedemikian matang. Itu sebabnya aku
memerintahkan orang-orang kita untuk berjaga-jaga. Sudah, kamu jangan
ikut-ikutan dan membuat aku semakin pusing. Aku yakin gadis itu lari ke
Jakarta. Aku mencurigai laki-laki yang pernah dipergoki Sapto di Jakarta.”
“Apa yang akan Bapak lakukan?”
“Sudah, diam, aku sudah tahu apa yang harus aku
lakukan.”
***
Retno memang kabur ke Jakarta. Ia harus menemui
Wahyudi dan memintanya agar dia membawanya pergi. Dengan sisa uang yang masih
dibawanya, ia masih bisa terbang ke Jakarta saat itu juga. Ia langsung ke
tempat kost nya dan membenahi apa saja yang bisa dibawanya, lalu menelpon Wahyudi.
Untunglah ibunya sudah menemukan ponsel yang semula disembunyikan oleh ayahnya.
Wahyudi baru saja tiba, terkejut ketika Retno ternyata
masih ada di Jakarta.
“Kamu kan sudah kembali ke Solo? Mengapa sekarang ada
di Jakarta lagi?” tanya Yudi tidak mengerti.
“Mas, bawa aku pergi,” tiba-tiba Retno menangis.
“Mengapa? Apa yang terjadi? Pergi kemana?” tanya
Wahyudi bingung.
“Kemana saja, pokoknya pergi jauh, aku tak mau
pulang.”
“Ada apa Retno? Kamu dimarahi orang tua kamu?”
“Bawa aku pergi Mas, nanti aku ceritakan semuanya.”
“Kamu di tempat kost kan?”
“Iya, cepat kemari atau aku yang akan datang ke rumah
kamu,” kata Retno masih sambil menangis.
Wahyudi bingung sekali. Retno tak mengatakan apa
sebabnya dan tiba-tiba ingin agar dirinya membawanya pergi. Ada apa sebenarnya?
“Baiklah, tapi katakan ada apa?”
“Mas datang dulu secepatnya Mas, nanti Mas akan tahu.
Aku tunggu sekarang juga.”
Lalu Retno menutup ponselnya.
Wahyudi mencoba menghubunginya lagi, tapi tak berhasil. Retno telah mematikannya.
“Ya Tuhan, ada apa ini? Apa Retno dimarahi oleh orang
tuanya? Ada apa? Apa kesalahan Retno? Mengapa dia ingin pergi? Seperti ada yang
mengejak-ngejarnya. Aduh, aku baru saja datang dan sedang bersiap merancang acara
lamaran untuk dia, tiba-tiba ada masalah yang membuat aku bingung,” gumamnya
sambil berganti pakaian.
Wahyudi mengambil motornya, yang karena lama
ditinggalkan jadi susah distarternya. Maklum, motornya termasuk motor keluaran
tahun lama.
Ia merasa lega ketika kemudian motornya berhasil juga
menyala.
Ia mengendarainya dengan perasaan gelisah. Ia merasa
sesuatu yang buruk telah terjadi.
“Orang tuanya menolak lamaran aku ketika Retno
mengutarakannya? Tidak mungkin. Aku sudah melakukan hal banyak dan mengatakan
bahwa setelah Retno selesai akan segera melamarnya. Mereka baik-baik saja.
Mengapa tiba-tiba Retno seperti ini?”
Wahyudi semakin gelisah karena jalanan siang itu
sangat macet. Dua jam setelahnya dia baru sampai ke rumah kost Retno. Ia
melihat pintu kamar kost Retno tertutup. Wahyudi bergegas turun dan melangkah
mendekati kamar itu.
“Retno … ini aku,” katanya sambil mengetuk pintu.
Tapi tak ada jawaban. Wahyudi mengintip dari celah
jendela kaca yang sedikit tersingkap. Kamar itu gelap dan tak ada tanda-tanda
Retno ada di dalamnya.
“Retno …” Wahyudi berteriak semakin keras. Semuanya
membisu. Wahyudi mengambil ponselnya, mencoba menelponnya, tapi tak ada
jawaban. Ponsel itu mati.
“Aduh, ada apa ini? Bukankah tadi Retno bilang akan
menunggu aku di tempat kost?”
“Yudi ?”
Wahyudi menoleh. Dilihatnya ibu kost yang dikenalnya
mendekatinya.
“Ya bu?”
“Kamu mencari Retno?”
“Iya, bukankah dia tadi datang kemari?”
“Iya, tadi dia datang, aku belum sempat
menemuinya setelah hampir seminggu dia pulang. Tapi belum lama ini dia pergi
lagi.”
Wahyudi tertegun.
“Pergi kemana bu?”
“Aku tidak tahu, ada dua orang laki-laki
menjemputnya.”
“Dua orang laki-laki menjemputnya?”
“Iya, aku nggak begitu jelas. Mobilnya di parkir
persis didepan kamar ini, dan aku hanya melihat sekilas.”
“Ibu mengenal laki-laki itu?”
“Tidak Yud, aku kira kamu yang menyuruhnya menjemput.”
“Saya tidak tahu apa-apa Bu, tadi dia mengatakan sama
saya, agar saya segera menemuinya. Saya khawatir yang menjemputnya adalah orang
jahat,” kata Wahyudi sambil menggaruk-garuk kepalanya. Teringat olehnya seorang
laki-laki yang mengawasi Retno beberapa waktu yang lalu.
“Apakah ada hubungannya dengan laki-laki itu? Lalu
siapa sebenarnya dia?” gumamnya sambil ngeloyor pergi, bahkan lupa berpamit
kepada sang ibu kost yang menatapnya heran.
“Apa yang terjadi pada anak-anak itu?” gumam ibu kost
sambil menatap kepergian Wahyudi, lalu dia menjenguk ke arah kamar Retno.
Ternyata kamar itu tidak dikunci.
“Kok tidak dikunci? Apa dia pergi dengan tergesa-gesa?
Lha ini apa? Sebuah kopor disiapkan, kok tidak dibawa? Aneh. Apakah terjadi
sesuatu? Tadi Yudi bilang bahwa Retno menyuruhnya datang. Apakah Retno akan
mengajaknya pergi lalu mengapa dia pergi bersama dua laki-laki tadi?” gumam ibu
kost sambil melihat-lihat kamar Retno yang bersih. Tampaknya Retno memang
bermaksud pergi, semuanya disiapkan di kopor ini. Tapi apa yang kemudian
terjadi? Aku harus mengabari Yudi. Jangan-jangan terjadi hal buruk atas Retno.
***
Wahyudi sampai di rumahnya dan merasa sangat pusing.
Baru saja ibu kost Retno mengabarkan temuannya di kamar, yang menunjukkan bahwa
Retno bersiap akan pergi dengan membawa kopornya. Tapi apa yang kemudian
terjadi? Siapa mereka yang menjemput Retno? Mengapa Retno tak berpesan apapun
kalau harus pergi dengan orang lain? Sayang sekali dia tak memiliki nomor
kontak keluarga Retno di Solo. Satu-satunya jalan adalah dia harus pulang.
Wahyudi berkemas dan menelpon ke bandara. Tapi penerbangan untuk hari itu
ternyata penuh semua, adanya besok pagi. Tak sabar menunggu Wahyudi memilih
naik kereta. Dan iapun bergegas ke
stasiun kereta. Pikirannya kacau, karena harapan untuk bertemu di Solo pun
belum tentu tercapai. Ia tidak tahu siapa yang menjemputnya, tapi ia yakin
mereka bukan orang baik-baik.
“Apakah laki-laki misterius itu? Siapa sebenarnya dia?
Hanya sekali ia tampak mengawasi Retno, tapi tetap saja menjadi beban pikiranku
saat ini,” pikirnya sambil memesan tiket kereta.
***
Wahyudi naik kereta malam, dan terus
menerus mencoba menelpon Retno, tanpa hasil.
“Benarkah Retno pulang ke Solo? Kalau tidak, kemana
laki-laki itu membawanya? Mengapa Retno begitu menurut pergi bersama mereka?
Apakah dia dipaksa? Apakah mereka mengancamnya?” beribu pertanyaan memenuhi
benaknya, membuatnya semakin pusing.
“Mengapa disaat kita akan menemukan kebahagiaan untuk
hidup bersama, kemudian ada masalah seperti ini ? Ada apa? Apa yang terjadi? Mengapa
tadi menelponku sambil menangis? Sayang dia tak mau menceritakan sebelum
bertemu, sehingga dengan demikian aku tak bisa mengupas apa yang kira-kira
terjadi, Retno. Mengapa tadi kamu tak mau mengatakan apapun dan hanya menangis?”
***
Dalam penantiannya menunggu kedatangan Wahyudi, dua
orang mendatangi Retno dan mengajaknya pergi. Sebuah ancaman sangat menakutkannya.
“Kalau Mbak tak mau ikut bersama kami, maka
keselamatan orang tua Mbak akan terancam,” gertak salah seorang diantara
laki-laki itu.
“Untuk apa aku dipaksa? Siapa sebenarnya kalian?” isak
Retno saat itu.
“Kami utusan dari pak Siswanto, yang diperintahkan
untuk membawa Mbak Retno kembali. Pernikahan sudah dipersiapkan, Mbak tak bisa
menolaknya.”
“Kemanapun Mbak kabur, kami pasti akan bisa
menemukannya. Orang-orang kami ada dimana-mana,” gertak yang satunya.
“Cepatlah Mbak, naik ke mobil itu. Ingat keselamatan
orang tua Mbak.”
Retno tak mampu meronta. Keselamatan ayah dan ibunya
lebih penting dari segalanya. Terlebih lagi ibunya yang sangat prihatin atas
nasibnya.
Retno terdiam dalam tangis yang menyayat. Sedapat
mungkin ia menahannya karena kedua ‘penculik’ itu terus mengancam agar apa yang
dilakukannya tak membuat curiga orang lain.
Hari itu juga Retno kembali menginjakkan kakinya di
rumah orang tuanya. Semprotan yang maha kejam dilontarkan ayahnya begitu
melihat Retno masuk ke dalam rumah.
“Dasar gadis bodoh! Membuat malu orang tua!
Menyusahkan orang tua! Awas ya kalau kamu melakukannya sekali lagi.”
Retno menubruk ibunya yang sedang menangis di dalam
kamarnya.
“Ibu, mengapa menjadi seperti ini?”
Keduanya bertangisan sangat memilukan. Pak Kartomo tak
peduli. Semuanya sudah berjalan dan tak mungkin dia mau mundur. Ia selalu
merasa bahwa niatnya adalah baik. Ia tak peduli perasaan apa yang ada didalam
hati isteri dan anaknya.
“Tak ada yang bisa kita lakukan Ret, kamu harus
menjalaninya,” tangis ibunya sambil terus memeluk Retno.
“Apa nanti yang akan terjadi kalau Mas Yudi
mengetahuinya Bu. Retno belum sempat bertemu Mas Yudi dan belum sempat
mengatakan apa-apa.”
“Ibu juga bingung memikirkan hal itu.”
“Mas Yudi tidak bersalah apapun Bu, mengapa harus
disakiti?”
Tapi tangis itu tak mengubah apapun. Yang akan terjadi
pastilah terjadi karena semua sudah dipersiapkan. Hanya saja Retno sangat
bersedih karena tak sempat bertemu Wahyudi dan mengatakan semuanya.
“Aku harus bilang kepada Bapak,” kata Retno sambil melepaskan
pelukannya pada ibunya.
“Apa? Kamu mau bilang apa?” kata pak Kartomo yang
tiba-tiba saja sudah berdiri didepan pintu.
“Ijinkan aku bertemu mas Yudi,” kata Retno sambil
menatap ayahnya penuh kebencian.
“Tidak.”
“Mengapa tidak? Aku akan menuruti semua kemauan Bapak,
tapi ijinkan aku bertemu Mas Yudi.”
“Lalu kalian akan melarikan diri?”
“Aku sudah bilang akan menuruti kemauan Bapak.
Ijinkan. Kasihan dia tak bersalah apa-apa dan harus disakiti.”
“Dia akan mengerti.”
“Mengapa Bapak begitu kejam?”
“Mengapa kamu mengatakan bahwa aku kejam? Ini demi
kamu, demi kehidupan yang lebih layak.”
“Demi Bapak. Bapak senang dan aku menderita.”
“Omong kosong apa ini?”
“Ijinkan aku menemui mas Yudi, Pak.”
“Tidak, sebelum kamu menikah!” lalu dengan wajah keras
pak Kartomo pergi meninggalkan Retno yang kembali tenggelam dalam tangis. Bu
Kartomo hanya bisa memeluknya dan mengelus kepala Retno, tapi apakah itu bisa
menenangkannya? Sebuah kehidupan yang entah seperti apa sedang menantinya.
Meninggalkan mimpi-mimpi indah tentang sebuah mahligai yang bernama cinta.
***
Wahyudi sudah sampai pagi-pagi sekali. Ia pulang ke
rumah hanya untuk mengambil sepeda motor, kemudian langsung pergi ke rumah
Retno. Kekhawatiran tentang dua orang laki-laki yang menjemput Retno terus
menghantuinya, mencengkeram perasaannya dalam cemas yang tak berujung.
“Mudah-mudahan Retno pulang ke rumah, dan tidak dibawa
ke mana-mana. Ya Tuhan, apa sebenarnya yang sedang mengujiku?” bisiknya tak
henti dalam perjalanan ke rumah gadis yang sangat dicintainya.
Begitu memasuki gang yang menuju ke sana, Wahyudi
melihat janur melengkung melambai di depan pekarangan rumah Retno. Ada desir nyeri melihat
janur itu.
“Ada apa ini?”
Wahyudi berhenti sebelum sampai ke rumah yang
ditujunya. Ada seorang tetangga yang lewat, dan Wahyudi memerlukan untuk
bertanya. Lalu ia turun dari sepeda motornya.
“Bu, ada acara apa di sana?”
“O, di rumah pak Kartomo? Ada acara siraman hari ini.”
“Siraman? Siraman apa?” Wahyudi tak mengerti.
“Siraman pengantin lah. Besok kan Retno mau menikah.”
“Retno? Menikah?”
“Iya, dengan anak seorang juragan kayu yang kaya raya,”
kata orang yang ditanya, yang kemudian berlalu begitu saja, tanpa menoleh lagi
ke arah Wahyudi yang tiba-tiba terjatuh karena tubuhnya lemas.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah... trima kasih... sehat² trs mbu tien...
ReplyDeleteSami2 Pak Zimi
DeleteAamiin
Alamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap..
Sami2 Pak Wedeye
DeleteADUHAI
AAMIIN
Alhamdulillah
ReplyDeleteNo 3
Maturnuwun bu Tien, BM~06 sampun tayang gasik..🙏
ReplyDeleteSami2 Pak Djodhi
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah..... matur nuwun bb Tien, salam sehat dan bahagia selalu
ReplyDeleteTrims Bu tien
ReplyDeleteAlhamdulillah jeng Nani Juaranya untuk episode ke 6 malam ini.
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien Semoga terus sehat dan sehat terus ya.
Salam ADUHAI dari Bandung.
Yesssss.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien🌷🌷🌷🌷🌷
Terima kasih Mbak Tien ... Asyiiik ... BM 06 nya sdh tayang ... mau baca dulu ya ... Salam sehat & bahagia ...Aduhai
ReplyDeleteYeeessss.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.
ReplyDeleteKalau melihat judul 'Bukan Milikku ' dan pada awal saja sudah jelas dipisah maka mungkin ceritanya tentang penderitaan Retno dan Yudi yang tidak pernah bisa bersatu. Siap-siap tisu atau saputangan saja.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Heheee.. Pak Latief ADUHAI deh
DeleteAlhamdulillah, Terima kasih mbak Tien 🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih
Aduhai
Alhamdulilah sdh tayang ...terkma kasih bu tien, sslam sehat dan aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah, BM6 telah hadir,
ReplyDeleteTrm ksh mbak Tien, sehat selalu dan bahagia bersama keluarga. Salam aduhai
Alhamdulillah BM 6 dah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien selalu sehat
Salam sehat dan aduhai
Sami2 Ibu Salamah
DeleteAamiin
BERITA DUKA
ReplyDeleteRIP
Telah meninggal dunia tadi sore Senin, 7 Maret 2022 jam 16.30 WIB di RSUD Dr.Saiful Anwar Kota Malang, suami sahabat kita ibu LINA PRATIKNI
Nama : JHONNY WAHYUDI
Umur : 56 Th
Alamat : Jl. Bend Polenia Tengah 7 BP 07 Cemorokandang Kedungkandang Kota Malang.
Atas nama pribadi dan segenap blogger tienkumalasari22.blogspot.com, mengucapkan TURUT BERDUKA CITA sedalam-dalamnya.
Semoga ibu Lina Pratikni Sabar, ikhlas, menerima musibah ini dan bu Lina sekeluarga yang sdg ISOMAN, segera diangkat sakitnya dan disembuhkan Tuhan Yang Maha Penyembuh. Aamiin.
Selamat mlm bunda Tien.. Terimakasih BM 6 nya sdh tayang.. Slmsht sll dri skbmi🙏🙏🥰🥰
ReplyDeleteSelamat malam Ibu Farida
ReplyDeleteSami2
Makasih mba Tien. Sehat selalu ya. Salam hangat mba. Aduhai
ReplyDeleteAamiin
ReplyDeleteIkut bela sungkawa Ibu Lina
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien.. Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat... Salam seroja tuk semuanya... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteMakasih Bunda untuk BM nya
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat.Salam ADUHAI
Matur nuwun Bu Tien, mugi tansah pinaringan kasarasan, aamiin
ReplyDeleteTurut berdukacita Bu Lina.semoga almarhum bp Jhonny Wahyudi dimudahkan segala urusan dunia akhirat nya. Aamiin YRA
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk BMnya
Kasihan Retno & Yudi ya,,,sabar ya kl jodoh kalian bisa bersatu
Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Salam ADUHAAII 🤗💖
Matur nuwun, bu Tien. Salam ADUHAI
ReplyDeleteAlhamdulillah BM 06 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏 untuk BM nya , salam sehat semangat dan ADUHAI
ReplyDeleteSami2 Yangti
DeleteADUHAI
Alhamdulillah...matursuwun Bu Tien...salam sehat selalu
ReplyDeleteSami2 Ibu Umi
DeleteSalam sehat
Terima kasih Bunda, Bukan Milikku 06 telah hadir menghibur kami, smg ibu dan keluarga selalu diberkahi kesehatan, Aamiin
ReplyDeleteSami2 Ibi Mundjiati
DeleteAamiin
Terima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kamalasari, Alhamdulillah Cerbung Bukan Milikku Eps 07 sudah tayang menghibur.
ReplyDeleteSalam sehat selalu dari Tangerang.
Sami2 Mas Dudut
DeleteSalam sehat
Terima kasih ibu Tien, bukan milikku 06 hadir dengan heroik yg mendebarkan dan bikin gondok hati...
ReplyDeleteSemoga mas Yudi dan Retno yg baik hati kuat, tahan uji dan mendapat jalan yg baik untuk bisa menyatu .
Monggo ibu, dilanjut aja tambah bikin penasaran. Matur nuwun, Berkah Dalem.
Sami2 Ibu Yustinhar
DeleteAamiin
🙏
ReplyDelete🙏
DeleteTtimakasih bu Tien..BM06nya...
ReplyDeleteDuuuh...deg2an bacanyaaa..
Kasian Yudi...😔😔😔
Tunggu lanjutan besok lagiii..
Salam sehat selalu bu Tien dan aduhaiii...🙏💟🌷
Sami2 Ibu Maris
DeleteSalam ADUHAI
Sugeng dalu mb Tien
ReplyDeleteAduh absen 2 hari.
Retno py nasibmu
Salam manis mb Tien
Yuli Semarang
Salam manis Ibu Yulo
DeleteADUHAI
Ibu Yuli
DeleteTerimakasih Mbak.sehat selalu nggih.
ReplyDeleteSami2 Pak Herry
Delete𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteMakin seru mbak..
ReplyDeleteADUHAI Ibu Anie
DeleteMaturnuwun bu Tien...BM 05nya...sugeng ndalu...salam sehat dari Yk..ADUHAI.....
ReplyDeleteSami2 Ibu Alian
DeleteADUHAI
Sehat sll ibu...
DeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteSuwun Bu Tien....
Salam sehat selalu...🙏
Sami2 Pak Prim
DeleteSalam sehat
Trimakasih bu Tien. Salam sehat selalu. Sslam aduhai.....
ReplyDeleteSami2 Ibu Endang
DeleteADUHAI
Assalamu'alaykum wr wb
ReplyDeleteSalam kenal dari saya ibu Tien
Sy penggemar baru dari cerbung2 ibu
Awalnya kwn sy yg suka share ke WA
Kdng lama utk nunggu crt berikutnya
Suatu saat kwn tuh kasih blok ibu
Alhamdulillah jd senang banget ndak usah nunggu 2
Nama sy Siti Qomariah...kdg sy singkat Siti q
Salam ukhuwah ibu
Salam silaturahiim
Salam kenal juga utk sahabat2 penggemar cerbung ibu Tien dari saya
Siti di Bekasi🙏🙏🙏
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
ReplyDeleteTerimakasih Ibu Siti Qomariah, atas perhatiannya.
Teruslah membaca, semoga tidak mengecewakan.
Matur nuwun bu Tien
DeleteSy suka sekali karya2 ibu...sampai ikut kedlm crtnya...dan membayangkan tokoh2 yg ada dlm crt bentuk tubuh dan wajahnya...seakan akan sy nonton sinetron bu...saking saya meresapi
Semoga Allah kasih kesehatan kepada ibu agar ibu dapat berkarya terus...
Terima kasih sekali lagi kepada yg telah menyuguhkan karya2 ibu bagi sy yg sudah purna alias pensiun...sy hobby baca bu...
Semoga Allah selalu melimpahkan kadih sayang nya juga keberkahan kepada ibu...Aamiin
Assalamualaikum wr wb. Memang nyata bahwa menghadapi orang kaya, yg memaksakan kehendaknya kpd orang lain yg miskin/tdk punya apa apa, susah, sulit untuk melawan. Sepertinya Kartomo lbh senang memaksakan kehendaknya kpd Retno, demi kesenangan dirinya. Kasihan Retno, kasihan Yudi, tdk bersalah untuk mengikuti kehendak orang lain. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin
Matur nuwun Pak Mashudi
Assalamu'alaikum...malam bu Tien ..salam sehat
ReplyDeletePart 2 mana kok lgsg part 6
ReplyDelete