Tuesday, February 8, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 34

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  34

(Tien Kumalasari)

 

“Bagus, kamu setuju?” tanya Siska sambil menatap tajam sahabatnya.

“Tapi, bagaimana aku mengatakannya kepada anak-anakku? Mereka masih sangat muda."

“Justru itu yang bisa mendapatkan uang lebih. Dengar, kamu kan tahu, bahwa uang itu sangat penting. Kamu hidup sengsara tanpa uang. Kamu ingin makan enak, ingin baju bagus, ingin bersenang-senang, ingin jalan-jalan kemana saja, kamu butuh uang. Ya kan?”

Nina mengangguk-angguk. Saat itu Endah dan Ana sedang ada di dalam rumah. Mereka tak mendengar atau tak tahu tentang apa yang dikatakan Siska kepada ibunya.

“Kamu punya senjata untuk itu," lanjut Siska.

“Tapi bagaimana caranya?”

“Serahkan saja sama aku. Kamu tahu, aku hidup berkecukupan karena aku menjadi simpanan orang kaya. Aku juga bisa mencarikan ke senangan untuk setiap laki-laki yang membutuhkan kesenangan dengan wanita-wanita cantik.”

“Oo ….” Nina melongo. Jadi itu sebabnya Siska banyak uang dan selalu bisa bersenang-senang? Nina benar-benar tergiur. Dulu ia selalu hidup berkecukupan, tapi ia harus menjadi wanita yang sepenuhnya melayani laki-laki di dalam sebuah rumah tangga. Harus membersihkan rumah, memasak, melayani suami dan anak-anaknya. Isteri siri. Dulu bisa hidup enak, dimanja oleh suami sirinya. Tapi sekarang? Harus menunggui dagangan gado-gado yang tak jelas bagaimana caranya supaya bisa laku. Harus berhemat karena uang belanja yang terbatas. Kapan bisa jalan-jalan? Kapan bisa makan di restoran? Kapan bisa membeli baju bagus seperti yang selalu dipakai Siska?

“Ikutilah kata-kataku. Ini bukan pekerjaan berat untuk anak-anak kamu. Ia malah bisa bersenang-senang, berdandan cantik, berpakaian bagus dan mahal.”

“Iya juga ya, aku bosan hidup seperti ini. Aku jadi seperti pembantu saja.”

“Kamu tidak akan menjadi seperti pembantu. Kamu bahkan bisa membayar pembantu dan tinggal perintah ini-itu untuk memenuhi keinginan kamu.”

“Menyenangkan sekali,” gumam Nina sambil tertawa lebar.”

“Kapan kamu atau anak-anakmu siap? Aku akan menjemputnya dan merubahnya menjadi gadis-gadis menawan yang pintar menghasilkan uang.”

“Aku akan berbicara pada mereka.”

“Secepatnya kabari aku. Kebetulan Minggu ini aku mendapat pesanan. Bayarannya menggiurkan, karena dia anak seorang pejabat. Dan lagi, dia muda, ganteng lho.”

“Duh, menarik sekali.”

“Anak-anak kamu pasti suka.”

“Baiklah, besok datanglah kemari. Mereka pasti sudah siap.”

“Bagus, sekarang ini, aku bayar gado-gado asinmu yang seperti upil,” kata Siska sambil berdiri, lalu meletakkan selembar uang ratusan diatas dagangan Nina.

“Kembaliannya belum ada.”

“Nggak usah, ambil saja,” kata Siska sambil berlalu, tak lupa melambaikan tangannya dengan manis.

“Ah, begini kalau orang punya banyak uang. Membuang ratusan ribu seperti melemparkan sampah saja,” gumam Nina sambil geleng-geleng kepala.

“Sepertinya asyik sekali Ibu bicara sama tante Siska,” kata Endah dan Ana yang kemudian keluar begitu Siska sudah pergi.

Nina tersenyum lebar.

“Dengar. Tante Siska mau membantu kita.”

“Membantu apa? Meminjami uang lagi? Gawat.”

“Tidak, bukan itu. Dia mau mencarikan kalian pekerjaan.”

“Benarkah?” kata Endah dan Ana serentak.

“Benar. Dan gajinya besar.”

“Pekerjaan apa itu Bu? Sekretaris direktur di perusahaan besar?”

“Lebih dari itu. Pokoknya menyenangkan. Tunggu saja besok, tante Siska akan menjemput kalian, dan menunjukkan apa pekerjaan kalian.”

“Asyiiiik,” keduanya bersorak kegirangan.

***

Haryo pergi ke bandara. Ia memakai jas hitam dan topi lebar, serta memakai kaca mata hitam yang juga lebar. Desy sudah memberi tahu jam keberangkatan Lala, dan ia datang jauh sebelum waktunya. Tapi ternyata Haryo tidak berani menampakkan wajahnya diantara isteri dan anak-anaknya. Itu sebabnya dia mengenakan ‘atribut’ yang tak mudah dikenali oleh mereka. Haryo juga pura-pura memegang rokok, yang tak pernah disulutnya.

“Mereka tak akan mengenali aku dengan panampilan ini. Apalagi dengan rokok di tanganku. Mana mungkin mereka tahu, aku kan tidak merokok?” gumamnya pelan, sambil duduk di sebuah kursi di lobi bandara.

Dari jauh dilihatnya Tindy dan anak-anaknya sudah berada di sana. Haryo menatap mereka satu persatu, dari balik kaca mata hitamnya. Tak ada duka diantara mereka, dan itu diartikan Haryo sebagai ‘tak ada rasa kehilangan tanpa dirinya’ atau tak berarti apapun dengan kepergiannya

Ada rasa mengiris dijantungnya, yang kemudian dikibaskannya.

Tampaknya Lala sudah selesai chek in, dan bersiap masuk ke ruang tunggu keberangkatan. Tindy dan Desy serta Tutut memeluk Lala lama sekali. Ada terlihat sesekali Tindy mengusap air mata, disusul yang lainnya. Pasti ada pesan-pesan khusus untuk Lala dari mereka. Tampak Lala mengangguk-angguk, dan mengusap lagi air matanya sebelum memasuki area ruang tunggu. Mereka saling melambaikan tangan. Alangkah indah saling mengasihi. Lalu ada setitik air mata yang membasah, kemudian Haryo mengusapnya.

Ketiganya masih berdiri, menatap Lala yang kemudian duduk di ruang tunggu, dan masih saja terus melambai-lambaikan tangannya.

Haryo  berjalan agak kedalam, dan menatap ke arah ruang tunggu, tak jauh dari Tindy dan kedua anaknya yang masih terus melambaikan tangannya. Matanya mencari-cari, dan  melihat Lala duduk di sana. Lala sempat menatapnya, tapi mana tahu dirinya itu siapa?.

“Selamat jalan Lala, semoga kamu berhasil. Maafkan Bapak ya,” bisiknya pelan.

Mereka beranjak ketika Lala sudah siap masuk ke dalam pesawat.

Haryo kembali ke lobi.

Ia masih disitu, ketika Tindy dan anak-anaknya melewatinya. Terdengar celoteh Tutut yang sangat dikenalnya, karena Tutut lah anak yang sering bermanja dengannya.

“Aku masih ingin menangis nih,” kata Tutut sambil mengusap air matanya.

“Cengeng,” ejek Desy, padahal matanya sendiri memerah karena tangis.

“Iih, masa sih, kehilangan nggak boleh menangis? Semuanya juga menangis kan?” Tutut membela diri.

“Iya, benar, sudah jangan ribut, kita semua kehilangan, tapi dia tidak akan pergi selamanya. Kalian kan sudah mendengar bahwa setiap liburan kakakmu akan pulang?” hibur Tindy sambil merangkul Tutut.

Haryo menelan salivanya. Ketika dia pergi dari rumah, adakah yang menangisinya? Tidak, mata-mata kebencian tergambar di wajah-wajah mereka, ketika memandangi kepergian seorang penghianat. Benar, dia telah menghianati keutuhan keluarga yang dibina selama puluhan tahun. Ia berburu nikmat dan lupa segalanya.

Haryo masih duduk di sana sampai ketiganya sudah tak tampak lagi.

Sekali lagi ia menoleh ke arah dalam dan mengucapkan selamat jalan serta sebuah doa didalam hati. Baru kemudian dia beranjak pergi.

***

Haryo tidak segera pulang. Ia ingin berbincang dengan seseorang, tapi tidak tahu, siapa seseorang itu. Ia merasa hidupnya begitu sepi. Sekilas terngiang permintaan Lala dan Desy yang mengajaknya pulang, tapi dia menepiskannya. Alangkah memalukan setelah apa yang dilakukannya. Alangkah berat mengucapkan kata ‘maaf’, lalu meminta agar dirinya diterima kembali. Tidak. Haryo terlalu tinggi hati. Ia akan menebus kesalahannya dengan caranya.

Ia terus menyusuri jalanan. Ia sudah tak lagi mengajar, sambil menunggu surat pensiunnya diberikan. Lalu tanpa terasa ia membelokkan mobilnya ke arah rumah sakit dimana Danarto berpraktek.

Ia bukan ingin periksa. Ia langsung masuk ke dalam, dan duduk di ruang tunggu di luar ruang praktek Danarto, berjajar dengan beberapa pasien yang tersisa.

Ia tak tahu apa yang akan dibicarakan dengan Danarto. Ia hanya butuh seseorang. Tepatkah menemui Danarto? Bagaimana kalau dia sibuk? Haryo hampir membatalkan niatnya menemui Danarto, ketika tiba-tiba perawat menyapanya.

“Bapak mau periksa?”

Haryo menggeleng.

“Menunggu kerabat?”

Ketika itulah Danarto keluar dari ruangannya.

“Pak Haryo?”

Haryo tersenyum, ketika Danarto mendekat.

“Bapak mau periksa?”

“Tidak. Aku dari bandara.”

“Oh, mengantarkan mbak Lala ya?” Danarto melihat kegelisahan di wajah Haryo.

“Bapak mau duduk di ruangan saya saja?” lanjutnya.

Haryo mengangguk. Lalu ia mengikuti Danarto masuk kembali ke ruangannya. Lalu Danarto mengambil dua botol minuman dan salah satunya diserahkannya pada Haryo.

“Silakan diminum dulu Pak.”

“Terima kasih,” kata Haryo yang kemudian meneguknya dengan sedotan yang diberikan Danarto kemudian.

“Apa aku mengganggu?” tanya Haryo kemudian.

“Tidak, saya sudah selesai.”

“Aku hanya butuh teman,” katanya pelan.

“Bapak tadi ketemu ibu Tindy dan_ ….”

“Tidak, aku hanya menatapnya dari kejauhan.”

“Mengapa tidak menemui mereka saja Pak, saya yakin mereka pasti merindukan Bapak.”

Haryo tersenyum tipis.

“Apa kamu tahu tentang aku?”

“Tidak banyak ….”

“Desy pernah menceritakan tentang apa yang pernah aku lakukan?”

“Tidak,” dan itu benar karena Desy hanya bicara sekilas tentang ayahnya, tentang kesehatannya.

“Apa yang kamu pikirkan tentang aku?”

Danarto bingung menjawabnya. Apa yang dipikirkannya tentang laki-laki setengah tua gagah yang seperti sudah kehilangan gairahnya ini?

“Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan. Saya tidak tahu apa maksud Bapak sebenarnya.”

“Ketika pertama kali kamu ingin menemui aku, itu karena ibumu,” gumamnya pelan.

“Lalu kamu mencariku di rumah isteriku,” lanjutnya.

“Lalu kamu bisa bertemu aku dirumah seorang wanita lain yang bukan isteriku. Pasti ada yang terpikir oleh kamu waktu itu,” lanjutnya lagi.

Danarto mengangguk-angguk.

“Apa yang terlintas dalam pikiran kamu waktu itu?”

“Bahwa … Bapak punya isteri yang lain ….”

“Katakan, bahwa aku punya wanita-wanita yang lain.”

Danarto menundukkan kepalanya.

“Aku ini pecundang. Aku terlalu yakin bahwa dengan gampang bisa memikat wanita, bahkan gadis-gadis.”

Danarto agak sungkan juga, mengapa Haryo begitu berterus terang berbicara tentang dirinya dan ‘petualangannya’. Untuk itukah Haryo menemuinya?

“Aku terlena, dan lupa bahwa semuanya hanyalah kenikmatan sesaat.”

Danarto mengangkat wajahnya, menatap wajah yang tampak sedikit pucat itu terus saja berbicara.

“Ketika aku tak lagi punya apa-apa, aku sadar bahwa aku berlabuh di muara yang salah. Aku tak menemukan ketenangan dihari tua ini, kecuali hanya penyesalan.”

Lalu Danarto yakin bahwa bu Nina memang tidak bisa membahagiakan suami sirinya disaat ia membutuhkan perhatian yang lebih dari biasanya.

“Bapak masih bisa kembali.”

Haryo menggeleng lemah.

“Saya yakin keluarga Bapak yang sesungguhnya pasti akan bisa menerima Bapak kembali.”

Haryo menghela napas.

“Bapak tidak mengajar hari ini?”

“Saya sudah mengajukan pensiun dini, mulai minggu ini tidak lagi mengajar.”

“Oh, iya. Sepertinya bapak pernah mengatakannya. Setelah ini Bapak bisa beristirahat dan menenangkan diri.”

“Benar.”

“Kalau Bapak butuh teman, Bapak boleh menelpon saya kapanpun.”

“Terimakasih nak.”

“Sudah waktunya makan siang, mari makan bersama saya pak.”

Haryo melihat arloji di tangannya, lalu mengangguk. Setidaknya ada rasa lega karena telah mengeluarkan sebagian beban yang menyesak dadanya.

“Pakai mobil saya saja Pak, mobil Bapak biar disini dulu.”

***

Danarto ingin langsung mengantarkannya ke rumah, kemudian mengambilkan mobilnya yang masih ada di rumah sakit, tapi Haryo menolaknya. Ia mengambil mobilnya setelah makan, lalu masih berputar-putar sampai sore.

Ketika ia memasuki halaman, dilihatnya Nina tak lagi menggelar dagangannya. Haryo tak ingin menanyakannya, dan Nina juga tak mengatakan apapun. Ia tetap menyiapkan kopi pahit untuk Haryo kemudian menyiapkan makan malamnya. Tapi Haryo menolak makan, dengan alasan masih kenyang.

“Kok kenyang, Mas makan di mana?”

“Di warung,” kali ini Haryo menjawab, singkat.

“Katanya harus berhemat, kenapa makan di warung?” kata Nina tapi hanya di dalam hati. Ia begitu takut menyulut kemarahan Haryo, gara-gara cincin yang telah dijualnya. Kalau Haryo mengungkitnya, ia tak akan bisa mengatakan apapun.

“Tapi tunggu saja nanti, kalau Endah dan Ana sudah bisa menghasilkan uang, terserah dia mau apa. Bahkan mungkin aku tak akan butuh dia lagi,” katanya lagi dengan geram, lagi-lagi didalam hati.

Setelah minum kopi Haryo seperti biasa langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia merasa sangat lelah, selalu lelah.

***

Pagi hari itu Nina sibuk mengomentari pakaian yang dikenakan anak-anaknya. Yang kurang pantas lah, yang kurang serasi lah.

“Ibu, ini sudah bagus. Lihat, aku cantik kan?” kata Endah sambil berputar di cermin.

“Iya Bu, ini sudah bagus.

“Ya sudah, poles wajahmu juga, jangan tipis-tipis begitu.”

Sementara kedua anaknya asyik berdandan, Nina mengabari Siska bahwa Endah dan Ana sudah siap.

Tak sampai satu jam, Siska sudah sampai di rumah Nina, dan Endah serta Ana tampak sudah menunggu di teras.

“Wah, sudah dandan cantik,” seru Siska sambil mengamati ke duanya.

“Benarkah sudah sempurna?” tanya Nina.

“Tidak, biar ikut aku ke rumah dulu, nanti aku dandani lagi. Mungkin bajunya juga harus diganti,” kata Siska.

“Baju ini kurang pantas?” pekik Ana.

“Ada yang lebih pantas, ayo ikut aku.”

“Ikutlah bersama tante Siska, dan jangan membantah apa yang dikatakannya,” kata Nina.

“Aku bawa anak-anakmu. Mungkin nanti malam dia tidak akan pulang,” kata Siska sambil menggandeng Endah dan Ana keluar, menuju mobilnya.

Nina tersenyum senang, dan tanpa sepengetahuannya, Haryo mengawasinya dipintu.

“Mau kemana mereka?” mau tak mau Haryo ingin tahu juga.

“Bekerja dong. Katanya suruh cari pekerjaan,” jawab Nina enteng.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

96 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir gasik
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap.

      Delete
    2. _Siska membisikkan sesuatu ke telinga Nina. Nina yang semula membelalakkan mata karena terkejut, kemudian tersenyum cerah. (eMKaJe_33)_

      Apa ya maksudnya Siska?
      Yuk kita ikuti fia.....

      Delete
  2. Terima kasih, bu Tien...salam sehat selalu.🙏😀

    ReplyDelete
  3. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah,

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah, matur nuwun mbak Tienkumalasari dear tetep sehat² injih salam kangen & aduhai dari Cibubur

    ReplyDelete
  5. Selamat buat Juara 1 ibu Ika Larangan Tangerang.

    Matur nuwun bu Tien
    #Tetap semangat
    #Tetap berkarya
    #Sehat selalu dan
    #Selalu sehat

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Salam Aduhai

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah MKJ~34 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  8. Makasih Bunda MKJ dah ditayangkan gasik, alamat tidur awal.
    Sehat dan sukses selalu buat Bunda

    ReplyDelete
  9. Terima kasih Mbak Tien , MKJ 34 sdh hadir ... Smg Mbak Tien & kelrg bahagia & sehat selalu ... Salam Aduhai

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun bunda Tien jadi bisa tidur siang-siang

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun Bu Tien, salam sehat untuk semuanya

    ReplyDelete
  12. Semoga si endah mewarisi kelakuan nina ....
    Aduhay

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien
    Salam sehat dari Yogya

    ReplyDelete
  14. Maturnuwun mbak Tien MKJ 34nya..

    Duuuuh...kasian jg Haryo ya..
    Semoga mendapatkan jalan utk menikmati masa tuanya..

    Ninaaa...duuh anak2nya udh ditangan Siska n akn dijadikan simpanan?..

    Aduhaiii sekali mbak Tien..
    Lanjut besok lagii..

    Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah ... Syukron Mbak Tien yang selalu *ADUHAI* 😊🌹🌹🌹
    Tidak sabar nunggu sambungannya .. bikin penasaran

    ReplyDelete
  16. Mlm, mb Tien... Maaf komen blom selesai kok terkirim
    Maksudnya no satu senenge klo mau dapat uang. Memang Kembang Jalanan. Gak mau susah.
    Salam manis nan aduhai mb Tien
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah senengnya tayang gasik, bahagia bwt yg betah melek malam. Matur nuwun bu Tien sayang, salam sehat n bahagia sllu ya

    ReplyDelete
  18. Setiap hari selalu merindu menanti MKJ tayang, selalu penasaran. Matur nuwun Bu Tien, sehat selalu nggih.

    ReplyDelete
  19. Aduhai mbak Tien, taunya Siska germo terselubung? 'ah' kasian Ana dan Endah
    Terimakasih mkj 34 sudah tayang, salam _*aduhai*_ dan sehat selalu.🙏

    ReplyDelete
  20. Wah... Keblusuk ..

    Salam sehat Bu Tien..😘😘

    ReplyDelete
  21. Waduh Tante Siska jadi " Mami "...
    Nina yang ibu kandung juga koq pikiran nya sesat gitu yaa..

    Lanjut Bu Tien, sehat dan bahagia selalu ya buuu. Salam aduhai " ah " dari Bandung.

    ReplyDelete
  22. Wow ..makin menjadi..ibu dan anak sama kelakuanya hem..ngeri..tapi seru juga joss gandos Bu cantik.. salam sehat selalu Amin YRA 🙏 mr wien

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun mbak Tien-ku MKJ sudah tayang.
    Semoga sukses ya Lala, belajar yang baik di negeri orang.
    Hallo pak Petir...Endah sudah siap 'kerja' apa bisa bantu???
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 pak Latief
      Pak Petir nggak nongol disini rupanya

      Delete
  24. Mbak Tien sayang, maturnuwun ceritanya makin seru. Ada haru saat membayangkan penyesalan Haryo. Sayang terlalu gengsi untuk minta maaf dan kembali ke Tindy dan anak-anak mereka.
    Dan Nina? Jujur, tadinya aku sudah siap mau bikin oseng-oseng rawe lho buat Nina. Tapi..batal karena datang Siska, siap memberi petaka pada mereka bertiga. Bagaimana sikap Haryo saat tahu bahwa Nina tega menjual anak-anak gadisnya demi uang untuk bersenang-senang?
    Hayooh....tunggu episode selanjutnya !
    Salam sehat dari Semarang untuk mbak Tien dan pemnaca semua....
    Daag..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sami2 Jeng Iyeng
      Salam sehat kangen ADUHAI selaluu..

      Delete
  25. Alhamdulillah
    Semiga ibu selalu sehat dan tetap menghubur....

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah MKJ 34 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien, semoga sehat dan bahagia selalu
    Salam ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah bu Tien MKJ 34 sudah tayang...sehat selalu...salam aduhai

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah tayang gasik. Maturnuwun bu Tien. Salam sehat selalu.

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah, maturnuwun Bu Tien 🙏, salam sehat semangat dan ADUHAI dg karyanya

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien sudah tayang gasik. Salam sehat dan semangat selalu

    ReplyDelete
  31. Parah... ini mah bukan kembang jalanan bu... sampah jalanan... ibu jual anak

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah MKJ Eps 34 sudah hadir menghibur. Matur nuwun mbak Tien.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  33. Kembang yang buruk juga ada. Hehee..
    ADUHAI Jeng Dokter

    ReplyDelete
  34. Semoga Lala berhasil sukses.....
    Trims Bu Tien sudah menghibur

    ReplyDelete
  35. Ya ampun, Nina tega amat sama anak2nya.
    Mbak tien saya mau ber andai2, kalau saya mending ke rumah Danarto he he.🤭🙈🙈🙈

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah MKJ nya sudah tayang Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat
    Salam sehat dan aduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah..... Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah... Terima kasih bunda Tien, Nina tidak berpikir panjang hanya karena uang.... Salam hangat,sehat selalu dan aduhai buat bunda Tien sekeluarga

    ReplyDelete
  39. Alhamdulilah..MKJ sudah terbit matur nuwun Ibu Tien...
    Haryo sudah mulai sadar...curhat ke Danarto
    Akankankah nantinya dia tinggal dengan Danarto? melihat perilaku Nina terhadap anaknya, akankah Haryo segera pergi dari rumah Nina
    Episode berikutnya pasti seru...
    Mugi Ibu Tien tansah sehat

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah MKJ 34 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
    Sehat selalu,Aamiin

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien MKJ nya....
    Salam sehat selalu..🙏

    ReplyDelete
  43. Waaaaah .. Endah dan Ana ? .. matur tengkiu mbak Tien, sqlam swhat bahagia

    ReplyDelete
  44. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  45. 𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏. .

    ReplyDelete
  46. Terimakasih mbak Tien...
    waduh mau kerja apa anak bu Nina ya...
    sehat2 selalu mbak Tien
    salam aduhaiii

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah, Bu Tien semoga selalu sehat, dan terus berkaraya. Sukses selalu.

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah MKJ34 sdh tayang.
    Predikat Kembang jalanan spt nya mulai nampak, mungkin siska itu juga kembang jalanan jadi ngajari ke nina dan kedua anak perempuannya.
    terima kasih mbak Tien.
    semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
  49. Selamat juara 1. Aku ketiduran, padahal niat nyanggong loh, hehe. Suwun bu Tien MKJ nya

    ReplyDelete
  50. Kebiasaan menyelesaikan masalah tanpa masalah, mana bisa begitu lupa sedikit aja, apalagi sampai jatuh tempo ya hanguslah; iya juga seeh.
    Susah menabung juga ya, habis semuanya buat menikmati yang ada, maunya makan enak berkelas, uang tinggal minta hmm.
    Paling sedikit harus ada ayam, makan sama ayam ramé ramé, kalau sudah tidak bisa ber ayam; jadi ayam ayaman.
    Ngeri juga ya; pekerjaan apa tuh sampai nggak bisa pulang segala, kan mau ikut tutorial tante Sis, biar paham dalam menjalankan tugas pekerjaan nya. Kan baru masuk hari itu, berangkat kerja aja habis makan siang.
    Nggak tahu kerja apa, katanya sekretaris yang selalu mendampingi boos.
    Apa mau dikerjain temen Nina ya, anak-anak malah digadaikan, demi kesenangan.

    ADUHAI

    Kesendirian yang garing mulai dirasakan Haryo, kan memang kamu ngambil jalur sendiri, juga demi gengsi.
    Nggak ada hangat kebersamaan, hidup penuh saling perhatian, ya biarkan saja, diingatkan malah kethus berteriak, kaya makelar di terminal, pakai kabur lagi.
    Ya harusnya makelar itu nggak ikutan kabur.


    Terimakasih Bu Tien;
    Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh empat sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  51. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun.....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  52. Menjuam tubuh anaknya Endah dan Ana..amit2 jauh2...bu Tien nuhun ya...sehat selalu

    ReplyDelete
  53. Nina..dasar tak punya hati.
    Makasih mba Tien.
    Salam hangat dan selalu sehat.
    Aduhai

    ReplyDelete
  54. Ya ampun..... Dasar Nina .....
    Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu bu.

    ReplyDelete
  55. Matur nuwun, bu Tien. MKJ makin menarik. ADUHAI

    ReplyDelete
  56. Assalamualaikum wr wb. Astaghfirullah...Nina menjadi bejat kelakuannya, krn bisikan syetan Siska. Seseorang siapa saja kalau kurang kuat imannya, mudah sekali terjerumus dlm perbuatan jahat, krn dipikirannya hanya uang...uang dan uang. Terduga Siska akan menjual kegadisan Endah dan Ana yg lugu kpd para lelaki hidung belang, terbukti dgn mengatakan bhw Endah dan Ana tdk pulang nanti malam. Mudah mudahan Haryo bisa menyelamatkan kedua anak tirinya dari cengkeraman syetan Siska. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya mengalir indah dan seru. Semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  57. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
    Aamiin ya robbal alamiin
    Matur nuwun pak Mashudi

    ReplyDelete
  58. Terima kasih bunda Tien.. Smgsht sll aamiin🥰🥰🙏🙏

    ReplyDelete
  59. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien untuk MKJnya,
    Sepertinya Anak2 Nina yg akan jd MKJnya ,,maaf bu Tien sok tahu sy ya🤭🙏

    Salam Sehat wal'afiat semua n Aduhaaii 👍

    ReplyDelete
  60. Bu Tien..saya koq jadi takut baca lanjutannya ya.. Lha Endah dan Ana koq bisa bisanya *dipakakke* sama Nina hanya demi uang. Semoga tidak terjadi hal hal yg mustahal..aamiin.

    ReplyDelete
  61. Maksu saya pak Haryo ke rumah Danarto aja he he.
    Salam aduhai kagem mbak Tien

    ReplyDelete