MEMANG KEMBANG JALANAN
39
(Tien Kumalasari)
“Aaap_pa .. ini ….” Teriak Ana yang kemudian tekejut
melihat Haryo lah yang menarik tangannya.
“Apa yang kamu lakukan ?” hardik Haryo.
Sementara laki-laki setengah tua itupun kemudian
berdiri dan menarik tangan Ana, lalu ia berdiri di depannya.
“Apa? Apa yang kamu lakukan Apa dia isteri kamu?”
teriaknya tak kurang kerasnya.
“Aku hanya mengenal dia, dia bukan apa-apaku. Aku
hanya mengingatkan perbuatannya yang tidak pantas,” kata Haryo dengan berani.
Tapi Haryo heran melihat Ana justru bersembunyi
dibalik laki-laki itu. Pikirannya kemudian meraba-raba kearah hal terburuk yang
telah dilakukan Ana. Jawaban kesombongan Nina, dan teriakan Endah malam ini,
yang seakan tidak membutuhkannya, membuatnya menjadikan kejadian ini menjadi
jawabnya. Mereka tak membutuhkannya karena bisa mendapatkan uang dengan cara
lain. Apakah Nina telah menjual anaknya? Tapi Haryo tak sempat berpikir lama,
karena tiba-tiba sebuah pukulan mengenai tengkuknya. Haryo tersungkur, lalu beberapa
orang memukulinya bertubi-tubi.
Ana menutup mulutnya karena ngeri, lalu laki-laki
setengah tua itu membawanya pergi. Rupanya laki-laki setengah tua itu tidak
sendiri. Ada beberapa anak buah yang mengawalnya kemanapun ia pergi.
Terjadi keributan sesaat ketika orang-orang
berhamburan meninggalkan restoran itu, meninggalkan Haryo yang tersungkur tak
sadarkan diri, dan terlihat darah mengucur dari hidungnya.
Tak lama kemudian polisi datang, ketika para pelaku
penganiayaan sudah tak tampak batang hidungnya. Raungan sirene ambulan segera
memecah malam. Haryo dilarikan ke rumah sakit.
Didalam mobil, laki-laki setengah tua itu mencecar Ana
dengan pertanyaan yang mengandung kemarahan.
“Siapa dia? Apakah dia pelanggan kamu?”
“Bukan, bukan ,” katanya ketakutan.
“Mengapa dia melakukan itu?”
“Dia_ dia ayah tiriku.”
“Ayah tiri kamu? Mengapa dia marah ?”
“Dia tidak tahu … tentang aku….”
Laki-laki setengah tua itu kemudian diam. Ia
memerintahkan sopirnya agar membawanya ke hotel, sementara dia segera menelpon
Siska.
“Ada apa bos? Bukankah pelayanannya menyenangkan?”
“Mengecewakan !”
“Yaah, apa yang terjadi ?” tanya Siska heran dan
khawatir.
“Terjadi keributan ketika kami sedang makan.”
“Maksudnya keributan apa ya bos?”
“Seseorang marah-marah. Benarkah perempuan ini punya
ayah tiri?”
“Maksudnya, ayah tiri Ana ada disana dan melihatnya?
Kemudian dia marah?”
“Ya, anak buahku sudah menghajarnya, mungkin dia sudah
mampus.”
“Aduh, maaf ya bos, saya yakin ayah tiri Ana tidak
tahu menahu tentang pekerjaan Ana, jadi dia marah. Tapi bos tidak kecewa bukan?
Ana masih bersama anda?”
“Ya, tentu saja, kan aku sudah membayarmu.”
“Syukurlah. Ana kan tidak bersalah. Syukurlah kalau
bos sudah membereskannya.”
Laki-laki itu menutup ponselnya dan merasa lega,
setelah yakin bahwa Ana memang punya ayah tiri. Dan laki-laki itu bukan
pelanggannya yang lain.
***
“Nina, kamu sudah tidur?” Siska menelpon Nina.
“Belum lah, kalau aku tidur masa aku bisa menjawab
telpon kamu.”
“Ada kejadian di sebuah rumah makan, dimana Ana sedang
melayani tamunya.”
“Kejadian apa?” Nina terkejut.
“Pak Haryo melihat Ana, lalu marah-marah.”
“Dia melihatnya?”
“Ana sedang menemani makan tamunya, dan pak Haryo
sedang makan di tempat itu juga. Entah mengapa, dia marah-marah.”
“Lalu bagaimana? Tamunya meninggalkan Ana?” Nina
kecewa.
“Tidak. Untungnya tidak, ia masih membawa Ana. Tapi
anak buah tamu itu menghajar pak Haryo.”
“Apa?”
“Mungkin dia luka parah, tapi mungkin juga tewas.”
“Ya ampun, begitu parahkah?”
“Dia itu seorang yang kaya raya, dan punya banyak anak
buah yang selalu mengawalnya dimanapun berada. Celakalah pak Haryo karena tidak
tahu menahu, kemudian ngerecokin mereka.”
“Dia memang tidak tahu pekerjaan anak-anak itu.”
“Apa kamu sedih ?” Siska menyelidik.
“Ah, bukan sedih, hanya tak menyangka saja.”
Ketika Siska menutup ponselnya, yang terpikir olehnya
adalah rasa nggak enak karena Haryo mengetahui pekerjaan anaknya. Tapi kemudian
Endah yang masih ada dirumah itu, setelah kemudian ibunya menceritakan kejadian
seperti cerita Siska, justru merasa kesal atas sikap ibunya.
“Mengapa malu atau merasa nggak enak? Peduli apa dia
atas apa yang kita lakukan? Memberi kesenangan sudah tidak. Untuk apa laki-laki
semacam itu ?” kata Endah enteng.
Kemudian ia menarik ibunya ke kamar, agar mendengar
cerita-cerita tentang pangalamannya. Tapi tiba-tiba ponsel Nina berdering.
“Dari siapa ya, nggak ada nomornya,” kata Nina sambil
memandangi ponselnya.
“Angkat saja bu, siapa tahu dari Ana yang akan
mengabari ibu tentang kejadian tadi.”
“Ini nomornya bukan nomor Ana.”
“Bisa jadi nomor tamu yang bersama Ana.”
Lalu Nina mengangkatnya.
“Hallo, ini dari Rumah Sakit Pusat.”
“Rumah sakit? Ada apa?”
“Apa ini keluarganya pak Suharyo?”
“Ada apa ya?”
“Saat ini pak Haryo sedang dirawat. Saya menemukan
nomor ini. Saya bicara dengan siapa ya?”
“Oh, saya Nina, baiklah, terimakasih,” sahut Nina yang segera
menutup ponselnya.
“Ada apa?”
“Dari rumah sakit, mengabari kalau pak Haryo dirawat.”
“Kan kita sudah tahu. Biarkan saja,” kata Endah
enteng.
***
Seperti yang dijanjikan Danarto, hari masih remang
ketika ia sudah sampai di rumah Desy. Tindy heran melihat Danarto datang sepagi
itu.
“Nak dokter mau kemana? Desy sedang mandi tuh.”
“Sehabis subuh saya jalan-jalan, kemudian datang
kemari. Bukankah Desy akan berangkat sebelum jam enam pagi?”
“Iya benar, tapi kasihan sekali, Nak dokter
bela-belain setelah subuh langsung kemari?”
“Nggak apa-apa Bu, saya juga harus datang pagi-pagi,”
katanya sedikit bohong, karena dia biasanya datang di rumah sakit pada jam
delapan pagi. Gara-gara cinta nih. Aduhai.
“Oh, begitu ya, kalau begitu harus ikut sarapan dulu, karena
Desy harus sarapan sebelum berangkat.”
“Tidak usah Bu, saya menunggu di sini saja.”
“Ayolah, tidak apa-apa. Simbok masak sayur kare ayam
lho.”
“Tapi Bu,” Danarto sangat sungkan.
“Desy pastinya sudah selesai mandi, ayo kita tunggu di
ruang makan,” ajak Tindy. Tampaknya Tindy suka pada kepribadian Danarto yang
baik dan santun. Apakah dari lubuk hati para orang tua bisa menilai mana yang
baik untuk menjadi calon menantunya? Tindy ingat ketika memperkenalkan Haryo
kepada almarhum ayahnya. Entah apa yang terlihat oleh mata hati orang tuanya,
ayahnya menolak mentah-mentah hubungan mereka. Tindy menikah setelah dua tahun
ayahnya meninggal, dan merasa bahwa Haryo sangat gigih memperjuangkan cintanya. Dan nyatanya bagaimana.
Sekarang ini, Danarto dirasanya sebagai seseorang yang
pantas untuk Desy. Hatinya mengatakan demikian, semoga tidak salah, kata batin
Tindy.
Danarto tak bisa menolak ketika Tindy mengajaknya
masuk ke ruang makan. Mereka berbincang sebentar, sambil menunggu Desy keluar
bersama Tutut.
“Eh, pagi-pagi ada tamu calon kakak ipar,” teriak
Tutut si centil sambil duduk di dekat ibunya.
Tindy tersenyum mendengar canda bungsunya, tapi Desy
yang mendengar sangsung melotot ke arah Tutut. Tutut hanya memeletkan lidahnya.
“Bener ya, mas Danarto datang pagi-pagi, kirain
bercanda,” kata Desy sambil duduk di depan Danarto.
“Masa aku becanda?”
“Ayo Nak, jangan sungkan.”
Desy lalu menyendokkan nasi untuk Danarto. Dan Tutut
yang kemudian pura-pura terbatuk-batuk mendapat cubitan kecil dari Sang Ibu.
“Auww, Ibu nih,” teriak Tutut.
“Sudah, segera sarapan. Kakakmu mau berangkat
pagi-pagi, jangan digangguin terus,” tegur Tindy.
***
Sebelum jam enam pagi, sesuai jadwal tugasnya, Desy
sudah sampai di rumah sakit.
“Mas mau ngapain sepagi ini?”
“Banyak yang bisa dikerjakan, jangan khawatir.”
“Jangan merasa terbebani karena aku.”
“Tidak, aku suka melakukannya.”
“Baiklah, aku ke IGD dulu.”
“Selamat bertugas, dokter muda yang cantik.”
“Ah_ pasti deh", kata Desy sambil tersenyum manis.
Danarto terpana dan tegak dalam kekaguman, membuatnya tak mampu melangkah
pergi. Ia terkejut ketika salah seorang perawat lewat dan berdehem keras
sekali.
“Ehem, cantik bukan, Dok?” kemudian dia berlalu.
Danarto tersenyum lebar, lalu melangkah ke arah
ruangannya.
Desy masuk kedalam ruangan, dan bermaksud meletakkan
berkas di atas meja, ketika salah seorang temannya menyentuh lengannya.
“Desy, apakah nama ayahmu Suharyo?”
“Ya, kenapa?”
“Ada nama mirip, tapi pastinya bukan ayahmu. Belum
sadar, pasien semalam.”
“Apa?” Desy berdebar.
“Korban pengeroyokan.”
Desy menatap ke arah yang ditunjuk temannya, dan
sejenak bumi di mana kakinya berpijak terasa bergoyang. Ia meraih lengan
temannya sehingga tubuhnya tak sampai tersungkur ke lantai.
“Desy, ada apa denganmu?”
“Itu memang ayahku,” lalu langkahnya pelan, menuju ke
arah pembaringan dimana Haryo terbujur diam.
“Bapaaak,” pekiknya tertahan.
Desy menubruk tubuh ayahnya, tapi tubuh itu masih
terdiam. Selang-selang yang membuatnya pusing tiba-tiba, terhubung ke tubuh
ayahnya. Ia meremas telapak tangannya yang terasa panas.
“Apa yang terjadi? Kenapa Bapak?” isaknya.
“Polisi yang mengantarnya semalam, mengatakan bahwa
ada keributan di rumah makan. Beberapa laki-laki mengeroyoknya, lalu
meninggalkannya begitu saja,” kata salah seorang perawat.
“Ya Tuhan, kenapa? Apa Bapak di rampok?”
“Belum jelas Dok, polisi sedang menyelidikinya.
Kabarnya karena seorang gadis.”
Desy terkejut. Seorang gadis?
Desy mengelus tangan ayahnya, yang kemudian bergerak
pelan. Perawat segera memanggil dokter yang menanganinya.
“Bapak ….”
“Maksudku baik …. “ bisiknya pelan.
“Bapak kenapa?”
“Ana … dia … “
Desy terkejut. Ana adalah salah satu anak Nina.
Mengapa gara-gara Ana ayahnya dikeroyok?”
“Semalam kami menghubungi salah satu keluarganya.
Namanya Nina, kalau tidak salah. Tapi ketika kami memberitahukannya, dia
langsung menutup ponselnya,” kata perawat tadi.
Desy sangat marah. Nina dibertahu dan sama sekali
tidak perhatian? Dia lupa bahwa ayahnya sudah banyak berkorban untuk dirinya.
“Bagaimana Bapak?” tanya dokter Winoto, spesialis
penyakit dalam yang menangani Haryo.
Ia segera memeriksa keadaan Haryo. Desy menungguinya
dengan harap-harap cemas.
“Kamu keluarganya?” tanya dokter Winoto.
“Saya anaknya Dok,”
“Oh, anaknya calon dokter, pasti nanti akan bisa
merawat dengan baik,” dokter Winoto tersenyum ramah.
“Bagaimana keadaan Bapak Dok?”
“Nanti harus diperiksa secara keseluruhan. Tekanan
darahnya masih tinggi. Karena ada luka
di kepala, saya khawatir ada fraktur di kepalanya.”
“Baiklah dok, diperiksa secara menyeluruh lebih baik
kan?”
“Hari ini langsung ke kamar inap, dan akan diperiksa
secara menyeluruh,” kata dokter Winoto setelah memberi instruksi kepada perawat
tentang apa yang harus diberikan kepada pasien.
Desy memohon ijin untuk hari itu, karena harus tahu
tentang keadaan ayanya. Ia memilihkan kamar terbaik untuk ayahnya, dan
menungguinya selama ayahnya menjalani pemeriksaan demi pemeriksaan.
Danarto yang mendengar bahwa Haryo dirawat segera mendatangi
kamar inap Haryo. Tapi tampaknya Haryo belum bisa banyak bicara. Dokter telah
memberikan beberapa obat melalui infus yang di suntikkan, dan itu membuat Haryo
mengantuk.
“Sabar ya Des,” kata Danarto lembut, ketika melihat
Desy tampak gelisah.
“Aku ingin pergi ke rumah makan itu, dan ingin tahu
apa yang terjadi.”
“Sekarang?”
“Maukah kamu menunggui Bapak disini sebentar Mas,
selagi Bapak tidur?”
“Kamu tidak ingin ditemani?”
“Tidak usah. Mungkin aku juga mau ke kantor polisi untuk
menanyakan semuanya dengan lebih rinci.”
“Baiklah, aku akan disini. Hati-hati ya Des.”
Desy mengangguk. Ia ingin mengabarkan perihal ayahnya kepada
ibunya, tapi diurungkannya. Ia akan mengatakan nanti ketika bertemu, karena ia
harus berhati-hati mengatakannya. Bagaimanapun ia merasa bahwa ibunya tidak
akan peduli pada ayahnya lagi. Tapi kan ayahnya sedang sakit, dan ia butuh
seseorang yang bisa memperhatikannya. Lalu ia teringat Nina yang kata perawat tidak
perhatian ketika ditelpon.
“Perempuan itu hanya mau harta ayahku,” geramnya
sambil mengendarai mobilnya ke rumah makan itu.
“Tapi apa ya hubungan terlukanya Bapak dengan Ana?”
Desy langsung turun begitu sampai di rumah makan yang
alamatnya didapatkan dari perawat yang semalam menerima ayahnya yang dibawa
polisi ke rumah sakit. Sudah pulang dia karena dinas malam, tapi ada yang
menggantikannya dan tahu ceritanya.
***
Dari rumah makan dan kantor polisi Desy segera tahu
apa yang terjadi. Dengan geram dia segera kembali ke rumah sakit untuk menemui
Danarto dan ayahnya.
Ketika Desy datang, Danarto segera menghampirinya.
“Terimakasih ya mas, beruntung ada kamu yang
membantuku, dan menemani Bapak.”
“Kita tinggal menunggu hasilnya, semoga baik-baik
saja.”
“Aamiin.”
“Bagaimana cerita lengkapnya?”
Lalu Desy duduk di sofa, agak menjauh dari Haryo ,
lalu menceritakan semuanya.
“Ternyata Ana menjadi perempuan nggak bener,” geram
Danarto.
“Mungkin kakaknya juga. Dan karena punya uang banyak maka
mereka tidak peduli pada ayahku.”
“Begitulah kira-kira.”
“Kamu sudah tahu dimana Bapak tinggal?” lirih Desy.
“Belum sempat bicara. Bapak lebih banyak diam.”
Desy berdiri dan mendekati ayahnya yang waktu itu
masih memejamkan matanya. Tapi ketika Desy menggenggam tangannya, Haryo membuka
matanya.
“Dari mana?” pelan sekali Haryo mengatakannya.
“Desy sudah tahu apa yang terjadi.”
“Aku melihat Ana ….”
“Harusnya bapak tidak usah peduli,” tegur Desy.
“Karena aku mengenalnya.”
“Dia menjadi gadis yang nggak bener.”
Haryo mengangguk karena dia sudah menduganya. Haryo memang suka berganti-ganti pasangan, tapi dia selalu menikahinya, walau nikah siri, dan tak.pernah berlaku tak senonoh didepan umum.
“Bapak tidak usah memikirkannya. Bapak harus sembuh,
Desy akan merawat Bapak.”
Wajah yang tampak lebih tua dari umurnya itu tersenyum
tipis.
“Setelah sembuh, bapak harus pulang ke rumah.”
Haryo menatap sendu, lalu menggeleng lemah, tapi
kemudian dia memejamkan matanya.
Desy meneteskan air mata.
***
Besok lagi ya
*_Number One_*
ReplyDeleteLah Kakek jaga gawang....
DeleteMatur nuwun Mbak Tien
DeleteAlhamdulillah, selamat kakek juara 1
Delete_Haryo berdiri. Bukan karena ia sayang pada anak Nina, tapi ia harus menghentikan perilaku tak pantas itu karena dia mengenalnya. Ia tiba di meja ke duanya, dan serta merta menarik Ana sehingga terlepas dari pelukan laki-laki itu. (eMKaJe_38)_
DeleteAlhamdulillah eMKaJe_39 sdh tayang... Horeeee....
Bagaimana ya sikap Ana, terhadap Haryo setelah tertangkap basah???
Yukkkk, kita baca bareng-bareng.
Terima kasih, bu Tien.
Salam SEROJA.
Penisirin ya om? Sampe gawangnya dikawal ketat, biaar anak2 pada nyingkir. Ntar digebuk sama anak buah tamunya Ana loh kek, hehe. Bu Tien.... Ah
DeleteMatur nuwun mbk Tien
ReplyDeleteTerima kasih
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih Bunda...met malam..salam sehat Aduhai
ReplyDeleteSami2 Ibu Sriati
DeleteSalam sehat dan ADUHAI AH
Hore. Trimakasih
ReplyDeleteHoreee sami2
DeleteShiiip. 👍
ReplyDeleteAlhamdulillah, Terima kasih mbak Tien semoga mbak sehat dan selalu dlm lindungan Allah SWT, Aamiin
ReplyDeleteSalam ADUHAI...
Sami2 Ibu Nanung
DeleteAamiin
Salam ADUHAI AH
Matur nuwun bunda Tien
ReplyDeleteSami2 Ibu Isti
DeleteADUHAI
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimajasih bunda Tien
Salam Aduhai
Sami2 Ibu Endah
DeleteSalam ADUHAI AH
Alamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap..
Sami2 Pak Wedeye
DeleteAamiin
Salam ADUHAI AH
Alhamdulillah MKJ 39 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 Ibu Uchu
DeleteAamiin
alhamdulillah maturnuwun bu tien
ReplyDeleteAduhai ah...
salam dari b Nanik baturetno
Sami2 Ibu Nanik
DeleteADUHAI AH
Alhamdullilah sdh tayang MKJ 39..Terima kasih bunda Tien.. Salamsht sll dri Sykabumi🥰🥰🙏🙏
ReplyDeleteSami2 Ibu Farida
DeleteSalam sehat dan ADUHAI AH
Alhamdulilah ...tks bu tien..sehat selalu dan salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteNasibnga pak haryo....
DeleteSami2 Ibu Sri
DeleteAamiin
ADUHAI AH
Alhamdulillah MKJ~39 telah hadir, terima kasih bu Tien 🙏
ReplyDeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Algamdulillah MKJ eps 39 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari.
Salam sehat dan salam hangat.
Sami2 Mas Dudut
DeleteSalam sehat dan hangat
𝐄𝐡 𝐝𝐢𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥 𝐧𝐨𝐧𝐭𝐨𝐧 𝐛𝐨𝐥𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚 𝐬𝐝𝐡 𝐭𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐬𝐮𝐰𝐮𝐧 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧..🙏👍
ReplyDeleteSami2 Pak Indriyanto
DeleteAlhamdulilah, mugi Ibu tansah sehat..matur nuwun Ibu Tien.
ReplyDeletePak Haryo..akankah kembali ke rumahnya...
Ditunggu episode berikutnya...
Salam aduhai
Sami2 Ibu Moedjiati
DeleteAamiin
Salam ADUHAI AH
makin lama makin seru dan penasaran
ReplyDeleteYa makin penasaran aja..besok lgi yg ke 40 nya...klo ad buku nya yg udah komplit full episode..dimna mahu belinya
DeleteIbu Betty, saya baru menulis sepotong2, belum ada bukunya.
DeleteTerimakasih perhatiannya.
Kalau buku yang sudah jadi
SAAT HATI BICARA (tinggal 1)
LASTRI
KEMBANG TITIPAN
Monggo
Alhamdulillah MKJ sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien,semoga bunda Tien selalu sehat
Salam sehat dan aduhai
Sami2 Ibu Salamah
DeleteAamiiN
dan ADUHAI AH
Terima kasih bunda Tien,salam sehat selalu dan Aduhai
ReplyDeleteSami2 Ibu Komariyah
DeleteADUHAI AH
Maturnuwun, mb Tien.
ReplyDeleteSalam sehat nan aduhai.
Yuli Semarang
Sami2 Ibu Yuli
DeleteSalam sehat ADUHAI AH
Ternyata bukan hanya sekedar kata yang diperoleh Haryo, tapi hadiah tak terlupakan berupa bogem mentah.
ReplyDeleteAh sudahlah, orang punya jalan hidup sendiri-sendiri.
Salam sehat Ah untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI, Ah...Ahhhh...
Kalau Ah tidak muncul Danar masih menunggu ...Ah...
ADUHAI AH, Pak Latief
DeleteYang episode 41 dst. mana Bu Tien...
DeleteTrimakasih bu Tien sehat selalu
ReplyDeleteSami2 Ibu Endang
DeleteAamiin
Alhamdulillah ...
ReplyDeleteWa sykurillah
DeleteTerimakasih bu Tien Kumalasari,,
ReplyDeleteSemoga bu Tien selalu mendapatkan kebahagian,, sehat, sehat yah
Salam hangat dari Bandung
Sami2 Ibu Ida
DeleteAamiin
Salam hangat dan ADUHAI AH
Terima kasih bu Tin utk MKJ 39 Desy masih sayang dan peduli pada ayahnya.Anak yg baik.
ReplyDeleteSami2
DeleteMakasih bu Tien, sehat selalu karena kami selalu menunggu karya karya panjenengan 😍
ReplyDeleteSami2 Ibu Hestri
DeleteAamiin
ADUHAI AH..
matur nuwun <bak Tien ... heemm ADUHAI ..
ReplyDeleteSami2 Pak Pri
DeleteADUHAI AH
𝓣𝓮𝓻𝓲𝓶𝓪𝓴𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓶𝓫𝓪𝓴 𝓣𝓲𝓮𝓷...
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
Deletetulisannya bagus2 kayak punya pak Indriyanto
Malu Si Haryo tua dah tdk berguna ...Tindy wanita baik2 nah karma sdh dtg juga cepat ..tp semoga balik lah dan Nina.Ana juga Endah kena karma sdh di tolong sampai kuliah eee nyari jalan pintas
ReplyDeleteADUHAI AH, Ibu Yanti
DeleteAlhamdulillah, matur suwun MKJnya mbak Tien
ReplyDeleteaduhai... salam sehat selalu
Sami2 Ibu Umi
DeleteSalam sehat ah..
Haryo sdh seperti itu dan desy menwarkan utk pulang dan merawat apa madih gemgsi. Terima kasih bu tien
ReplyDeleteSami2 pak Anton
DeleteADUHAI AH..
Maturnuwun mbak Tien MKJ39nya..
ReplyDeleteDuuh campur aduk bacanya..
Kelg Nina udh jd kembang jalanan..
Maksud baik Haryo yg tak tau menahu malah celaka..
Desy terharuu liat bapaknya..
Danarto nempel terus ke Desy..
Lanjutannya besok lagiii...
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹
Sami2 Ibu Maria
DeleteSehat dan ADUHAI AH
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien ...
Semoga kita semua sehat Aamiin😊🌷🌷🌷🌷🌷
Sami2 Ibu Susi
DeleteAamiin
Makasih Bu Tien, MKJ sdh tayang....
ReplyDeleteSalam sehat selalu....🙏
Sami2 Pak Suyanto
DeleteSalam sehat ah...
Typo lagi, kok Tindy di RS? Juga Ana yang datang ke restoran lagi. Sepertinya nama Desy kan. Maaf lho Bu.
ReplyDeleteAduh iya maaf. Lagi nggak konsen banget. Kacau
ReplyDeleteMatur nuwun mas Henri
DeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Sami2 wo
DeleteAamiin
Nah kan...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam sehat dan selalu semangat.
Ah. Aduhai
Sami2 Ibu Sul
DeleteADUHAI AH
Alhamdulillah Bun yg ditunggu akhirnya muncul juga.
ReplyDeleteTerima kasih dan met malam , met istirahat.Salam sehat dan tetap ADUHAI
Alhamdulillah MKJ39 sdh tayang.ceritanya semakin seru, moga Haryo mau minta maaf ke Tindy dan anak2nya. Dan Tindy mau menerima Haryo kembali, meski dgn hati yg berat.
ReplyDeleteterima kasih mbak Tien.
semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin
Sami2 Ibu Pudya
DeleteAamiin
Alhamdulillah.. Cerita nya makin kesini makin seru abiiisss... Suka... Semoga Tindy yg baik mau memaafkan pak Haryo untuk yg kesekian kalinya.... Dan menjadi keluarga utuh yg selalu bahagia....
ReplyDeleteGeemmmees banget sama Nina dan anak2 nya...
MEMANG KEMBANG JALANAN....
ADUHAI AH, Ibu Swissti, lama nggak komen nih
DeleteTuh kan ulah Haryo sendiri kan
ReplyDeleteAneh aneh waé, malah jadi heboh ketahuan melarikan diri dari rumah keluarganya.
Pencarian kerabat pun dicari, yang sering ditelepon siapa, eh di telpon nggak respon, sudah masuk data, disiapkan siapa tahu kalau naik ke pengadilan butuh saksi, waduh kandang bèbèk bisa bubar nich.
Lho Haryo, arep diner malah jowal jawil, yo uwis entuk cublak cublak suweng. Wong tuwa jéw nggo bal balan mesakaké, sembuh terus diminta pulang ke rumah?!
Yå gengsi tå yåå...
Haryo jian memang nggak ngerti kalau mereka sudah masuk di dunia lain. Makanya kok yå kepo, niatnya seeh baek, menegur tapi yang ditegur kan sudah niat cari pesugihan, nggak ngerti juga jalan lewat cara macem apa.
Cita cita nya pokoknya; kaya, gitu aja, bukan yang lain.
ADUHAI
Duh sambutan calon mertua begitu hangat. Diajak sarapan lagi, lumayan merasakan punya keluarga.
Hari pertama dijemput Danarto; malah kedatangan bapak nya Desy yang pingsan di IGD mulai dari tadi malam.
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh sembilan sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
Nanaaaaang, nuwun komen yang selalu heboh.
DeleteADUHAI AH
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
ReplyDeleteSenantiasa sehat dan bahagia bersama
Keluarga tercinta,Aamiin.
Sami2 Ibu Rini
DeleteAamiin
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, salam sehat selalu.
Sami2 Ibu Sri
DeleteSalam sehat ah..
Trims Bu Tien sdh menghibur...sehat sehat Bu tien
ReplyDeleteSemoga hari ini ada berita baik ttg MKJ
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien...selalu menunggu cerita selanjutnya. Salam sehat..
ReplyDeleteSami2 Ibu Mulyono
DeleteSalam sehat ah...
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat pagi selamat beraktifitas, semoga dilancarkan sgl aktifitasnya, sehat selalu Bu Tien... Dalam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Matur nuwun
Salam...
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Rupanya Haryo merasa punya kesalahan yang besar keluarganya, shg malu atau gengsi..Haryo tdk mau pulang ke rumah keluarganya. Di tunggu lanjutan ceritanya Bu Tien, semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede..
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin Allahumma Aamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Hatur nuwun semalam sudah comment kok pagi ini dilihat nggak ada ya pdhl baru kakek Habi, btw smoga,mbakyu Tienkumalasari & sehat² selalu salam kangen dan aduhaai dari Tanggamus, Lampung
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk MKJnya
Ayooo Haryo pulang lah ,,tdk usah gengsi untuk mengakui kesalahan kpd Tindy n anak²
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Mantab n Aduhaaii 🙏🙏🙏
Matur nuwun Ibu Ika Laksmi
DeleteSalam ADUHAI
Sami2 Jeng Sis
ReplyDeleteSalam ADUHAI AH dari Solo
Apa tuh ?
ReplyDeleteSelalu baik dong
Sami2 Mas Bambang
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI AH
Masalah kekerasan yg di alami pak Haryo SDH ditangani oleh Polisi. Dan akankah (?) Siska akan kena getah ulah nya yg 'menjual Endah dan Ana pada bos2 ... or .... delik hukumnya 'memperdagangkan manusia. Dan pak Haryo punya andil membuka kedok itu. Yuk , kita tunggu pd episode yad.👍
ReplyDeleteDan semoga Bu Tien selalu Sehat Wal'afiat. Aamiin YRA.🙏
Aku sangat yakin, sebagai wanita yang bijaksana serta hati yang lembut, pasti ibu tindy bersedia menerima pak haryo di rumahnya.
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakadih bunda Tien
Salam Aduhai
Dalam dunia halu, ibu Nina tega menjerumuskan anak2nya menjadi seperti itu, dan anak-anaknya menikmati peran sebagai kembang jalanan.
ReplyDeleteSemoga tidak terjadi di dunia nyata.
Atau justru cerita ini terinspirasi dari dunia nyata??
Sungguh miris kalo betul ada..
Sehat selalu Bu Tien...
Terimakasih Mbak Tien,
ReplyDeletesemakin seru...beda cara mendidik akan beda hasilnya, didikan Bu Tindy dan Bu Nina
Sehat selalu mbak Tien, salam aduhai 🙏
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk MKJnya
Seperti nya akhir yg bahagia,,, ADUHAAII sekali
Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Semoga cucu semakin sehat wal'afiat ya
Aamiin Ya Rabbal'Alamiin 🙏🤗💖