Monday, February 7, 2022

MEMANG KEMBANG JALANAN 33

 

MEMANG KEMBANG JALANAN  33

(Tien Kumalasari}

 

“Sudah lega, berhasil ketemu Bapak?” tanya Danarto ketika mengantarkan Desy pulang.

“Lega, tapi aku merasa Bapak agak kurusan ya? Wajahnya juga tidak sesegar dulu.”

“Karena Bapak kan lagi sakit? Yah, meskipun bisa beraktifitas, tapi sedang kurang sehat.”

“Dan tampak lebih tua. Jadi kesimpulan aku, Bapak tidak bahagia. Tapi tampaknya Bapak enggan pulang ke rumah Ibu.”

“Belum tentu juga, mungkin juga mau, cuma belum mau bilang.”

“Tidak tampak senang ketika aku menawarkan pulang. Beratkah meninggalkan perempuan itu?”

Mungkin banyak pertimbangan.”

“Pertimbangan apa?”

“Banyak lah, diantaranya, sungkan karena sudah mengecewakan.”

Desy terdiam. Masuk akal juga kalau sungkan. Ketika pergi kan semua orang seperti mengumpatnya. Dan tak ada yang suka ketika Bapak menghianati Ibu.”

“Mudah-mudahan Bapak bisa memilih yang terbaik untuk hidupnya.”

“Aamiin.”

“Jam berapa besok Mbak Lala berangkat?”

“Katanya sih pagi.”

“Aku nggak bisa ikut mengantar ya.”

“Nggak apa-apa. Aku tahu itu jam sibuk kamu.”

“Tapi aku senang besok akan sering ketemu kamu. Kamu mulai co-ass besok kan?”

“Besoknya lagi.”

“Iya, penginnya buru-buru sih,” goda Danarto.

“Ah ….”

“Kenapa ya, aku sekarang paling suka mendengar suara ‘ah’ kamu.”

“Iih, apaan sih, cuma gitu aja suka.”

“Memang iya.”

“Ah ….”

“Ehem, lagi … lagi ….”

“Nggak, udah .”

Danarto heran, mengapa gadis yang satu ini selalu membuatnya gemas. Ia juga ingin selalu berdekatan, dan kangen kalau sehari saja tidak ketemu.

“Rasanya aku benar-benar jatuh cinta,” gumamnya pelan, seperti kepada dirinya sendiri, tapi Desy mendengarnya.

“Apa?”

“Aku … jatuh cinta ….”

“Sama siapa?”

“Ada deh ….”

“Jangan terburu-buru menilai perasaan kamu.”

“Kamu pernah mengatakannya. Tapi itu benar. Aku akan membuktikannya.”

“Dengan apa?”

“Dengan berjalannya waktu. Rasa itu kan melekat disini,” kata Danar sambil memegang dadanya.

“Terus … ?”

“Kalau benar cinta itu ada, maka ia akan tetap disini.”

Desy terseyum. Ia suka mendengar celoteh Danarto yang terkadang dinilainya terlalu berani. Tapi Desy tidak berani mengungkapkan perasaan hatinya sendiri.  Bagaimana kalau itu hanya rasa sesaat karena mendapat perhatian lebih? Aku tidak berani mengatakan bahwa itu cinta. Kata batin Desy.

“Sayang sekali bulan depan aku sudah harus pergi ke Jakarta. Tapi aku janji, setiap liburan aku pasti akan pulang untuk menemui kamu.”

“Kamu harus menomor satukan pendidikan kamu, jangan sampai ada apapun yang mengganggunya,” kata Desy tanpa berani menatap pria di sampingnya. Cara memandang dia itu lhoh, bikin deg-deg an. Bagaimana kalau jantungku copot? Lagi-lagi Desy hanya membatin.

“Iya aku tahu. Tapi keinginan bertemu itu bisa menjadikan semangat menyala kok.”

“Kata siapa?”

“Kata aku.”

“Awas ya, kalau kamu nggak berhasil karena  memikirkan yang enggak-enggak.”

“Berhasil lah, jangan sumpahin aku dong. Doakan gitu lhoh.”

“Siapa nyumpahin? Aku pasti berdoa untuk kamu dong.”

“Terima kasih, sayang.”

“Ah ….”

“Terima kasih juga untuk ‘ah’ nya yang bertubi-tubi.”

Dan perjalanan pulang itu terasa sangat singkat karena dibarengi canda yang tak henti-hentinya.

***

Ketika Desy sampai di rumah, dilihatnya Lala masih bebenah.

“Ada yang perlu aku bantu lagi ?” tanya Desy.

“Sudah cukup, semuanya sudah oke.”

“Aku tadi makan siang bareng Bapak.”

“Oh ya?”

“Sama mas Danarto juga,” lanjutnya sambil tersipu.

“Oh, aku tahu, melamar sekalian ya.”

“Apaan sih? Belum-belum kok ada acara lamar melamar.”

“Kok bisa bareng Danarto juga?”

“Aku lagi di kantornya Bapak ketika mas Danarto ngajakin makan, lalu aku minta Bapak ikut, dan mau. Jadi deh makan bertiga.”

“Bapak bilang apa?”

“Aku kok kasihan ya melihat Bapak. Kayaknya Bapak itu nggak bahagia lho Mbak.”

“Lalu apa yang harus kita lakukan? Aku sudah pernah menawarkan untuk kembali ke rumah ini, tapi tampaknya Bapak tidak tertarik.”

“Betul, aku juga mengatakannya tadi. Bapak menggelengkan kepala. Barangkali berat meninggalkan perempuan itu. Aku jadi penasaran, seperti apa sih dia?”

“Seperti perempuan pada umumnya,” kata Lala sambil tersenyum.

“Aku pengin melihatnya.”

“Nggak usah. Kamu itu temperamen tinggi, nanti malah membuat ribut. Biarkan saja Bapak mau melakukan apa, kita sudah berusaha mengajaknya. Kamu membuat aku tidak tenang saja Des,” gerutu Lala.

“Eh, nggak Mbak, aku nggak bermaksud begitu. Tenanglah, semua akan baik-baik saja,” kata Desy buru-buru, takut kata-katanya membebani kakaknya.

“Aku cuma ingin berpesan sama kamu, jangan pernah membuat keributan dengan perempuan itu. Biarlah Allah yang akan menuntunnya, agar ia bisa melakukan hal-hal baik.”

Desy tersenyum. Dalam hati ia berkata bahwa ia tak mungkin bisa melakukan seperti apa yang dilakukan kakaknya. Tapi Desy berjanji akan berusaha agar tidak mengecewakannya.

“Kamu jaga diri, jaga ibu, jaga adik kamu. Pokoknya aku bebankan semua di pundak kamu. Kamu sanggup?”

“Aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga aku.”

“Bagus. Bagaimana hubungan kamu dengan Danarto?”

“Ah, kok itu lagi sih? Baik-baik saja. Kami bersahabat, saling menjaga, tak ada yang harus Mbak khawatirkan.”

“Kalau memang cinta, katakan cinta,” goda Lala.

Desy tertawa renyah.

“Waktu yang akan menentukan, sekarang ini aku tak berani mengatakan apa yang ada didalam hatiku. Jodoh bukan sesuatu yang bisa dipikirkan asal kita suka. Banyak pertimbangan, salah satunya adalah keinginan aku agar Mbak Lala menikah lebih dulu.”

Lala tertawa sambil memeluk adiknya.

“Siapa tahu Mbak Lala ketemu bule ganteng,” kata Lala renyah.

“Bagus Mbak, yang penting baik, dan seiman, ya kan?”

“Sudah, jangan memikirkan Mbak.  Kan kamu sendiri yang bilang, bahwa menentukan jodoh harus banyak pertimbangan. Ya kan?”

“Lagi ngomongin apa nih? Ada jodoh … jodoh … segala?” tiba-tiba Tutut muncul sambil menghambur ke pelukan Lala. Rupanya sedih juga harus berpisah dengan kakak sulungnya.

“Itu, Mbak Lala mau cari jodoh orang bule,” kata Desy.

“Wauww, carikan juga satu buat aku,” canda Tutut.

“Memangnya boneka?” Lala tertawa mendengar canda adik bungsunya.

“Sedih deh, Mbak Lala besok sudah nggak di sini lagi,” sungut Tutut.

“Mbak Lala kan tidak seterusnya pergi. Kalau liburan pasti pulang deh,” hibur Lala.

“Dan kamu tidak boleh manja,” kata Desy.

“Tuh, Mbak Desy … belum-belum sudah ngomelin Tutut Mbak.”

“Mbak Desy ngomel itu kan karena sayang sama kamu. Kamu itu sudah dewasa, sudah kuliah, masih saja kolokan,” tegur Lala.

“Iya, terlalu dimanja, ya begitu itu,” sungut Desy.

“Yeeey, siapa yang dimanja. Biasa saja tuh,” elak Tutut.

“Sudah, sudah … ayo kita keluar, sepertinya ibu pulang tuh,” kata Lala yang kemudian menghambur keluar bersama adik-adiknya.

***

Ketika pulang di sore harinya, Haryo melihat Nina sedang mengangkut sisa dagangannya kebelakang, dibantu kedua anaknya. Haryo langsung masuk ke dalam rumah, setelah melirik sebentar ke arah meja tempat Nina menggelar dagangannya, tampak masih banyak. Barangkali hanya beberapa bungkus yang laku. Dilihatnya wajah Nina begitu lesu. Ia juga tak membantu Haryo melepas sepatunya seperti biasa. Tapi Haryo mendiamkannya saja.

“Susah jualan disini,” keluhnya ketika membawakan secangkir kopi dihadapan Haryo.

“Tak ada yang tak susah dalam berusaha,” jawab Haryo enteng.

“Kalau saja aku masih muda, aku akan mencari pekerjaan yang enak.”

“Adakah pekerjaan yang enak?” kata Haryo sambil masuk ke dalam kamar, Nina mengikutinya.

“Setidaknya tidak berpanas-panas diluar dan tak seberapa uang yang masuk.”

“Bukankah ada pepatah berakit-rakit kehulu, berenang-renang ke tepian?” kata Haryo sambil melepas pakaian dinasnya lalu melangkah ke kamar mandi.

“Sakitnya terlalu lama.”

“Karena enaknya juga terlalu lama,” katanya sambil menutup kamar mandinya.

Nina terpaku di sebuah kursi yang ada di kamar itu.

“Apa yang aku katakan sama sekali tidak ada benarnya,” gumamnya kesal.

Ia memasukkan pakaian kotor Haryo kedalam keranjang.

“Aku tidak tahan lagi. Tapi kalau aku berhenti pasti dia semakin marah. Ada apa sebenarnya? Apa yang membuatnya berubah? Jangan-jangan dia sudah benar-benar kembali ke rumah isterinya, dan dia juga memberikan uangnya kepada isteri serta anak-anaknya.”

“Aku ingin beristirahat,” kata Haryo ketika keluar dari kamar mandi.”

“Kopinya belum diminum.”

“Sudah aku minum.”

“Mas tidak makan?”

“Aku sudah makan,” katanya sambil berganti pakaian.

“Dirumah Tindy ya?” tuduhnya.

Haryo tak menjawab, ia segera membaringkan tubuhnya di ranjang. Nina meraih keranjang berisi pakaian kotor itu lalu membawanya keluar dengan wajah masam. Ia merasa, bahwa dugaannya benar, buktinya Haryo tak menjawab.

***

Pagi itu Nina melihat Haryo sudah rapi, tapi tak mengenakan pakaian dinasnya. Ia menanyakannya ketika sarapan, tapi jawabannya membuatnya semakin kesal.

“Mas tidak ke kampus?”

“Tidak,” katanya sambil menyendok makanannya.

“Tolong ambilkan obatku di kamar," perintahnya.

Nina beranjak ke kamar untuk mengambil obat yang diminta Haryo.

“Begini banyak,” gumamnya.

“Mas mau kemana?” lanjutnya sambil meletakkan bungkusan obat.

“Ada perlu.”

“Kemana ?”

Haryo tak menjawab. Ia meraih bungkusan obatnya, dan mengambil mana yang harus diminum di pagi harinya.

“Endah, mengapa kamu tak membawa dagangan kita keluar? Heran Ibu, mengapa semua harus menunggu disuruh? Ana, jangan bengong saja,” omel Nina melampiaskan kekesalannya pada anak-anaknya, karena tak berani marah kepada suami sirinya.

Kedua anaknya melakukan apa yang diperintah ibunya dengan bersungut-sungut. Sungguh mereka memang tak suka melakukannya. Semuanya karena terpaksa.

Haryo sudah selesai sarapan dan minum obatnya, lalu ia memakai jacket, dan keluar dari rumah untuk menuju ke arah mobilnya.

“Sesungguhnya Mas mau ke mana? Tumben memakai jacket segala,” tanya Nina yang masih merasa penasaran.

“Urus saja dagangan kamu. Buat agar bisa menjadi uang.”

“Karena nggak laku, duitku hampir habis,” gumamnya perlahan, tapi Haryo tak memperhatikannya.

Ia masuk ke mobil dan keluar dari halaman, meninggalkan Nina yang membanting-banting kakinya dengan kesal.

“Mengapa sih dia?” tanya Ana.

“Nggak tahu aku, dia sudah sangat berubah,” kesal Nina.

“Pasti dia benar-benar kembali ke rumah isterinya.”

“Ibu harus bisa mencegahnya,” kata Endah.

“Sekarang dia itu susah diajak berbicara. Sering acuh tak acuh, dan membuat kesal.”

“Bu, aku bosan berjualan seperti ini,” keluh Ana sambil duduk di bangku tempat mereka berjualan.

“Sama, aku juga,” kata Endah.

“Ibu harus bagaimana?”

Ketika mereka bertiga duduk di depan bangku dimana mereka menggelar dagangannya, tiba-tiba sebuah mobil berhenti.

Mereka menatap ke arah mobil itu.

“Siska?”

“Ibu masih punya hutang?” tanya Ana pelan.

“Tidak.”

Tamu itu memang benar Siska. Ia turun dari mobil dan berjalan melenggang mendekat kearah Nina dan anak-anaknya.

“Ini apa sih? Jualan?” tanya Siska heran.

“Menurutmu apa? Mainan?” tanya Nina kesal.

Siska tertawa lebar.

“Maaf, aku tidak mengira saja. Kalian jualan apa sih ini? Gado-gado?”

“Kamu mau apa datang kemari? Ingat, aku sudah tidak punya hutang sama kamu,” kesal Nina.

Siska tertawa renyah.

“Iya, aku tahu, tapi aku datang kemari untuk memberi tahu sesuatu. Tapi tunggu, aku beli dong gado-gadonya, biar aku cobain, enak tidak?” kata Siska sambil duduk di sebuah bangku.

Nina mengambil sebuah piring dan menata racikan sayur gado-gado di piring itu, kemudian mengguyurnya dengan sambal gado-gado.

“Baunya sih kayak gado-gado, nggak tahu rasanya.”

“Enak lah,” kata Nina sambil mengangsurkan sepiring gado-gado ke hadapan Siska.

Lalu Siska melahapnya.

“Agak keasinan. Siapa yang membumbui?”

“Mbak Endah tuh, kata Ana sambil beranjak ke belakang.

“Oh, pengin kawin ya?” seloroh Siska sambil melahap gado-gadonya.

“Kamu pengin cerita apa sebenarnya?” tanya Nina tak peduli sambal gado-gadonya ke asinan atau apa.

“Nanti dulu. Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu? Bukannya kamu selalu bilang bahwa suami kamu kaya raya? Kok ini seperti pekerjaan orang yang hidupnya sengsara sih. Jualan tidak menarik sama sekali. Harusnya sayurnya ditata di kotak kaca, biar terkesan rapi dan menarik. Lha ini, cuma diletakkan di meja, dan tidak rapi pula. Adakah pembelinya?”

“Entahlah Sis, aku sebenarnya nggak suka melakukannya,” keluh Nina yang kehilangan kesombongannya.

“Sebenarnya apa yang terjadi?”

Lalu Nina yang tak lagi merasa malu, berterus terang kepada Siska, apa yang terjadi pada keluarganya. Akhir-akhir ini Haryo begitu pelit, bahkan memaksanya untuk mencari uang sendiri untuk beaya kuliah anak-anaknya. Ia juga memberinya uang yang tak seberapa untuk memenuhi kebutuhannya.

“Jadi sebenarnya kamu itu hanya isteri siri?” aku kira sudah dinikah resmi sama pak Haryo.

Nina menggeleng.

“Katanya menunggu pensiun, tapi belum pensiun juga dia sudah membatasi uang belanja aku, makanya ketika mau membayar hutangku ke kamu itu aku agak kesulitan.”

“Kemarin aku melihat pak Haryo sedang makan di sebuah rumah makan, bersama seorang gadis dan seorang laki-laki muda.”

“Benarkah?”

“Iya, apakah itu selingkuhannya? Tapi masih sangat muda gadis itu.”

“Aku kira anaknya. Aku sudah menduga, dia mulai akrab kembali dengan anak-anaknya, itu sebabnya dia membatasi uang belanja untuk aku,” sungut Nina.

“Kamu yang bodoh. Kalau hanya menjadi simpanan laki-laki pelit, buat apa Nin? Cari yang kaya, jadi simpanan juga tidak apa-apa, asal duitnya banyak dan tidak pelit.”

“Sekarang ini aku sudah tua, mana ada yang mau sama aku.”

“Bukan kamu. Kamu kan punya anak gadis, cantik lagi. Dia bisa menjadi sumber uang untuk kamu, jangan bergantung pada suami siri yang sudah tua, pelit pula.”

“Apa maksudmu?”

Siska membisikkan sesuatu ke telinga Nina. Nina yang semula membelalakkan mata karena terkejut, kemudian tersenyum cerah.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

87 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah mas Danar gasik mengapeliku.... 🙈🙈

      Delete
    2. Selamat mba wiwik juaraaa👍❤️

      Delete
    3. Selamat jeng Wiwik Juara 1
      Terima kasih bu Tien. Selamat malam dan terus berkarya.

      Delete
    4. Selamat mbk Wiwik ....kuara 1

      Mtnuwun mbak Tien
      Ah...keluarga Nina mau jadi apa?

      Delete
  2. Asiiik.. masuk 5 besar...😀😀😀

    ReplyDelete
  3. Wah jeng Wiwik menang iku ndhedhepi Wiwit sore. Wis tak maca dhisik Matur nuwun jeng Tien

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, trmksh mb Tien
    Smg sehat sll

    ReplyDelete
  5. Alhamdulilah, terimakasih....
    Salam ADUHAI...

    ReplyDelete
  6. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51,

    ReplyDelete
  7. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah,

    ReplyDelete
  8. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah MKJ 33 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah terima kasih bu tien, salam sehat dan salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien
    Sehat dan bahagia selalu
    Salam aduhai dari Yogya

    ReplyDelete
  12. Selamat malam mbak Tien, terimakasih MKJ33 sudah tayang 🙏

    ReplyDelete
  13. Mereka asyik berbincang, diselingi candaan Danar dan Desy yang semakin akrab, tanpa tahu bahwa sepasang mata sedang mengawasi mereka. (eMKaJe_32)

    pinisirin....euy
    Sepasang mata siapa ya yang mengawasi mereka???
    Yuk ... kita baca bareng².

    Wilujeng wengi, bu Tien. Mugi tansah pinaringan rahayu widodo nir sambikala.
    Aamiin ya Robbal'Aalamiin.

    ReplyDelete
  14. Trm kasih bu Tien... Slam sehat dan semangat..
    Siska bisikin apa pada Nina.. Jangan2 hal yg tidak baik

    ReplyDelete
  15. Selamat malam, smua
    Asyik MKJ dah dateng.
    Semoga Danar n Desi makin akrab
    Siska kok jd sengkuni ya
    Nina mlh seneng..
    Semoga Haryo plg ke Tindy lg
    Maturnuwun mb Tien
    Salam sehat nan aduhai
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  16. Trims Bu Tien udah menghibur sehat terus Bu tien

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, ternyata sepasang mata yang memandang Haryo, Desy dan Danarto waktu makan siang adalah Siska. Payah benar Siska mengajari Nina untuk hal hal yang kurang baik. Bisa bisa Endah atau Ana dijadikan istri simpanan orang kaya. Semoga anak anak Nina tidak mau..emangnya Nina dan anak anaknya kembang jalanan. aduh..payah juga..amit amit

    ReplyDelete
  18. Maturnuwun bu Tien, MKJ~33 sudah hadir di hadapanku..🙏

    ReplyDelete
  19. 𝐖𝐚𝐝𝐮𝐡 𝐚𝐝𝐚 𝐢𝐝𝐞 𝐠𝐢𝐥𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐒𝐢𝐬𝐜𝐚 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐲𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐮𝐫𝐮𝐡 𝐍𝐢𝐧𝐚 𝐚𝐠𝐚𝐫 𝐦𝐞𝐦𝐚𝐧𝐟𝐚𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐡𝐚𝐬𝐢𝐥𝐤𝐚𝐧 𝐮𝐚𝐧𝐠...𝐚𝐩𝐚 𝐤𝐢𝐫𝐚2 𝐮𝐬𝐮𝐥 𝐧𝐲𝐚 𝐒𝐢𝐬𝐜𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐝𝐢𝐭𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐍𝐢𝐧𝐚... 𝐊𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐤𝐞𝐥𝐚𝐧𝐣𝐮𝐭𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐢 𝐀𝐃𝐔𝐇𝐀𝐈.

    𝐒𝐮𝐠𝐞𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐮 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐬𝐮𝐠𝐞𝐧𝐠 𝐢𝐬𝐭𝐢𝐫𝐚𝐡𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐨𝐠𝐚 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭...𝐀𝐚𝐦𝐢𝐢𝐧 𝐘𝐑𝐀.🙏🙏👍👍

    ReplyDelete
  20. " Ah... " ngebayangin Desy yang mengucapkan kata itu setiap ngobrol sama Danarto, jadi senyum sendiri.. 😆😆😆😆😆
    Bu Tien emang jempol bikin cerita, gemesin banget. Selalu sehat ya Bu, salam aduhai dari Bandung. 😘😘

    ReplyDelete
  21. Terima kasih bunda Tien ..sudah hadir MKJ nya..salam Aduhai Bun

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah MKJ33 sdh tayang
    terima kasih mbak Tien.
    semoga selalu sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin.

    ReplyDelete
  24. Ada jurus baru yang didapat Nina, memanfaatkan anak"nya yang cantik. Kacang ora ninggal lanjaran. Ah...
    Bakal panjang ceritanya, makin asyik dibacanya.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  25. Alhamdulilah sudah tayang, matur nuwun Bu Tien...mugi tansah sehat..
    Waduh Siska...ngajari apa ini....apakah "kembang jalanan " mulai?
    Makin aduhai...

    ReplyDelete
  26. Mengerikan..ini ujung2nya anak nina bisa kayak Ibunya hehe..seru..dan penuh haru..top markotop Bu cantik..salam sehat selalu Amin YRA 🙏 mr wien

    ReplyDelete
  27. Matur nuwun, bu Tien. Yang ditunggu Sudah muncul. Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Selamat malam selamat beristirahat... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  29. Manturnuwun mbak Tien MKJ33nya..

    Makin aduhaiiii...
    Wooo...Siska to yg ngindhik Haryo makan sm Desy n Danarto..
    Trus mbisiki Nina...👂😱 apa tuuh..

    Lanjuut besook lagii..

    Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏💟🌹

    ReplyDelete
  30. Ini rupanya tahap awal kembang jalanan.
    Jangan2 Siska sebenarnya juga sudah jagi kembang jalanan, bisa mempromosikan Endah dan Anna bertemu cowok2 berduit yg hanya ingin iseng senang2 ?

    Semoga bpk Haryo semakin sehat, bisa bertemu Tindy dan anak2nya bareng antar Lala ke bandara, diajak pulang dan mau.

    Monggo ibu Tien dilanjut aja, penasaran. Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  31. ALHAMDULILLAH MKJ dah tayang , pastinya tambah seru.
    Makasih Bunda dan salam sehat dan tetap semangat

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah.. matur nuwun mbak Tien, MKJ Eps 33 sudah hadir menghibur lagi.
    Salam sehat dan salam hangar, njih...

    ReplyDelete
  33. Heh, Nina mau nyuruh anaknya jadi wanita simpanan. Bener² deh nggak ada akhlak.
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu mba.
    Aduhai

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah...
    terima kasih Bu Tien...
    salam sehat selalu....
    ah..salam aduhai...

    ReplyDelete
  35. Penasaran apa gerangan yg dibisikkan Siska ke telinga Nina.... Semakin asyik ceritanya, mksh bunda Tien salam aduhai selalu

    ReplyDelete
  36. 𝑻𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂 𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒎𝒃𝒂𝒌 𝑻𝒊𝒆𝒏. ..

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun

    ReplyDelete
  38. Wah. Kembangnya mulai muncul, tapi belum mekar.
    Terima kasih mbak Tien. Semoga sehat² selalu.

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah sdh tayang.... Trimakasih bu Tien. Salam aduhai

    ReplyDelete
  40. Duo Wiwik juara👍selamat. Suwun mb. Tienku, aduhai

    ReplyDelete
  41. Ya jual ayam muda nih ..emang mak ayam bisanya ..Astagfirullah amit2 jauh2 ,makasih bu Tien semoga selalu di beri sehat

    ReplyDelete
  42. Terimakasih bu Tien.
    Semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  43. Astaghfirulloh...
    Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien yang semakin ADUHAI
    Semoga sehat dan semangat selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  44. Assalamualaikum wr wb. Nina hidupnya sdh kepepet. Mudah mudahan msh punya iman dan pikiran yg jernih, shg apa yang dibisikkan Siska, itu bisikan setan dan Nina msh merengkuh kedua anaknya dgn kasih sayang seorang ibu yg tulus.....Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede.....

    ReplyDelete
  45. mBak nya menyarankan bila rasa itu ada katakanlah; iya juga, ada rasa bila tidak diungkapan bagaimana bisa mengharapkan perimbangan rasa.
    (ngempos).
    Hé åpå iku, kon nyangkrukan piyé, ånå ngempos barang, ya enggak tå kan nggak giliran ronda.
    Kan bapakmu suport juga kalau Desy jadian sama Danarto; jangan sampai cita cita dan harapan cuma jadi angan kenangan, takut mendahului kakaknya ya.
    Siapa tau dikatakan ikhlas; di hati berat, enggaklah biasanya yang tuwa mengalah, justru senang bila melihat adek²nya bahagia.
    Tapi adiknya kan nggak enak kalau membikin kesan mbaknya nggak laku, adiknya kegenitan, nah lho gimana, ya jangan nuruti abab uwong, mung waton angop.

    ADUHAI

    Berbagai cara gimana supaya kebiasaan enyak², butuh tinggal minta, nggak mikir, perubahan lebih diberdayakan demi mendeteksi kemauan, wuah bingung password nya dirubah, (ganti atéêm thå)nggak bisa lagi seenaknya setiap berkeinginan trus tercapai, kalau lagi berkebingungan berarti nggendong masalah, kalau sudah begitu ada yang menyarankan nggak pakai lama langsung dijalankan; nggak urusan bener apa keliru, dengan semangat lagi.
    Hancur Nina kena bisikan yang menyejukkan walau penuh resiko, namanya juga buntu.
    Tapi enggak tuh dideketku buntu itu malah perempatan lho, asyik banyak pilihan, paling enggak ada tiga pilihan.
    Tinggal dari mana kamu datang, bèn mumêt sisan; ana buntu kok prapatan.

    Wuah Haryo dengan penuh semangat, dandan paké jaket kesayangan, anak yang galak-galak sudah memberi tanda, ternyata masih perhatian juga; masihkah ada harap yang tersisa.
    Siapkah menghadapi Tindy.
    Oalah yo yo, udah biasa aja, kan biasa muka tembok; tuh anak anak menyambut memberi suport, biasalah basa basi ber say hello, paling enggak ucapan terimakasih nggak ngelaporin ke rektorat gitu.
    Perkara lain itu nanti lain lain aja, yang penting ada perhatian lah buat anak-anak, anak sendiri lho itu bukan anak orang lain yang tidak ber merk.


    Terimakasih Bu Tien
    Memang Kembang Jalanan yang ke tiga puluh tiga sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  46. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
    Senantiasa sehat nggih,Aamiin.

    ReplyDelete