MEMANG KEMBANG JALANAN
34
(Tien Kumalasari)
“Bagus, kamu setuju?” tanya Siska sambil menatap tajam
sahabatnya.
“Tapi, bagaimana aku mengatakannya kepada anak-anakku?
Mereka masih sangat muda."
“Justru itu yang bisa mendapatkan uang lebih. Dengar,
kamu kan tahu, bahwa uang itu sangat penting. Kamu hidup sengsara tanpa uang.
Kamu ingin makan enak, ingin baju bagus, ingin bersenang-senang, ingin
jalan-jalan kemana saja, kamu butuh uang. Ya kan?”
Nina mengangguk-angguk. Saat itu Endah dan Ana sedang
ada di dalam rumah. Mereka tak mendengar atau tak tahu tentang apa yang
dikatakan Siska kepada ibunya.
“Kamu punya senjata untuk itu," lanjut Siska.
“Tapi bagaimana caranya?”
“Serahkan saja sama aku. Kamu tahu, aku hidup
berkecukupan karena aku menjadi simpanan orang kaya. Aku juga bisa mencarikan
ke senangan untuk setiap laki-laki yang membutuhkan kesenangan dengan
wanita-wanita cantik.”
“Oo ….” Nina melongo. Jadi itu sebabnya Siska banyak
uang dan selalu bisa bersenang-senang? Nina benar-benar tergiur. Dulu ia selalu
hidup berkecukupan, tapi ia harus menjadi wanita yang sepenuhnya melayani
laki-laki di dalam sebuah rumah tangga. Harus membersihkan rumah, memasak,
melayani suami dan anak-anaknya. Isteri siri. Dulu bisa hidup enak, dimanja
oleh suami sirinya. Tapi sekarang? Harus menunggui dagangan gado-gado yang tak
jelas bagaimana caranya supaya bisa laku. Harus berhemat karena uang belanja
yang terbatas. Kapan bisa jalan-jalan? Kapan bisa makan di restoran? Kapan bisa
membeli baju bagus seperti yang selalu dipakai Siska?
“Ikutilah kata-kataku. Ini bukan pekerjaan berat untuk
anak-anak kamu. Ia malah bisa bersenang-senang, berdandan cantik, berpakaian
bagus dan mahal.”
“Iya juga ya, aku bosan hidup seperti ini. Aku jadi
seperti pembantu saja.”
“Kamu tidak akan menjadi seperti pembantu. Kamu bahkan
bisa membayar pembantu dan tinggal perintah ini-itu untuk memenuhi keinginan
kamu.”
“Menyenangkan sekali,” gumam Nina sambil tertawa
lebar.”
“Kapan kamu atau anak-anakmu siap? Aku akan
menjemputnya dan merubahnya menjadi gadis-gadis menawan yang pintar menghasilkan
uang.”
“Aku akan berbicara pada mereka.”
“Secepatnya kabari aku. Kebetulan Minggu ini aku
mendapat pesanan. Bayarannya menggiurkan, karena dia anak seorang pejabat. Dan
lagi, dia muda, ganteng lho.”
“Duh, menarik sekali.”
“Anak-anak kamu pasti suka.”
“Baiklah, besok datanglah kemari. Mereka pasti sudah
siap.”
“Bagus, sekarang ini, aku bayar gado-gado asinmu yang
seperti upil,” kata Siska sambil berdiri, lalu meletakkan selembar uang ratusan
diatas dagangan Nina.
“Kembaliannya belum ada.”
“Nggak usah, ambil saja,” kata Siska sambil berlalu,
tak lupa melambaikan tangannya dengan manis.
“Ah, begini kalau orang punya banyak uang. Membuang
ratusan ribu seperti melemparkan sampah saja,” gumam Nina sambil geleng-geleng
kepala.
“Sepertinya asyik sekali Ibu bicara sama tante Siska,”
kata Endah dan Ana yang kemudian keluar begitu Siska sudah pergi.
Nina tersenyum lebar.
“Dengar. Tante Siska mau membantu kita.”
“Membantu apa? Meminjami uang lagi? Gawat.”
“Tidak, bukan itu. Dia mau mencarikan kalian
pekerjaan.”
“Benarkah?” kata Endah dan Ana serentak.
“Benar. Dan gajinya besar.”
“Pekerjaan apa itu Bu? Sekretaris direktur di
perusahaan besar?”
“Lebih dari itu. Pokoknya menyenangkan. Tunggu saja
besok, tante Siska akan menjemput kalian, dan menunjukkan apa pekerjaan kalian.”
“Asyiiiik,” keduanya bersorak kegirangan.
***
Haryo pergi ke bandara. Ia memakai jas hitam dan topi
lebar, serta memakai kaca mata hitam yang juga lebar. Desy sudah memberi tahu
jam keberangkatan Lala, dan ia datang jauh sebelum waktunya. Tapi ternyata
Haryo tidak berani menampakkan wajahnya diantara isteri dan anak-anaknya. Itu
sebabnya dia mengenakan ‘atribut’ yang tak mudah dikenali oleh mereka. Haryo
juga pura-pura memegang rokok, yang tak pernah disulutnya.
“Mereka tak akan mengenali aku dengan panampilan ini.
Apalagi dengan rokok di tanganku. Mana mungkin mereka tahu, aku kan tidak
merokok?” gumamnya pelan, sambil duduk di sebuah kursi di lobi bandara.
Dari jauh dilihatnya Tindy dan anak-anaknya sudah
berada di sana. Haryo menatap mereka satu persatu, dari balik kaca mata
hitamnya. Tak ada duka diantara mereka, dan itu diartikan Haryo sebagai ‘tak
ada rasa kehilangan tanpa dirinya’ atau tak berarti apapun dengan kepergiannya
Ada rasa mengiris dijantungnya, yang kemudian
dikibaskannya.
Tampaknya Lala sudah selesai chek in, dan bersiap
masuk ke ruang tunggu keberangkatan. Tindy dan Desy serta Tutut memeluk Lala
lama sekali. Ada terlihat sesekali Tindy mengusap air mata, disusul yang
lainnya. Pasti ada pesan-pesan khusus untuk Lala dari mereka. Tampak Lala
mengangguk-angguk, dan mengusap lagi air matanya sebelum memasuki area ruang
tunggu. Mereka saling melambaikan tangan. Alangkah indah saling mengasihi. Lalu ada setitik air mata yang membasah, kemudian Haryo mengusapnya.
Ketiganya masih berdiri, menatap Lala yang kemudian
duduk di ruang tunggu, dan masih saja terus melambai-lambaikan tangannya.
Haryo berjalan
agak kedalam, dan menatap ke arah ruang tunggu, tak jauh dari Tindy dan kedua
anaknya yang masih terus melambaikan tangannya. Matanya mencari-cari, dan melihat Lala duduk di sana. Lala sempat
menatapnya, tapi mana tahu dirinya itu siapa?.
“Selamat jalan Lala, semoga kamu berhasil. Maafkan
Bapak ya,” bisiknya pelan.
Mereka beranjak ketika Lala sudah siap
masuk ke dalam pesawat.
Haryo kembali ke lobi.
Ia masih disitu, ketika Tindy dan anak-anaknya
melewatinya. Terdengar celoteh Tutut yang sangat dikenalnya, karena Tutut lah
anak yang sering bermanja dengannya.
“Aku masih ingin menangis nih,” kata Tutut sambil
mengusap air matanya.
“Cengeng,” ejek Desy, padahal matanya sendiri memerah
karena tangis.
“Iih, masa sih, kehilangan nggak boleh menangis?
Semuanya juga menangis kan?” Tutut membela diri.
“Iya, benar, sudah jangan ribut, kita semua kehilangan,
tapi dia tidak akan pergi selamanya. Kalian kan sudah mendengar bahwa setiap
liburan kakakmu akan pulang?” hibur Tindy sambil merangkul Tutut.
Haryo menelan salivanya. Ketika dia pergi dari rumah,
adakah yang menangisinya? Tidak, mata-mata kebencian tergambar di wajah-wajah
mereka, ketika memandangi kepergian seorang penghianat. Benar, dia telah
menghianati keutuhan keluarga yang dibina selama puluhan tahun. Ia berburu
nikmat dan lupa segalanya.
Haryo masih duduk di sana sampai ketiganya sudah tak
tampak lagi.
Sekali lagi ia menoleh ke arah dalam dan mengucapkan selamat
jalan serta sebuah doa didalam hati. Baru kemudian dia beranjak pergi.
***
Haryo tidak segera pulang. Ia ingin berbincang dengan
seseorang, tapi tidak tahu, siapa seseorang itu. Ia merasa hidupnya begitu
sepi. Sekilas terngiang permintaan Lala dan Desy yang mengajaknya pulang, tapi
dia menepiskannya. Alangkah memalukan setelah apa yang dilakukannya. Alangkah
berat mengucapkan kata ‘maaf’, lalu meminta agar dirinya diterima kembali.
Tidak. Haryo terlalu tinggi hati. Ia akan menebus kesalahannya dengan caranya.
Ia terus menyusuri jalanan. Ia sudah tak lagi
mengajar, sambil menunggu surat pensiunnya diberikan. Lalu tanpa terasa ia
membelokkan mobilnya ke arah rumah sakit dimana Danarto berpraktek.
Ia bukan ingin periksa. Ia langsung masuk ke dalam, dan
duduk di ruang tunggu di luar ruang praktek Danarto, berjajar dengan beberapa
pasien yang tersisa.
Ia tak tahu apa yang akan dibicarakan dengan Danarto.
Ia hanya butuh seseorang. Tepatkah menemui Danarto? Bagaimana kalau dia sibuk? Haryo
hampir membatalkan niatnya menemui Danarto, ketika tiba-tiba perawat
menyapanya.
“Bapak mau periksa?”
Haryo menggeleng.
“Menunggu kerabat?”
Ketika itulah Danarto keluar dari ruangannya.
“Pak Haryo?”
Haryo tersenyum, ketika Danarto mendekat.
“Bapak mau periksa?”
“Tidak. Aku dari bandara.”
“Oh, mengantarkan mbak Lala ya?” Danarto melihat kegelisahan
di wajah Haryo.
“Bapak mau duduk di ruangan saya saja?” lanjutnya.
Haryo mengangguk. Lalu ia mengikuti Danarto masuk
kembali ke ruangannya. Lalu Danarto mengambil dua botol minuman dan salah
satunya diserahkannya pada Haryo.
“Silakan diminum dulu Pak.”
“Terima kasih,” kata Haryo yang kemudian meneguknya
dengan sedotan yang diberikan Danarto kemudian.
“Apa aku mengganggu?” tanya Haryo kemudian.
“Tidak, saya sudah selesai.”
“Aku hanya butuh teman,” katanya pelan.
“Bapak tadi ketemu ibu Tindy dan_ ….”
“Tidak, aku hanya menatapnya dari kejauhan.”
“Mengapa tidak menemui mereka saja Pak, saya yakin
mereka pasti merindukan Bapak.”
Haryo tersenyum tipis.
“Apa kamu tahu tentang aku?”
“Tidak banyak ….”
“Desy pernah menceritakan tentang apa yang pernah aku
lakukan?”
“Tidak,” dan itu benar karena Desy hanya bicara
sekilas tentang ayahnya, tentang kesehatannya.
“Apa yang kamu pikirkan tentang aku?”
Danarto bingung menjawabnya. Apa yang dipikirkannya
tentang laki-laki setengah tua gagah yang seperti sudah kehilangan gairahnya
ini?
“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan. Saya
tidak tahu apa maksud Bapak sebenarnya.”
“Ketika pertama kali kamu ingin menemui aku, itu
karena ibumu,” gumamnya pelan.
“Lalu kamu mencariku di rumah isteriku,” lanjutnya.
“Lalu kamu bisa bertemu aku dirumah seorang wanita
lain yang bukan isteriku. Pasti ada yang terpikir oleh kamu waktu itu,”
lanjutnya lagi.
Danarto mengangguk-angguk.
“Apa yang terlintas dalam pikiran kamu waktu itu?”
“Bahwa … Bapak punya isteri yang lain ….”
“Katakan, bahwa aku punya wanita-wanita yang lain.”
Danarto menundukkan kepalanya.
“Aku ini pecundang. Aku terlalu yakin bahwa dengan
gampang bisa memikat wanita, bahkan gadis-gadis.”
Danarto agak sungkan juga, mengapa Haryo begitu
berterus terang berbicara tentang dirinya dan ‘petualangannya’. Untuk itukah
Haryo menemuinya?
“Aku terlena, dan lupa bahwa semuanya hanyalah
kenikmatan sesaat.”
Danarto mengangkat wajahnya, menatap wajah yang tampak
sedikit pucat itu terus saja berbicara.
“Ketika aku tak lagi punya apa-apa, aku sadar bahwa
aku berlabuh di muara yang salah. Aku tak menemukan ketenangan dihari tua ini,
kecuali hanya penyesalan.”
Lalu Danarto yakin bahwa bu Nina memang tidak bisa
membahagiakan suami sirinya disaat ia membutuhkan perhatian yang lebih dari
biasanya.
“Bapak masih bisa kembali.”
Haryo menggeleng lemah.
“Saya yakin keluarga Bapak yang sesungguhnya pasti
akan bisa menerima Bapak kembali.”
Haryo menghela napas.
“Bapak tidak mengajar hari ini?”
“Saya sudah mengajukan pensiun dini, mulai minggu ini
tidak lagi mengajar.”
“Oh, iya. Sepertinya bapak pernah mengatakannya. Setelah
ini Bapak bisa beristirahat dan menenangkan diri.”
“Benar.”
“Kalau Bapak butuh teman, Bapak boleh menelpon saya
kapanpun.”
“Terimakasih nak.”
“Sudah waktunya makan siang, mari makan bersama saya
pak.”
Haryo melihat arloji di tangannya, lalu mengangguk.
Setidaknya ada rasa lega karena telah mengeluarkan sebagian beban yang menyesak
dadanya.
“Pakai mobil saya saja Pak, mobil Bapak biar disini
dulu.”
***
Danarto ingin langsung mengantarkannya ke rumah,
kemudian mengambilkan mobilnya yang masih ada di rumah sakit, tapi Haryo
menolaknya. Ia mengambil mobilnya setelah makan, lalu masih berputar-putar
sampai sore.
Ketika ia memasuki halaman, dilihatnya Nina tak lagi
menggelar dagangannya. Haryo tak ingin menanyakannya, dan Nina juga tak
mengatakan apapun. Ia tetap menyiapkan kopi pahit untuk Haryo kemudian
menyiapkan makan malamnya. Tapi Haryo menolak makan, dengan alasan masih kenyang.
“Kok kenyang, Mas makan di mana?”
“Di warung,” kali ini Haryo menjawab, singkat.
“Katanya harus berhemat, kenapa makan di warung?” kata
Nina tapi hanya di dalam hati. Ia begitu takut menyulut kemarahan Haryo,
gara-gara cincin yang telah dijualnya. Kalau Haryo mengungkitnya, ia tak akan
bisa mengatakan apapun.
“Tapi tunggu saja nanti, kalau Endah dan Ana sudah
bisa menghasilkan uang, terserah dia mau apa. Bahkan mungkin aku tak akan butuh
dia lagi,” katanya lagi dengan geram, lagi-lagi didalam hati.
Setelah minum kopi Haryo seperti biasa langsung masuk
ke dalam kamarnya. Ia merasa sangat lelah, selalu lelah.
***
Pagi hari itu Nina sibuk mengomentari pakaian yang
dikenakan anak-anaknya. Yang kurang pantas lah, yang kurang serasi lah.
“Ibu, ini sudah bagus. Lihat, aku cantik kan?” kata
Endah sambil berputar di cermin.
“Iya Bu, ini sudah bagus.
“Ya sudah, poles wajahmu juga, jangan tipis-tipis
begitu.”
Sementara kedua anaknya asyik berdandan, Nina
mengabari Siska bahwa Endah dan Ana sudah siap.
Tak sampai satu jam, Siska sudah sampai di rumah Nina,
dan Endah serta Ana tampak sudah menunggu di teras.
“Wah, sudah dandan cantik,” seru Siska sambil
mengamati ke duanya.
“Benarkah sudah sempurna?” tanya Nina.
“Tidak, biar ikut aku ke rumah dulu, nanti aku dandani
lagi. Mungkin bajunya juga harus diganti,” kata Siska.
“Baju ini kurang pantas?” pekik Ana.
“Ada yang lebih pantas, ayo ikut aku.”
“Ikutlah bersama tante Siska, dan jangan membantah apa
yang dikatakannya,” kata Nina.
“Aku bawa anak-anakmu. Mungkin nanti malam dia tidak
akan pulang,” kata Siska sambil menggandeng Endah dan Ana keluar, menuju
mobilnya.
Nina tersenyum senang, dan tanpa sepengetahuannya,
Haryo mengawasinya dipintu.
“Mau kemana mereka?” mau tak mau Haryo ingin tahu
juga.
“Bekerja dong. Katanya suruh cari pekerjaan,” jawab
Nina enteng.
***
Besok lagi ya.
Horeee
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51,
Alamdulillah...
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir gasik
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap.
_Siska membisikkan sesuatu ke telinga Nina. Nina yang semula membelalakkan mata karena terkejut, kemudian tersenyum cerah. (eMKaJe_33)_
DeleteApa ya maksudnya Siska?
Yuk kita ikuti fia.....
Hallow juga Mbak .Maturnuwun
DeleteYes tks bu tien
ReplyDeleteTerima kasih, bu Tien...salam sehat selalu.🙏😀
ReplyDeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah,
Selamat mbak Ika juara 1
ReplyDeletemksh bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulilah, matur nuwun mbak Tienkumalasari dear tetep sehat² injih salam kangen & aduhai dari Cibubur
ReplyDeleteSelamat buat Juara 1 ibu Ika Larangan Tangerang.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
#Tetap semangat
#Tetap berkarya
#Sehat selalu dan
#Selalu sehat
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Salam Aduhai
Alhamdulillah MKJ~34 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien 🙏
ReplyDeleteMakasih Bunda MKJ dah ditayangkan gasik, alamat tidur awal.
ReplyDeleteSehat dan sukses selalu buat Bunda
Terima kasih Mbak Tien , MKJ 34 sdh hadir ... Smg Mbak Tien & kelrg bahagia & sehat selalu ... Salam Aduhai
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien jadi bisa tidur siang-siang
ReplyDeleteEh no satu
ReplyDeleteYuli Semarang
Matur nuwun Bu Tien, salam sehat untuk semuanya
ReplyDeleteSemoga si endah mewarisi kelakuan nina ....
ReplyDeleteAduhay
Sambil disambi malah berhasil,🙂
ReplyDeleteAlhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Yogya
Maturnuwun mbak Tien MKJ 34nya..
ReplyDeleteDuuuuh...kasian jg Haryo ya..
Semoga mendapatkan jalan utk menikmati masa tuanya..
Ninaaa...duuh anak2nya udh ditangan Siska n akn dijadikan simpanan?..
Aduhaiii sekali mbak Tien..
Lanjut besok lagii..
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹
Alhamdulillah ... Syukron Mbak Tien yang selalu *ADUHAI* 😊🌹🌹🌹
ReplyDeleteTidak sabar nunggu sambungannya .. bikin penasaran
Mlm, mb Tien... Maaf komen blom selesai kok terkirim
ReplyDeleteMaksudnya no satu senenge klo mau dapat uang. Memang Kembang Jalanan. Gak mau susah.
Salam manis nan aduhai mb Tien
Yuli Semarang
Alhamdulillah senengnya tayang gasik, bahagia bwt yg betah melek malam. Matur nuwun bu Tien sayang, salam sehat n bahagia sllu ya
ReplyDeleteSetiap hari selalu merindu menanti MKJ tayang, selalu penasaran. Matur nuwun Bu Tien, sehat selalu nggih.
ReplyDeleteAduhai mbak Tien, taunya Siska germo terselubung? 'ah' kasian Ana dan Endah
ReplyDeleteTerimakasih mkj 34 sudah tayang, salam _*aduhai*_ dan sehat selalu.🙏
Wah... Keblusuk ..
ReplyDeleteSalam sehat Bu Tien..😘😘
Waduh Tante Siska jadi " Mami "...
ReplyDeleteNina yang ibu kandung juga koq pikiran nya sesat gitu yaa..
Lanjut Bu Tien, sehat dan bahagia selalu ya buuu. Salam aduhai " ah " dari Bandung.
Wow ..makin menjadi..ibu dan anak sama kelakuanya hem..ngeri..tapi seru juga joss gandos Bu cantik.. salam sehat selalu Amin YRA 🙏 mr wien
ReplyDeleteSalam ADUHAI Mr Wien
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
ReplyDeleteSemoga sukses ya Lala, belajar yang baik di negeri orang.
Hallo pak Petir...Endah sudah siap 'kerja' apa bisa bantu???
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 pak Latief
DeletePak Petir nggak nongol disini rupanya
Mbak Tien sayang, maturnuwun ceritanya makin seru. Ada haru saat membayangkan penyesalan Haryo. Sayang terlalu gengsi untuk minta maaf dan kembali ke Tindy dan anak-anak mereka.
ReplyDeleteDan Nina? Jujur, tadinya aku sudah siap mau bikin oseng-oseng rawe lho buat Nina. Tapi..batal karena datang Siska, siap memberi petaka pada mereka bertiga. Bagaimana sikap Haryo saat tahu bahwa Nina tega menjual anak-anak gadisnya demi uang untuk bersenang-senang?
Hayooh....tunggu episode selanjutnya !
Salam sehat dari Semarang untuk mbak Tien dan pemnaca semua....
Daag..
Sami2 Jeng Iyeng
DeleteSalam sehat kangen ADUHAI selaluu..
Alhamdulillah
ReplyDeleteSemiga ibu selalu sehat dan tetap menghubur....
Aamiin Butut
DeleteTerima kasih
Alhamdulillah MKJ 34 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu
Salam ADUHAI selalu
Sami2 ibu Ting
DeleteADUHAI
Alhamdulillah bu Tien MKJ 34 sudah tayang...sehat selalu...salam aduhai
ReplyDeleteAamiin
DeleteADUHAI Ibu Atiek
Alhamdulillah tayang gasik. Maturnuwun bu Tien. Salam sehat selalu.
ReplyDeleteSami2 ibu Endang
DeleteSalam sehat
Alhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏, salam sehat semangat dan ADUHAI dg karyanya
ReplyDeleteSami2 Yangti
DeleteADUHAI
Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien sudah tayang gasik. Salam sehat dan semangat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Umi
DeleteSalam sehat semangat
Parah... ini mah bukan kembang jalanan bu... sampah jalanan... ibu jual anak
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ Eps 34 sudah hadir menghibur. Matur nuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Sami2 mas Bambang
DeleteSalam hangat
Kembang yang buruk juga ada. Hehee..
ReplyDeleteADUHAI Jeng Dokter
Semoga Lala berhasil sukses.....
ReplyDeleteTrims Bu Tien sudah menghibur
Sami2 ibu Suparmia
DeleteYa ampun, Nina tega amat sama anak2nya.
ReplyDeleteMbak tien saya mau ber andai2, kalau saya mending ke rumah Danarto he he.🤭🙈🙈🙈
Hehee.. boleh Ibu Tuti
DeleteAlhamdulillah MKJ nya sudah tayang Terimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda selalu sehat
Salam sehat dan aduhai dari Purworejo
Alhamdulillah..... Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah... Terima kasih bunda Tien, Nina tidak berpikir panjang hanya karena uang.... Salam hangat,sehat selalu dan aduhai buat bunda Tien sekeluarga
ReplyDeleteAlhamdulilah..MKJ sudah terbit matur nuwun Ibu Tien...
ReplyDeleteHaryo sudah mulai sadar...curhat ke Danarto
Akankankah nantinya dia tinggal dengan Danarto? melihat perilaku Nina terhadap anaknya, akankah Haryo segera pergi dari rumah Nina
Episode berikutnya pasti seru...
Mugi Ibu Tien tansah sehat
Sami2 ibu Mundjiati
DeleteAamiin
Alhamdulillah MKJ 34 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAamiin
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
ReplyDeleteSehat selalu,Aamiin
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien MKJ nya....
ReplyDeleteSalam sehat selalu..🙏
Sami2 pak Suyanto
DeleteSalam sehat
Waaaaah .. Endah dan Ana ? .. matur tengkiu mbak Tien, sqlam swhat bahagia
ReplyDeleteSami2 pak Pri
DeleteSalam sehat bahagia
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
ReplyDeleteAamiin
𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏. .
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien...
ReplyDeletewaduh mau kerja apa anak bu Nina ya...
sehat2 selalu mbak Tien
salam aduhaiii
Alhamdulillah, Bu Tien semoga selalu sehat, dan terus berkaraya. Sukses selalu.
ReplyDeleteAlhamdulillah MKJ34 sdh tayang.
ReplyDeletePredikat Kembang jalanan spt nya mulai nampak, mungkin siska itu juga kembang jalanan jadi ngajari ke nina dan kedua anak perempuannya.
terima kasih mbak Tien.
semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.
Selamat juara 1. Aku ketiduran, padahal niat nyanggong loh, hehe. Suwun bu Tien MKJ nya
ReplyDeleteKebiasaan menyelesaikan masalah tanpa masalah, mana bisa begitu lupa sedikit aja, apalagi sampai jatuh tempo ya hanguslah; iya juga seeh.
ReplyDeleteSusah menabung juga ya, habis semuanya buat menikmati yang ada, maunya makan enak berkelas, uang tinggal minta hmm.
Paling sedikit harus ada ayam, makan sama ayam ramé ramé, kalau sudah tidak bisa ber ayam; jadi ayam ayaman.
Ngeri juga ya; pekerjaan apa tuh sampai nggak bisa pulang segala, kan mau ikut tutorial tante Sis, biar paham dalam menjalankan tugas pekerjaan nya. Kan baru masuk hari itu, berangkat kerja aja habis makan siang.
Nggak tahu kerja apa, katanya sekretaris yang selalu mendampingi boos.
Apa mau dikerjain temen Nina ya, anak-anak malah digadaikan, demi kesenangan.
ADUHAI
Kesendirian yang garing mulai dirasakan Haryo, kan memang kamu ngambil jalur sendiri, juga demi gengsi.
Nggak ada hangat kebersamaan, hidup penuh saling perhatian, ya biarkan saja, diingatkan malah kethus berteriak, kaya makelar di terminal, pakai kabur lagi.
Ya harusnya makelar itu nggak ikutan kabur.
Terimakasih Bu Tien;
Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh empat sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏
ADUHAI Nanang
DeleteNuwun.
Aamiin
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun.....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun
Menjuam tubuh anaknya Endah dan Ana..amit2 jauh2...bu Tien nuhun ya...sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Yanti
DeleteAamiin
Nina..dasar tak punya hati.
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam hangat dan selalu sehat.
Aduhai
Sami2 Ibu Sul
DeleteADUHAI
Ya ampun..... Dasar Nina .....
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga sehat selalu bu.
Sami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Matur nuwun, bu Tien. MKJ makin menarik. ADUHAI
ReplyDeleteSami2 ibu Anik
DeleteADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Astaghfirullah...Nina menjadi bejat kelakuannya, krn bisikan syetan Siska. Seseorang siapa saja kalau kurang kuat imannya, mudah sekali terjerumus dlm perbuatan jahat, krn dipikirannya hanya uang...uang dan uang. Terduga Siska akan menjual kegadisan Endah dan Ana yg lugu kpd para lelaki hidung belang, terbukti dgn mengatakan bhw Endah dan Ana tdk pulang nanti malam. Mudah mudahan Haryo bisa menyelamatkan kedua anak tirinya dari cengkeraman syetan Siska. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya mengalir indah dan seru. Semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAamiin ya robbal alamiin
Matur nuwun pak Mashudi
Sami2 jeng Nani
ReplyDeleteADUHAI
Terima kasih bunda Tien.. Smgsht sll aamiin🥰🥰🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Farida
DeleteAamiin
Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien untuk MKJnya,
ReplyDeleteSepertinya Anak2 Nina yg akan jd MKJnya ,,maaf bu Tien sok tahu sy ya🤭🙏
Salam Sehat wal'afiat semua n Aduhaaii 👍
Sami2 Ibu Ika Laksmi
DeleteADUHAI
Bu Tien..saya koq jadi takut baca lanjutannya ya.. Lha Endah dan Ana koq bisa bisanya *dipakakke* sama Nina hanya demi uang. Semoga tidak terjadi hal hal yg mustahal..aamiin.
ReplyDeleteSalam sehat ibu Noor
DeleteMaksu saya pak Haryo ke rumah Danarto aja he he.
ReplyDeleteSalam aduhai kagem mbak Tien