Monday, February 14, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 39

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  39

(Tien Kumalasari)

 

“Aaap_pa .. ini ….” Teriak Ana yang kemudian tekejut melihat Haryo lah yang menarik tangannya.

“Apa yang kamu lakukan ?” hardik Haryo.

Sementara laki-laki setengah tua itupun kemudian berdiri dan menarik tangan Ana, lalu ia berdiri di depannya.

“Apa? Apa yang kamu lakukan Apa dia isteri kamu?” teriaknya tak kurang kerasnya.

“Aku hanya mengenal dia, dia bukan apa-apaku. Aku hanya mengingatkan perbuatannya yang tidak pantas,” kata Haryo dengan berani.

Tapi Haryo heran melihat Ana justru bersembunyi dibalik laki-laki itu. Pikirannya kemudian meraba-raba kearah hal terburuk yang telah dilakukan Ana. Jawaban kesombongan Nina, dan teriakan Endah malam ini, yang seakan tidak membutuhkannya, membuatnya menjadikan kejadian ini menjadi jawabnya. Mereka tak membutuhkannya karena bisa mendapatkan uang dengan cara lain. Apakah Nina telah menjual anaknya? Tapi Haryo tak sempat berpikir lama, karena tiba-tiba sebuah pukulan mengenai tengkuknya. Haryo tersungkur, lalu beberapa orang memukulinya bertubi-tubi.

Ana menutup mulutnya karena ngeri, lalu laki-laki setengah tua itu membawanya pergi. Rupanya laki-laki setengah tua itu tidak sendiri. Ada beberapa anak buah yang mengawalnya kemanapun ia pergi.

Terjadi keributan sesaat ketika orang-orang berhamburan meninggalkan restoran itu, meninggalkan Haryo yang tersungkur tak sadarkan diri, dan terlihat darah mengucur dari hidungnya.

Tak lama kemudian polisi datang, ketika para pelaku penganiayaan sudah tak tampak batang hidungnya. Raungan sirene ambulan segera memecah malam. Haryo dilarikan ke rumah sakit.

Didalam mobil, laki-laki setengah tua itu mencecar Ana dengan pertanyaan yang mengandung kemarahan.

“Siapa dia? Apakah dia pelanggan kamu?”

“Bukan, bukan ,” katanya ketakutan.

“Mengapa dia melakukan itu?”

“Dia_ dia ayah tiriku.”

“Ayah tiri kamu? Mengapa dia marah ?”

“Dia tidak tahu … tentang aku….”

Laki-laki setengah tua itu kemudian diam. Ia memerintahkan sopirnya agar membawanya ke hotel, sementara dia segera menelpon Siska.

“Ada apa bos? Bukankah pelayanannya menyenangkan?”

“Mengecewakan !”

“Yaah, apa yang terjadi ?” tanya Siska heran dan khawatir.

“Terjadi keributan ketika kami sedang makan.”

“Maksudnya keributan apa ya bos?”

“Seseorang marah-marah. Benarkah perempuan ini punya ayah tiri?”

“Maksudnya, ayah tiri Ana ada disana dan melihatnya? Kemudian dia marah?”

“Ya, anak buahku sudah menghajarnya, mungkin dia sudah mampus.”

“Aduh, maaf ya bos, saya yakin ayah tiri Ana tidak tahu menahu tentang pekerjaan Ana, jadi dia marah. Tapi bos tidak kecewa bukan? Ana masih bersama anda?”

“Ya, tentu saja, kan aku sudah membayarmu.”

“Syukurlah. Ana kan tidak bersalah. Syukurlah kalau bos sudah membereskannya.”

Laki-laki itu menutup ponselnya dan merasa lega, setelah yakin bahwa Ana memang punya ayah tiri. Dan laki-laki itu bukan pelanggannya yang lain.

***

“Nina, kamu sudah tidur?” Siska menelpon Nina.

“Belum lah, kalau aku tidur masa aku bisa menjawab telpon kamu.”

“Ada kejadian di sebuah rumah makan, dimana Ana sedang melayani tamunya.”

“Kejadian apa?” Nina terkejut.

“Pak Haryo melihat Ana, lalu marah-marah.”

“Dia melihatnya?”

“Ana sedang menemani makan tamunya, dan pak Haryo sedang makan di tempat itu juga. Entah mengapa, dia marah-marah.”

“Lalu bagaimana? Tamunya meninggalkan Ana?” Nina kecewa.

“Tidak. Untungnya tidak, ia masih membawa Ana. Tapi anak buah tamu itu menghajar pak Haryo.”

“Apa?”

“Mungkin dia luka parah, tapi mungkin juga tewas.”

“Ya ampun, begitu parahkah?”

“Dia itu seorang yang kaya raya, dan punya banyak anak buah yang selalu mengawalnya dimanapun berada. Celakalah pak Haryo karena tidak tahu menahu, kemudian ngerecokin mereka.”

“Dia memang tidak tahu pekerjaan anak-anak itu.”

“Apa kamu sedih ?” Siska menyelidik.

“Ah, bukan sedih, hanya tak menyangka saja.”

Ketika Siska menutup ponselnya, yang terpikir olehnya adalah rasa nggak enak karena Haryo mengetahui pekerjaan anaknya. Tapi kemudian Endah yang masih ada dirumah itu, setelah kemudian ibunya menceritakan kejadian seperti cerita Siska, justru merasa kesal atas sikap ibunya.

“Mengapa malu atau merasa nggak enak? Peduli apa dia atas apa yang kita lakukan? Memberi kesenangan sudah tidak. Untuk apa laki-laki semacam itu ?” kata Endah enteng.

Kemudian ia menarik ibunya ke kamar, agar mendengar cerita-cerita tentang pangalamannya. Tapi tiba-tiba ponsel Nina berdering.

“Dari siapa ya, nggak ada nomornya,” kata Nina sambil memandangi ponselnya.

“Angkat saja bu, siapa tahu dari Ana yang akan mengabari ibu tentang kejadian tadi.”

“Ini nomornya bukan nomor Ana.”

“Bisa jadi nomor tamu yang bersama Ana.”

Lalu Nina mengangkatnya.

“Hallo, ini dari Rumah Sakit Pusat.”

“Rumah sakit? Ada apa?”

“Apa ini keluarganya pak Suharyo?”

“Ada apa ya?”

“Saat ini pak Haryo sedang dirawat. Saya menemukan nomor ini. Saya bicara dengan siapa ya?”

“Oh, saya Nina,  baiklah, terimakasih,” sahut Nina yang segera menutup ponselnya.

“Ada apa?”

“Dari rumah sakit, mengabari kalau pak Haryo dirawat.”

“Kan kita sudah tahu. Biarkan saja,” kata Endah enteng.

***

Seperti yang dijanjikan Danarto, hari masih remang ketika ia sudah sampai di rumah Desy. Tindy heran melihat Danarto datang sepagi itu.

“Nak dokter mau kemana? Desy sedang mandi tuh.”

“Sehabis subuh saya jalan-jalan, kemudian datang kemari. Bukankah Desy akan berangkat sebelum jam enam pagi?”

“Iya benar, tapi kasihan sekali, Nak dokter bela-belain setelah subuh langsung kemari?”

“Nggak apa-apa Bu, saya juga harus datang pagi-pagi,” katanya sedikit bohong, karena dia biasanya datang di rumah sakit pada jam delapan pagi. Gara-gara cinta nih. Aduhai.

“Oh, begitu ya, kalau begitu harus ikut sarapan dulu, karena Desy harus sarapan sebelum berangkat.”

“Tidak usah Bu, saya menunggu di sini saja.”

“Ayolah, tidak apa-apa. Simbok masak sayur kare ayam lho.”

“Tapi Bu,” Danarto sangat sungkan.

“Desy pastinya sudah selesai mandi, ayo kita tunggu di ruang makan,” ajak Tindy. Tampaknya Tindy suka pada kepribadian Danarto yang baik dan santun. Apakah dari lubuk hati para orang tua bisa menilai mana yang baik untuk menjadi calon menantunya? Tindy ingat ketika memperkenalkan Haryo kepada almarhum ayahnya. Entah apa yang terlihat oleh mata hati orang tuanya, ayahnya menolak mentah-mentah hubungan mereka. Tindy menikah setelah dua tahun ayahnya meninggal, dan merasa bahwa Haryo sangat gigih memperjuangkan cintanya. Dan nyatanya bagaimana.

Sekarang ini, Danarto dirasanya sebagai seseorang yang pantas untuk Desy. Hatinya mengatakan demikian, semoga tidak salah, kata batin Tindy.

Danarto tak bisa menolak ketika Tindy mengajaknya masuk ke ruang makan. Mereka berbincang sebentar, sambil menunggu Desy keluar bersama Tutut.

“Eh, pagi-pagi ada tamu calon kakak ipar,” teriak Tutut si centil sambil duduk di dekat ibunya.

Tindy tersenyum mendengar canda bungsunya, tapi Desy yang mendengar sangsung melotot ke arah Tutut. Tutut hanya memeletkan lidahnya.

“Bener ya, mas Danarto datang pagi-pagi, kirain bercanda,” kata Desy sambil duduk di depan Danarto.

“Masa aku becanda?”

“Ayo Nak, jangan sungkan.”

Desy lalu menyendokkan nasi untuk Danarto. Dan Tutut yang kemudian pura-pura terbatuk-batuk mendapat cubitan kecil dari Sang Ibu.

“Auww, Ibu nih,” teriak Tutut.

“Sudah, segera sarapan. Kakakmu mau berangkat pagi-pagi, jangan digangguin terus,” tegur Tindy.

***

Sebelum jam enam pagi, sesuai jadwal tugasnya, Desy sudah sampai di rumah sakit.

“Mas mau ngapain sepagi ini?”

“Banyak yang bisa dikerjakan, jangan khawatir.”

“Jangan merasa terbebani karena aku.”

“Tidak, aku suka melakukannya.”

“Baiklah, aku ke IGD dulu.”

“Selamat bertugas, dokter muda yang cantik.”

“Ah_ pasti deh", kata Desy sambil tersenyum manis. Danarto terpana dan tegak dalam kekaguman, membuatnya tak mampu melangkah pergi. Ia terkejut ketika salah seorang perawat lewat dan berdehem keras sekali.

“Ehem, cantik bukan, Dok?” kemudian dia berlalu.

Danarto tersenyum lebar, lalu melangkah ke arah ruangannya.

Desy masuk kedalam ruangan, dan bermaksud meletakkan berkas di atas meja, ketika salah seorang temannya menyentuh lengannya.

“Desy, apakah nama ayahmu Suharyo?”

“Ya, kenapa?”

“Ada nama mirip, tapi pastinya bukan ayahmu. Belum sadar, pasien semalam.”

“Apa?” Desy berdebar.

“Korban pengeroyokan.”

Desy menatap ke arah yang ditunjuk temannya, dan sejenak bumi di mana kakinya berpijak terasa bergoyang. Ia meraih lengan temannya sehingga tubuhnya tak sampai tersungkur ke lantai.

“Desy, ada apa denganmu?”

“Itu memang ayahku,” lalu langkahnya pelan, menuju ke arah pembaringan dimana Haryo terbujur diam.

“Bapaaak,” pekiknya tertahan.

Desy menubruk tubuh ayahnya, tapi tubuh itu masih terdiam. Selang-selang yang membuatnya pusing tiba-tiba, terhubung ke tubuh ayahnya. Ia meremas telapak tangannya yang terasa panas.

“Apa yang terjadi? Kenapa Bapak?” isaknya.

“Polisi yang mengantarnya semalam, mengatakan bahwa ada keributan di rumah makan. Beberapa laki-laki mengeroyoknya, lalu meninggalkannya begitu saja,” kata salah seorang perawat.

“Ya Tuhan, kenapa? Apa Bapak di rampok?”

“Belum jelas Dok, polisi sedang menyelidikinya. Kabarnya karena seorang gadis.”

Desy terkejut. Seorang gadis?

Desy mengelus tangan ayahnya, yang kemudian bergerak pelan. Perawat segera memanggil dokter yang menanganinya.

“Bapak ….”

“Maksudku baik …. “ bisiknya pelan.

“Bapak kenapa?”

“Ana … dia … “

Desy terkejut. Ana adalah salah satu anak Nina. Mengapa gara-gara Ana ayahnya dikeroyok?”

“Semalam kami menghubungi salah satu keluarganya. Namanya Nina, kalau tidak salah. Tapi ketika kami memberitahukannya, dia langsung menutup ponselnya,” kata perawat tadi.

Desy sangat marah. Nina dibertahu dan sama sekali tidak perhatian? Dia lupa bahwa ayahnya sudah banyak berkorban untuk dirinya.

“Bagaimana Bapak?” tanya dokter Winoto, spesialis penyakit dalam yang menangani Haryo.

Ia segera memeriksa keadaan Haryo. Desy  menungguinya dengan harap-harap cemas.

“Kamu keluarganya?” tanya dokter Winoto.

“Saya anaknya Dok,”

“Oh, anaknya calon dokter, pasti nanti akan bisa merawat dengan baik,” dokter Winoto tersenyum ramah.

“Bagaimana keadaan Bapak Dok?”

“Nanti harus diperiksa secara keseluruhan. Tekanan darahnya masih tinggi.  Karena ada luka di kepala, saya khawatir ada fraktur di kepalanya.”

“Baiklah dok, diperiksa secara menyeluruh lebih baik kan?”

“Hari ini langsung ke kamar inap, dan akan diperiksa secara menyeluruh,” kata dokter Winoto setelah memberi instruksi kepada perawat tentang apa yang harus diberikan kepada pasien.

Desy memohon ijin untuk hari itu, karena harus tahu tentang keadaan ayanya. Ia memilihkan kamar terbaik untuk ayahnya, dan menungguinya selama ayahnya menjalani pemeriksaan demi pemeriksaan.

Danarto yang mendengar bahwa Haryo dirawat segera mendatangi kamar inap Haryo. Tapi tampaknya Haryo belum bisa banyak bicara. Dokter telah memberikan beberapa obat melalui infus yang di suntikkan, dan itu membuat Haryo mengantuk.

“Sabar ya Des,” kata Danarto lembut, ketika melihat Desy tampak gelisah.

“Aku ingin pergi ke rumah makan itu, dan ingin tahu apa yang terjadi.”

“Sekarang?”

“Maukah kamu menunggui Bapak disini sebentar Mas, selagi Bapak tidur?”

“Kamu tidak ingin ditemani?”

“Tidak usah. Mungkin aku juga mau ke kantor polisi untuk menanyakan semuanya dengan lebih rinci.”

“Baiklah, aku akan disini. Hati-hati ya Des.”

Desy mengangguk. Ia ingin mengabarkan perihal ayahnya kepada ibunya, tapi diurungkannya. Ia akan mengatakan nanti ketika bertemu, karena ia harus berhati-hati mengatakannya. Bagaimanapun ia merasa bahwa ibunya tidak akan peduli pada ayahnya lagi. Tapi kan ayahnya sedang sakit, dan ia butuh seseorang yang bisa memperhatikannya. Lalu ia teringat Nina yang kata perawat tidak perhatian ketika ditelpon.

“Perempuan itu hanya mau harta ayahku,” geramnya sambil mengendarai mobilnya ke rumah makan itu.

“Tapi apa ya hubungan terlukanya Bapak dengan Ana?”

Desy  langsung turun begitu sampai di rumah makan yang alamatnya didapatkan dari perawat yang semalam menerima ayahnya yang dibawa polisi ke rumah sakit. Sudah pulang dia karena dinas malam, tapi ada yang menggantikannya dan tahu ceritanya.

***

Dari rumah makan dan kantor polisi Desy segera tahu apa yang terjadi. Dengan geram dia segera kembali ke rumah sakit untuk menemui Danarto dan ayahnya.

Ketika Desy datang, Danarto segera  menghampirinya.

“Terimakasih ya mas, beruntung ada kamu yang membantuku, dan menemani Bapak.”

“Kita tinggal menunggu hasilnya, semoga baik-baik saja.”

“Aamiin.”

“Bagaimana cerita lengkapnya?”

Lalu Desy duduk di sofa, agak menjauh dari Haryo , lalu menceritakan semuanya.

“Ternyata Ana menjadi perempuan nggak bener,” geram Danarto.

“Mungkin kakaknya juga. Dan karena punya uang banyak maka mereka tidak peduli pada ayahku.”

“Begitulah kira-kira.”

“Kamu sudah tahu dimana Bapak tinggal?” lirih Desy.

“Belum sempat bicara. Bapak lebih banyak diam.”

Desy berdiri dan mendekati ayahnya yang waktu itu masih memejamkan matanya. Tapi ketika Desy menggenggam tangannya, Haryo membuka matanya.

“Dari mana?” pelan sekali Haryo mengatakannya.

“Desy sudah tahu apa yang terjadi.”

“Aku melihat Ana ….”

“Harusnya bapak tidak usah peduli,” tegur Desy.

“Karena aku mengenalnya.”

“Dia menjadi gadis yang nggak bener.”

Haryo mengangguk karena dia sudah menduganya. Haryo memang suka berganti-ganti pasangan, tapi dia selalu menikahinya, walau nikah siri, dan tak.pernah berlaku tak senonoh didepan umum.

“Bapak tidak usah memikirkannya. Bapak harus sembuh, Desy akan merawat Bapak.”

Wajah yang tampak lebih tua dari umurnya itu tersenyum tipis.

“Setelah sembuh, bapak harus pulang ke rumah.”

Haryo menatap sendu, lalu menggeleng lemah, tapi kemudian dia memejamkan matanya.

Desy meneteskan air mata.

***

Besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

118 comments:

  1. Replies
    1. _Haryo berdiri. Bukan karena ia sayang pada anak Nina, tapi ia harus menghentikan perilaku tak pantas itu karena dia mengenalnya. Ia tiba di meja ke duanya, dan serta merta menarik Ana sehingga terlepas dari pelukan laki-laki itu. (eMKaJe_38)_

      Alhamdulillah eMKaJe_39 sdh tayang... Horeeee....
      Bagaimana ya sikap Ana, terhadap Haryo setelah tertangkap basah???
      Yukkkk, kita baca bareng-bareng.

      Terima kasih, bu Tien.
      Salam SEROJA.

      Delete
    2. Penisirin ya om? Sampe gawangnya dikawal ketat, biaar anak2 pada nyingkir. Ntar digebuk sama anak buah tamunya Ana loh kek, hehe. Bu Tien.... Ah

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Bunda...met malam..salam sehat Aduhai

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, Terima kasih mbak Tien semoga mbak sehat dan selalu dlm lindungan Allah SWT, Aamiin
    Salam ADUHAI...

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah
    Terimajasih bunda Tien
    Salam Aduhai

    ReplyDelete
  6. Alamdulillah...
    Yang ditunggu tunggu telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap..

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah MKJ 39 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  8. alhamdulillah maturnuwun bu tien
    Aduhai ah...
    salam dari b Nanik baturetno

    ReplyDelete
  9. Alhamdullilah sdh tayang MKJ 39..Terima kasih bunda Tien.. Salamsht sll dri Sykabumi🥰🥰🙏🙏

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah ...tks bu tien..sehat selalu dan salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah MKJ~39 telah hadir, terima kasih bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  12. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah,

    ReplyDelete
  13. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  14. Algamdulillah MKJ eps 39 sudah tayang.
    Matur nuwun mbak Tien Kumalasari.
    Salam sehat dan salam hangat.

    ReplyDelete
  15. 𝐄𝐡 𝐝𝐢𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥 𝐧𝐨𝐧𝐭𝐨𝐧 𝐛𝐨𝐥𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐧𝐭𝐚𝐫 𝐭𝐞𝐫𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚 𝐬𝐝𝐡 𝐭𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐬𝐮𝐰𝐮𝐧 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧..🙏👍

    ReplyDelete
  16. Alhamdulilah, mugi Ibu tansah sehat..matur nuwun Ibu Tien.
    Pak Haryo..akankah kembali ke rumahnya...
    Ditunggu episode berikutnya...
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  17. makin lama makin seru dan penasaran

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya makin penasaran aja..besok lgi yg ke 40 nya...klo ad buku nya yg udah komplit full episode..dimna mahu belinya

      Delete
    2. Ibu Betty, saya baru menulis sepotong2, belum ada bukunya.
      Terimakasih perhatiannya.
      Kalau buku yang sudah jadi
      SAAT HATI BICARA (tinggal 1)
      LASTRI
      KEMBANG TITIPAN
      Monggo

      Delete
  18. Alhamdulillah MKJ sudah tayang
    Terimakasih bunda Tien,semoga bunda Tien selalu sehat
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  19. Terima kasih bunda Tien,salam sehat selalu dan Aduhai

    ReplyDelete
  20. Maturnuwun, mb Tien.
    Salam sehat nan aduhai.
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  21. Ternyata bukan hanya sekedar kata yang diperoleh Haryo, tapi hadiah tak terlupakan berupa bogem mentah.
    Ah sudahlah, orang punya jalan hidup sendiri-sendiri.
    Salam sehat Ah untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI, Ah...Ahhhh...
    Kalau Ah tidak muncul Danar masih menunggu ...Ah...

    ReplyDelete
  22. Terimakasih bu Tien Kumalasari,,
    Semoga bu Tien selalu mendapatkan kebahagian,, sehat, sehat yah
    Salam hangat dari Bandung

    ReplyDelete
  23. Terima kasih bu Tin utk MKJ 39 Desy masih sayang dan peduli pada ayahnya.Anak yg baik.

    ReplyDelete
  24. Makasih bu Tien, sehat selalu karena kami selalu menunggu karya karya panjenengan 😍

    ReplyDelete
  25. matur nuwun <bak Tien ... heemm ADUHAI ..

    ReplyDelete
  26. 𝓣𝓮𝓻𝓲𝓶𝓪𝓴𝓪𝓼𝓲𝓱 𝓶𝓫𝓪𝓴 𝓣𝓲𝓮𝓷...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 KP LOVER
      tulisannya bagus2 kayak punya pak Indriyanto

      Delete
  27. Malu Si Haryo tua dah tdk berguna ...Tindy wanita baik2 nah karma sdh dtg juga cepat ..tp semoga balik lah dan Nina.Ana juga Endah kena karma sdh di tolong sampai kuliah eee nyari jalan pintas

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah, matur suwun MKJnya mbak Tien
    aduhai... salam sehat selalu

    ReplyDelete
  29. Haryo sdh seperti itu dan desy menwarkan utk pulang dan merawat apa madih gemgsi. Terima kasih bu tien

    ReplyDelete
  30. Maturnuwun mbak Tien MKJ39nya..

    Duuh campur aduk bacanya..
    Kelg Nina udh jd kembang jalanan..
    Maksud baik Haryo yg tak tau menahu malah celaka..
    Desy terharuu liat bapaknya..
    Danarto nempel terus ke Desy..

    Lanjutannya besok lagiii...

    Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah
    Syukron Mbak Tien ...
    Semoga kita semua sehat Aamiin😊🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  32. Makasih Bu Tien, MKJ sdh tayang....
    Salam sehat selalu....🙏

    ReplyDelete
  33. Typo lagi, kok Tindy di RS? Juga Ana yang datang ke restoran lagi. Sepertinya nama Desy kan. Maaf lho Bu.

    ReplyDelete
  34. Aduh iya maaf. Lagi nggak konsen banget. Kacau

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  36. Nah kan...
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat dan selalu semangat.
    Ah. Aduhai

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah Bun yg ditunggu akhirnya muncul juga.
    Terima kasih dan met malam , met istirahat.Salam sehat dan tetap ADUHAI

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah MKJ39 sdh tayang.ceritanya semakin seru, moga Haryo mau minta maaf ke Tindy dan anak2nya. Dan Tindy mau menerima Haryo kembali, meski dgn hati yg berat.
    terima kasih mbak Tien.
    semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah.. Cerita nya makin kesini makin seru abiiisss... Suka... Semoga Tindy yg baik mau memaafkan pak Haryo untuk yg kesekian kalinya.... Dan menjadi keluarga utuh yg selalu bahagia....
    Geemmmees banget sama Nina dan anak2 nya...

    MEMANG KEMBANG JALANAN....

    ReplyDelete
  40. Tuh kan ulah Haryo sendiri kan
    Aneh aneh waé, malah jadi heboh ketahuan melarikan diri dari rumah keluarganya.

    Pencarian kerabat pun dicari, yang sering ditelepon siapa, eh di telpon nggak respon, sudah masuk data, disiapkan siapa tahu kalau naik ke pengadilan butuh saksi, waduh kandang bèbèk bisa bubar nich.

    Lho Haryo, arep diner malah jowal jawil, yo uwis entuk cublak cublak suweng. Wong tuwa jéw nggo bal balan mesakaké, sembuh terus diminta pulang ke rumah?!
    Yå gengsi tå yåå...

    Haryo jian memang nggak ngerti kalau mereka sudah masuk di dunia lain. Makanya kok yå kepo, niatnya seeh baek, menegur tapi yang ditegur kan sudah niat cari pesugihan, nggak ngerti juga jalan lewat cara macem apa.
    Cita cita nya pokoknya; kaya, gitu aja, bukan yang lain.

    ADUHAI

    Duh sambutan calon mertua begitu hangat. Diajak sarapan lagi, lumayan merasakan punya keluarga.

    Hari pertama dijemput Danarto; malah kedatangan bapak nya Desy yang pingsan di IGD mulai dari tadi malam.



    Terimakasih Bu Tien;

    Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh sembilan sudah tayang.

    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nanaaaaang, nuwun komen yang selalu heboh.
      ADUHAI AH

      Delete
  41. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
    Senantiasa sehat dan bahagia bersama
    Keluarga tercinta,Aamiin.

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah
    Terimakasih bu Tien, salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  43. Trims Bu Tien sdh menghibur...sehat sehat Bu tien

    ReplyDelete
  44. Semoga hari ini ada berita baik ttg MKJ

    ReplyDelete
  45. Terimakasih bu Tien...selalu menunggu cerita selanjutnya. Salam sehat..

    ReplyDelete
  46. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat pagi selamat beraktifitas, semoga dilancarkan sgl aktifitasnya, sehat selalu Bu Tien... Dalam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  47. Assalamualaikum wr wb. Rupanya Haryo merasa punya kesalahan yang besar keluarganya, shg malu atau gengsi..Haryo tdk mau pulang ke rumah keluarganya. Di tunggu lanjutan ceritanya Bu Tien, semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
      Aamiin Allahumma Aamiin
      Matur nuwun pak Mashudi

      Delete
  48. Hatur nuwun semalam sudah comment kok pagi ini dilihat nggak ada ya pdhl baru kakek Habi, btw smoga,mbakyu Tienkumalasari & sehat² selalu salam kangen dan aduhaai dari Tanggamus, Lampung

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk MKJnya
    Ayooo Haryo pulang lah ,,tdk usah gengsi untuk mengakui kesalahan kpd Tindy n anak²

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    Mantab n Aduhaaii 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  50. Sami2 Jeng Sis
    Salam ADUHAI AH dari Solo

    ReplyDelete
  51. Sami2 Mas Bambang
    Salam sehat dan ADUHAI AH

    ReplyDelete
  52. Masalah kekerasan yg di alami pak Haryo SDH ditangani oleh Polisi. Dan akankah (?) Siska akan kena getah ulah nya yg 'menjual Endah dan Ana pada bos2 ... or .... delik hukumnya 'memperdagangkan manusia. Dan pak Haryo punya andil membuka kedok itu. Yuk , kita tunggu pd episode yad.👍
    Dan semoga Bu Tien selalu Sehat Wal'afiat. Aamiin YRA.🙏

    ReplyDelete
  53. Aku sangat yakin, sebagai wanita yang bijaksana serta hati yang lembut, pasti ibu tindy bersedia menerima pak haryo di rumahnya.

    ReplyDelete
  54. Alhamdulillah
    Terimakadih bunda Tien
    Salam Aduhai

    ReplyDelete
  55. Dalam dunia halu, ibu Nina tega menjerumuskan anak2nya menjadi seperti itu, dan anak-anaknya menikmati peran sebagai kembang jalanan.

    Semoga tidak terjadi di dunia nyata.
    Atau justru cerita ini terinspirasi dari dunia nyata??
    Sungguh miris kalo betul ada..

    Sehat selalu Bu Tien...

    ReplyDelete
  56. Terimakasih Mbak Tien,
    semakin seru...beda cara mendidik akan beda hasilnya, didikan Bu Tindy dan Bu Nina
    Sehat selalu mbak Tien, salam aduhai 🙏

    ReplyDelete
  57. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk MKJnya
    Seperti nya akhir yg bahagia,,, ADUHAAII sekali

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    Semoga cucu semakin sehat wal'afiat ya
    Aamiin Ya Rabbal'Alamiin 🙏🤗💖

    ReplyDelete