Monday, March 7, 2022

BUKAN MILIKKU 06

 

BUKAN MILIKKU  06

(Tien Kumalasari)

 

Pak Siswanto segera menginterograsi petugas yang diperintahkan untuk mengawasi sekitar rumah pak Kartomo, karena ternyata Retno bisa lolos.

“Bagaimana cara kalian melakukan tugas, sehingga gadis itu bisa lolos? Kalian tidur atau apa? Mau kalian aku pecat dan membiarkan keluarga kamu jatuh miskin?

“Maaf tuan, kami benar-benar mengawasi rumah itu dengan benar, dan tidak melihat gadis itu keluar. Disana sedang ada kesibukan masak-masak dan beberapa wanita tetangga sedang membantu. Ada yang pergi belanja dan sebagainya. Mungkin saja gadis itu menyamar seperti wanita-wanita itu sehingga bisa lolos.

“Apapun namanya, kalian itu ceroboh. Temukan disekitar sana sampai ketemu,” hardik Siswanto dengan mata marah.

Tiba-tiba seseorang datang dengan tergopoh-gopoh. Dia membawa selembar kain batik yang digenggamnya erat-erat dan selembar kain kebaya.

“Tuan, tampaknya gadis itu pergi dengan memakai kain ini, sehingga kami tidak melihatnya,” katanya sambil memperlihatkan selembar kain batik dan kebaya itu dihadapan pak Siswanto.

Pak Siswanto semakin marah.

“Kurangajar.  Kamu temukan dimana barang-barang ini?”

“Di ujung jalan, sebelum sampai ke jalan besar. Rupanya dengan cara ini gadis itu bisa lolos dari pengawasan kami, karena kami mengira dia salah satu ibu-ibu yang membantu kesibukan di sana. Ada juga keranjang belanjaan, tapi tidak saya bawa, tuan.”

“Pasti gadis itu lari ke Jakarta,” kata pak Siswanto dengan geram.

“Salah Bapak sendiri, mengapa memilih gadis yang sulit seperti Retno,” gerutu bu Siswanto yang kemudian sudah ada di dekat pak Siswanto.

“Aku tidak mengira gadis itu sulit. Kartomo sudah menyanggupinya, berarti dia bisa mengatasi anaknya seandainya anaknya rewel.

“Buktinya Bapak menaruh penjaga di sana, berarti sudah ketahuan kalau gadis itu bakal membuat masalah.”

“Kartomo baru seminggu ini mengatakannya. Tampaknya ada perlawanan, sementara rencana sudah sedemikian matang. Itu sebabnya aku memerintahkan orang-orang kita untuk berjaga-jaga. Sudah, kamu jangan ikut-ikutan dan membuat aku semakin pusing. Aku yakin gadis itu lari ke Jakarta. Aku mencurigai laki-laki yang pernah dipergoki Sapto di Jakarta.”

“Apa yang akan Bapak lakukan?”

“Sudah, diam, aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan.”

***

Retno memang kabur ke Jakarta. Ia harus menemui Wahyudi dan memintanya agar dia membawanya pergi. Dengan sisa uang yang masih dibawanya, ia masih bisa terbang ke Jakarta saat itu juga. Ia langsung ke tempat kost nya dan membenahi apa saja yang bisa dibawanya, lalu menelpon Wahyudi. Untunglah ibunya sudah menemukan ponsel yang semula disembunyikan oleh ayahnya.

Wahyudi baru saja tiba, terkejut ketika Retno ternyata masih ada di Jakarta.

“Kamu kan sudah kembali ke Solo? Mengapa sekarang ada di Jakarta lagi?” tanya Yudi tidak mengerti.

“Mas, bawa aku pergi,” tiba-tiba Retno menangis.

“Mengapa? Apa yang terjadi? Pergi kemana?” tanya Wahyudi bingung.

“Kemana saja, pokoknya pergi jauh, aku tak mau pulang.”

“Ada apa Retno? Kamu dimarahi orang tua kamu?”

“Bawa aku pergi Mas, nanti aku ceritakan semuanya.”

“Kamu di tempat kost kan?”

“Iya, cepat kemari atau aku yang akan datang ke rumah kamu,” kata Retno masih sambil menangis.

Wahyudi bingung sekali. Retno tak mengatakan apa sebabnya dan tiba-tiba ingin agar dirinya membawanya pergi. Ada apa sebenarnya?

“Baiklah, tapi katakan ada apa?”

“Mas datang dulu secepatnya Mas, nanti Mas akan tahu. Aku tunggu sekarang juga.”

Lalu Retno menutup ponselnya.

Wahyudi mencoba menghubunginya lagi, tapi tak berhasil. Retno telah mematikannya.

“Ya Tuhan, ada apa ini? Apa Retno dimarahi oleh orang tuanya? Ada apa? Apa kesalahan Retno? Mengapa dia ingin pergi? Seperti ada yang mengejak-ngejarnya. Aduh, aku baru saja datang dan sedang bersiap merancang acara lamaran untuk dia, tiba-tiba ada masalah yang membuat aku bingung,” gumamnya sambil berganti pakaian.

Wahyudi mengambil motornya, yang karena lama ditinggalkan jadi susah distarternya. Maklum, motornya termasuk motor keluaran tahun lama.

Ia merasa lega ketika kemudian motornya berhasil juga menyala.

Ia mengendarainya dengan perasaan gelisah. Ia merasa sesuatu yang buruk telah terjadi.

“Orang tuanya menolak lamaran aku ketika Retno mengutarakannya? Tidak mungkin. Aku sudah melakukan hal banyak dan mengatakan bahwa setelah Retno selesai akan segera melamarnya. Mereka baik-baik saja. Mengapa tiba-tiba Retno seperti ini?”

Wahyudi semakin gelisah karena jalanan siang itu sangat macet. Dua jam setelahnya dia baru sampai ke rumah kost Retno. Ia melihat pintu kamar kost Retno tertutup. Wahyudi bergegas turun dan melangkah mendekati kamar itu.

“Retno … ini aku,” katanya sambil mengetuk pintu.

Tapi tak ada jawaban. Wahyudi mengintip dari celah jendela kaca yang sedikit tersingkap. Kamar itu gelap dan tak ada tanda-tanda Retno ada di dalamnya.

“Retno …” Wahyudi berteriak semakin keras. Semuanya membisu. Wahyudi mengambil ponselnya, mencoba menelponnya, tapi tak ada jawaban. Ponsel itu mati.

“Aduh, ada apa ini? Bukankah tadi Retno bilang akan menunggu aku di tempat kost?”

“Yudi ?”

Wahyudi menoleh. Dilihatnya ibu kost yang dikenalnya mendekatinya.

“Ya bu?”

“Kamu mencari Retno?”

“Iya, bukankah dia tadi datang kemari?”

“Iya, tadi dia datang, aku belum sempat menemuinya setelah hampir seminggu dia pulang. Tapi belum lama ini dia pergi lagi.”

Wahyudi tertegun.

“Pergi kemana bu?”

“Aku tidak tahu, ada dua orang laki-laki menjemputnya.”

“Dua orang laki-laki menjemputnya?”

“Iya, aku nggak begitu jelas. Mobilnya di parkir persis didepan kamar ini, dan aku hanya melihat sekilas.”

“Ibu mengenal laki-laki itu?”

“Tidak Yud, aku kira kamu yang menyuruhnya menjemput.”

“Saya tidak tahu apa-apa Bu, tadi dia mengatakan sama saya, agar saya segera menemuinya. Saya khawatir yang menjemputnya adalah orang jahat,” kata Wahyudi sambil menggaruk-garuk kepalanya. Teringat olehnya seorang laki-laki yang mengawasi Retno beberapa waktu yang lalu.

“Apakah ada hubungannya dengan laki-laki itu? Lalu siapa sebenarnya dia?” gumamnya sambil ngeloyor pergi, bahkan lupa berpamit kepada sang ibu kost yang menatapnya heran.

“Apa yang terjadi pada anak-anak itu?” gumam ibu kost sambil menatap kepergian Wahyudi, lalu dia menjenguk ke arah kamar Retno. Ternyata kamar itu tidak dikunci.

“Kok tidak dikunci? Apa dia pergi dengan tergesa-gesa? Lha ini apa? Sebuah kopor disiapkan, kok tidak dibawa? Aneh. Apakah terjadi sesuatu? Tadi Yudi bilang bahwa Retno menyuruhnya datang. Apakah Retno akan mengajaknya pergi lalu mengapa dia pergi bersama dua laki-laki tadi?” gumam ibu kost sambil melihat-lihat kamar Retno yang bersih. Tampaknya Retno memang bermaksud pergi, semuanya disiapkan di kopor ini. Tapi apa yang kemudian terjadi? Aku harus mengabari Yudi. Jangan-jangan terjadi hal buruk atas Retno.

***

Wahyudi sampai di rumahnya dan merasa sangat pusing. Baru saja ibu kost Retno mengabarkan temuannya di kamar, yang menunjukkan bahwa Retno bersiap akan pergi dengan membawa kopornya. Tapi apa yang kemudian terjadi? Siapa mereka yang menjemput Retno? Mengapa Retno tak berpesan apapun kalau harus pergi dengan orang lain? Sayang sekali dia tak memiliki nomor kontak keluarga Retno di Solo. Satu-satunya jalan adalah dia harus pulang. Wahyudi berkemas dan menelpon ke bandara. Tapi penerbangan untuk hari itu ternyata penuh semua, adanya besok pagi. Tak sabar menunggu Wahyudi memilih naik kereta.  Dan iapun bergegas ke stasiun kereta. Pikirannya kacau, karena harapan untuk bertemu di Solo pun belum tentu tercapai. Ia tidak tahu siapa yang menjemputnya, tapi ia yakin mereka bukan orang baik-baik.

“Apakah laki-laki misterius itu? Siapa sebenarnya dia? Hanya sekali ia tampak mengawasi Retno, tapi tetap saja menjadi beban pikiranku saat ini,” pikirnya sambil memesan tiket kereta.

***

Wahyudi naik kereta malam, dan terus menerus mencoba menelpon Retno, tanpa hasil.

“Benarkah Retno pulang ke Solo? Kalau tidak, kemana laki-laki itu membawanya? Mengapa Retno begitu menurut pergi bersama mereka? Apakah dia dipaksa? Apakah mereka mengancamnya?” beribu pertanyaan memenuhi benaknya, membuatnya semakin pusing.

“Mengapa disaat kita akan menemukan kebahagiaan untuk hidup bersama, kemudian ada masalah seperti ini ? Ada apa? Apa yang terjadi? Mengapa tadi menelponku sambil menangis? Sayang dia tak mau menceritakan sebelum bertemu, sehingga dengan demikian aku tak bisa mengupas apa yang kira-kira terjadi, Retno. Mengapa tadi kamu tak mau mengatakan apapun dan hanya menangis?”

***

Dalam penantiannya menunggu kedatangan Wahyudi, dua orang mendatangi Retno dan mengajaknya pergi. Sebuah ancaman sangat menakutkannya.

“Kalau Mbak tak mau ikut bersama kami, maka keselamatan orang tua Mbak akan terancam,” gertak salah seorang diantara laki-laki itu.

“Untuk apa aku dipaksa? Siapa sebenarnya kalian?” isak Retno saat itu.

“Kami utusan dari pak Siswanto, yang diperintahkan untuk membawa Mbak Retno kembali. Pernikahan sudah dipersiapkan, Mbak tak bisa menolaknya.”

“Kemanapun Mbak kabur, kami pasti akan bisa menemukannya. Orang-orang kami ada dimana-mana,” gertak yang satunya.

“Cepatlah Mbak, naik ke mobil itu. Ingat keselamatan orang tua Mbak.”

Retno tak mampu meronta. Keselamatan ayah dan ibunya lebih penting dari segalanya. Terlebih lagi ibunya yang sangat prihatin atas nasibnya.

Retno terdiam dalam tangis yang menyayat. Sedapat mungkin ia menahannya karena kedua ‘penculik’ itu terus mengancam agar apa yang dilakukannya tak membuat curiga orang lain.

Hari itu juga Retno kembali menginjakkan kakinya di rumah orang tuanya. Semprotan yang maha kejam dilontarkan ayahnya begitu melihat Retno masuk ke dalam rumah.

“Dasar gadis bodoh! Membuat malu orang tua! Menyusahkan orang tua! Awas ya kalau kamu melakukannya sekali lagi.”

Retno menubruk ibunya yang sedang menangis di dalam kamarnya.

“Ibu, mengapa menjadi seperti ini?”

Keduanya bertangisan sangat memilukan. Pak Kartomo tak peduli. Semuanya sudah berjalan dan tak mungkin dia mau mundur. Ia selalu merasa bahwa niatnya adalah baik. Ia tak peduli perasaan apa yang ada didalam hati isteri dan anaknya.

“Tak ada yang bisa kita lakukan Ret, kamu harus menjalaninya,” tangis ibunya sambil terus memeluk Retno.

“Apa nanti yang akan terjadi kalau Mas Yudi mengetahuinya Bu. Retno belum sempat bertemu Mas Yudi dan belum sempat mengatakan apa-apa.”

“Ibu juga bingung memikirkan hal itu.”

“Mas Yudi tidak bersalah apapun Bu, mengapa harus disakiti?”

Tapi tangis itu tak mengubah apapun. Yang akan terjadi pastilah terjadi karena semua sudah dipersiapkan. Hanya saja Retno sangat bersedih karena tak sempat bertemu Wahyudi dan mengatakan semuanya.

“Aku harus bilang kepada Bapak,” kata Retno sambil melepaskan pelukannya pada ibunya.

“Apa? Kamu mau bilang apa?” kata pak Kartomo yang tiba-tiba saja sudah berdiri didepan pintu.

“Ijinkan aku bertemu mas Yudi,” kata Retno sambil menatap ayahnya penuh kebencian.

“Tidak.”

“Mengapa tidak? Aku akan menuruti semua kemauan Bapak, tapi ijinkan aku bertemu Mas Yudi.”

“Lalu kalian akan melarikan diri?”

“Aku sudah bilang akan menuruti kemauan Bapak. Ijinkan. Kasihan dia tak bersalah apa-apa dan harus disakiti.”

“Dia akan mengerti.”

“Mengapa Bapak begitu kejam?”

“Mengapa kamu mengatakan bahwa aku kejam? Ini demi kamu, demi kehidupan yang lebih layak.”

“Demi Bapak. Bapak senang dan aku menderita.”

“Omong kosong apa ini?”

“Ijinkan aku menemui mas Yudi, Pak.”

“Tidak, sebelum kamu menikah!” lalu dengan wajah keras pak Kartomo pergi meninggalkan Retno yang kembali tenggelam dalam tangis. Bu Kartomo hanya bisa memeluknya dan mengelus kepala Retno, tapi apakah itu bisa menenangkannya? Sebuah kehidupan yang entah seperti apa sedang menantinya. Meninggalkan mimpi-mimpi indah tentang sebuah mahligai yang bernama cinta.

***

Wahyudi sudah sampai pagi-pagi sekali. Ia pulang ke rumah hanya untuk mengambil sepeda motor, kemudian langsung pergi ke rumah Retno. Kekhawatiran tentang dua orang laki-laki yang menjemput Retno terus menghantuinya, mencengkeram perasaannya   dalam cemas yang tak berujung.

“Mudah-mudahan Retno pulang ke rumah, dan tidak dibawa ke mana-mana. Ya Tuhan, apa sebenarnya yang sedang mengujiku?” bisiknya tak henti dalam perjalanan ke rumah gadis yang sangat dicintainya.

Begitu memasuki gang yang menuju ke sana, Wahyudi melihat janur melengkung melambai di depan pekarangan rumah Retno. Ada desir nyeri melihat janur itu.

“Ada apa ini?”

Wahyudi berhenti sebelum sampai ke rumah yang ditujunya. Ada seorang tetangga yang lewat, dan Wahyudi memerlukan untuk bertanya. Lalu ia turun dari sepeda motornya.

“Bu, ada acara apa di sana?”

“O, di rumah pak Kartomo? Ada acara siraman hari ini.”

“Siraman? Siraman apa?” Wahyudi tak mengerti.

“Siraman pengantin lah. Besok kan Retno mau menikah.”

“Retno? Menikah?”

“Iya, dengan anak seorang juragan kayu yang kaya raya,” kata orang yang ditanya, yang kemudian berlalu begitu saja, tanpa menoleh lagi ke arah Wahyudi yang tiba-tiba terjatuh karena tubuhnya lemas.

***

Besok lagi ya.

 

 

76 comments:

  1. Alhamdulillah... trima kasih... sehat² trs mbu tien...

    ReplyDelete
  2. Alamdulillah...
    Yang ditunggu tunggu telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap..

    ReplyDelete
  3. Maturnuwun bu Tien, BM~06 sampun tayang gasik..🙏

    ReplyDelete
  4. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,

    ReplyDelete
  5. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah..... matur nuwun bb Tien, salam sehat dan bahagia selalu

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah jeng Nani Juaranya untuk episode ke 6 malam ini.

    Terima kasih bu Tien Semoga terus sehat dan sehat terus ya.
    Salam ADUHAI dari Bandung.

    ReplyDelete
  8. Terima kasih Mbak Tien ... Asyiiik ... BM 06 nya sdh tayang ... mau baca dulu ya ... Salam sehat & bahagia ...Aduhai

    ReplyDelete
  9. Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang.
    Kalau melihat judul 'Bukan Milikku ' dan pada awal saja sudah jelas dipisah maka mungkin ceritanya tentang penderitaan Retno dan Yudi yang tidak pernah bisa bersatu. Siap-siap tisu atau saputangan saja.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah, Terima kasih mbak Tien 🙏🙏

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah
    Terima kasih
    Aduhai

    ReplyDelete
  12. Alhamdulilah sdh tayang ...terkma kasih bu tien, sslam sehat dan aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah, BM6 telah hadir,
    Trm ksh mbak Tien, sehat selalu dan bahagia bersama keluarga. Salam aduhai

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah BM 6 dah tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  15. BERITA DUKA

    RIP

    Telah meninggal dunia tadi sore Senin, 7 Maret 2022 jam 16.30 WIB di RSUD Dr.Saiful Anwar Kota Malang, suami sahabat kita ibu LINA PRATIKNI

    Nama : JHONNY WAHYUDI
    Umur : 56 Th
    Alamat : Jl. Bend Polenia Tengah 7 BP 07 Cemorokandang Kedungkandang Kota Malang.

    Atas nama pribadi dan segenap blogger tienkumalasari22.blogspot.com, mengucapkan TURUT BERDUKA CITA sedalam-dalamnya.

    Semoga ibu Lina Pratikni Sabar, ikhlas, menerima musibah ini dan bu Lina sekeluarga yang sdg ISOMAN, segera diangkat sakitnya dan disembuhkan Tuhan Yang Maha Penyembuh. Aamiin.

    ReplyDelete
  16. Selamat mlm bunda Tien.. Terimakasih BM 6 nya sdh tayang.. Slmsht sll dri skbmi🙏🙏🥰🥰

    ReplyDelete
  17. Makasih mba Tien. Sehat selalu ya. Salam hangat mba. Aduhai

    ReplyDelete
  18. Aamiin
    Ikut bela sungkawa Ibu Lina

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien.. Selamat malam selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat... Salam seroja tuk semuanya... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  20. Makasih Bunda untuk BM nya
    Met malam dan met istirahat.Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun Bu Tien, mugi tansah pinaringan kasarasan, aamiin

    ReplyDelete
  22. Turut berdukacita Bu Lina.semoga almarhum bp Jhonny Wahyudi dimudahkan segala urusan dunia akhirat nya. Aamiin YRA

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk BMnya
    Kasihan Retno & Yudi ya,,,sabar ya kl jodoh kalian bisa bersatu

    Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    Salam ADUHAAII 🤗💖

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah BM 06 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏 untuk BM nya , salam sehat semangat dan ADUHAI

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah...matursuwun Bu Tien...salam sehat selalu

    ReplyDelete
  27. Terima kasih Bunda, Bukan Milikku 06 telah hadir menghibur kami, smg ibu dan keluarga selalu diberkahi kesehatan, Aamiin

    ReplyDelete
  28. Matur nuwun mbak Tien Kamalasari, Alhamdulillah Cerbung Bukan Milikku Eps 07 sudah tayang menghibur.
    Salam sehat selalu dari Tangerang.

    ReplyDelete
  29. Terima kasih ibu Tien, bukan milikku 06 hadir dengan heroik yg mendebarkan dan bikin gondok hati...

    Semoga mas Yudi dan Retno yg baik hati kuat, tahan uji dan mendapat jalan yg baik untuk bisa menyatu .

    Monggo ibu, dilanjut aja tambah bikin penasaran. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  30. Ttimakasih bu Tien..BM06nya...

    Duuuh...deg2an bacanyaaa..
    Kasian Yudi...😔😔😔

    Tunggu lanjutan besok lagiii..

    Salam sehat selalu bu Tien dan aduhaiii...🙏💟🌷

    ReplyDelete
  31. Sugeng dalu mb Tien
    Aduh absen 2 hari.
    Retno py nasibmu
    Salam manis mb Tien
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  32. Terimakasih Mbak.sehat selalu nggih.

    ReplyDelete
  33. 𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯...

    ReplyDelete
  34. Maturnuwun bu Tien...BM 05nya...sugeng ndalu...salam sehat dari Yk..ADUHAI.....

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah...
    Suwun Bu Tien....
    Salam sehat selalu...🙏

    ReplyDelete
  36. Trimakasih bu Tien. Salam sehat selalu. Sslam aduhai.....

    ReplyDelete
  37. Assalamu'alaykum wr wb
    Salam kenal dari saya ibu Tien
    Sy penggemar baru dari cerbung2 ibu
    Awalnya kwn sy yg suka share ke WA
    Kdng lama utk nunggu crt berikutnya
    Suatu saat kwn tuh kasih blok ibu
    Alhamdulillah jd senang banget ndak usah nunggu 2

    Nama sy Siti Qomariah...kdg sy singkat Siti q
    Salam ukhuwah ibu
    Salam silaturahiim

    Salam kenal juga utk sahabat2 penggemar cerbung ibu Tien dari saya
    Siti di Bekasi🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  38. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
    Terimakasih Ibu Siti Qomariah, atas perhatiannya.
    Teruslah membaca, semoga tidak mengecewakan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Matur nuwun bu Tien
      Sy suka sekali karya2 ibu...sampai ikut kedlm crtnya...dan membayangkan tokoh2 yg ada dlm crt bentuk tubuh dan wajahnya...seakan akan sy nonton sinetron bu...saking saya meresapi
      Semoga Allah kasih kesehatan kepada ibu agar ibu dapat berkarya terus...
      Terima kasih sekali lagi kepada yg telah menyuguhkan karya2 ibu bagi sy yg sudah purna alias pensiun...sy hobby baca bu...
      Semoga Allah selalu melimpahkan kadih sayang nya juga keberkahan kepada ibu...Aamiin

      Delete
  39. Assalamualaikum wr wb. Memang nyata bahwa menghadapi orang kaya, yg memaksakan kehendaknya kpd orang lain yg miskin/tdk punya apa apa, susah, sulit untuk melawan. Sepertinya Kartomo lbh senang memaksakan kehendaknya kpd Retno, demi kesenangan dirinya. Kasihan Retno, kasihan Yudi, tdk bersalah untuk mengikuti kehendak orang lain. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  40. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
    Aamiin Allahumma Aamiin
    Matur nuwun Pak Mashudi

    ReplyDelete
  41. Assalamu'alaikum...malam bu Tien ..salam sehat

    ReplyDelete