ROTI CINTA 22
(Tien Kumalasari)
“San.. Santo !!” teriak Bian.
Santo tergopoh masuk kedalam ruangan sang bos, heran melihat Dina sudah terbaring di sofa.”
“Kok ada disini? Tadi tidur di meja kerjanya pak, itu sebabnya saya belum berani membersihkan.
“Ini aku yang angkat, aduh coba ambilkan minyak angin di almari obat.”
“Baik pak..”
Santo berlari-lari keluar, mengambil minyak angin di kotak obat yang ada di ruangan umum, lalu membawanya kembali kepada Bian.
“Dina.. Dina…” Abian hanya menciumkan obat gosok itu di hidung Dina.”
“Mestinya di gosokkan di dadanya atau..”
“Haa.. masa aku harus…” wajah Abian memerah mendengar perkataan Santo. Ia kemudian hanya menggosokkan minyak angin di tangan Dina sambil memijit-mijitnya.
“Aduh.. kalau ibu saya.. ketika saya masuk angin, yang digosok itu di bagian dada dan punggung..” omel Santo, tapi mana bisa Bian melakukannya?
“Masih adakah karyawan perempuan di kantor?”
“Tidak ada pak..”
“Aduh, tolong angkat dia ke mobilku ..”
“Apa? Mana saya kuat pak,” kata Santo protes.
“Kamu kan laki-laki.. masa tidak kuat? Cobain dulu, aku akan mengambil mobilku.”
Santo mendekat, dan mencoba mengangkat tubuh Dina. Ia mengangkat kepala Dina, tapi ketika ia akan merangkul tubuhnya, mata Dina terbuka.
“Uuh,” Dina mengeluh pelan.
“Dia sudah hidup pak… eh.. maksud saya sudah sadar..” kata Santo sambil meletakkan kembali kepala Dina.
Bian menghela napas lega.
“Ambilkan minuman hangat.”
“Di kulkas mana ada minuman hangat pak?”
“Di pantry….!” Kata Bian kesal. Ternyata Santo sangat lugu dan konyol.
Santo berlari keluar.
“Kamu kenapa?”
“Biarkan aku pulang,” kata Dina sambil bangkit.
“Kamu sakit?”
“Kepalaku tiba-tiba pusing sekali, dan aku merasa lemas.”
“Kamu sudah makan?”
Dina menggeleng.
“Mengapa tidak makan?”
“Aku merasa lemas sekali, sudah, aku mau pulang.”
“Ini, air putih tapi hangat pak,” kata Santo sambil memberikan gelas berisi air hangat.
“Minum ini dulu..”
“Sudah, aku mau pulang saja..”
“Jangan bandel, minum dulu airnya. Nanti aku antar pulang.”
Mendengar Bian akan mengantarnya, Dina segera menerima gelas yang diserahkannya dan meminum beberapa teguk airnya.
“Cuma haus kok bisa pingsan,” omel Santo sambil menerima gelasnya dan berjalan keluar ruangan.
“Ayo aku antar pulang,” kata Bian sambil beranjak kemejanya dan membenahi berkas yang masih terserak..
Dina masih duduk di sofa, lalu berdiri ketika melihat Bian sudah siap keluar, tapi tiba-tiba dia terjatuh.
Bian membalikkan tubuhnya, lalu berusaha menarik tubuh Dina agar bisa bangkit, dan menolongnya berdiri. Dan sambil bergayut ke tubuh Bian, Dina mengikuti berjalan keluar dari ruangan.
Santo menatapnya sambil geleng-geleng kepala.
“Tadi hampir saja aku menggendong dia, e.. tiba-tiba dia tersadar. Padahal mencium bau minyak gosok tidak membuatnya bergerak. Pasti karena bau keringatku, hebat ya,” gumam Santo sambil nyengir.
***
Ketika sampai dirumah Leo, tak tampak seorangpun ada didepan. Bian turun dan kembali memapah Dina, yang dengan nyaman bersandar di pundak Bian.
Bian langsung masuk ke rumah dan dilihatnya Leo dan isterinya sedang duduk di ruang tengah.
Rina langsung berteriak.
“Kenapa Dina?”
“Nggak tahu bu, tadi saya keluar, ketika kembali ke kantor melihat Dina sudah lemas, tadinya seperti pingsan,”
Dita yang keluar dari kamar juga terkejut, melihat kakaknya bergayut di lengan Bian dan menyandarkan kepala di pundaknya.
“mBak Dina kenapa?”
Dita langsung mendekat, melihat ayahnya mendekat dan berusaha meraih tubuh Dina dari tangan Bian, tapi Dina tampak bergayut erat dilengan Bian.
“Baiklah, langsung ke kamar saja nak Bian,” kata Leo sambil menunjuk ke arah kamar Dina. Dita mengikutinya dari belakang. Ada yang terasa aneh ketika Dina seakan menolak ketika ayahnya ingin ganti memapahnya. Barangkali tubuh Bian yang kokoh lebih nyaman untuk bersandar.
Bian mendekatkan Dina ke tempat tidur dan berusaha membaringkannya. Dita membantunya, lalu melepaskan sepatu kakaknya, kemudian menata letak tidurnya supaya nyaman.
“Kamu kenapa Din?” tanya Rina.
Dina membuka matanya, melihat Bian sudah meninggalkan kamarnya, yang ada hanya ibunya dan Dita.
“Aku, tiba-tiba merasa lemas, lalu Bian menggendong aku, menidurkannya di sofa,” kata Dina sambil menatap Dita. Tapi tak ada perubahan mimik di wajah Dita. Pandangan Dina terasa seperti memamerkan kedekatannya dengan Bian, padahal Bian tak melakukan apa-apa. Lalu dia mengambil selimut dan menyelimuti kaki kakaknya.
“Mau aku ambilkan teh hangat? “ Dita menawarkannya dengan tulus.
“Tidak usah, tolong pijit kakiku,” kata Dina, yang segera dituruti oleh adiknya.
“Apa kamu belum makan ?”
“Belum, banyak pekerjaan, nggak sempat makan,” jawab Dina pelan.
“Kamu ini gimana, sesibuk apapun jangan pernah lupa makan.”
“Iya bu. Dita, pijit yang keras, kakiku rasanya pegal.” Perintahnya kepada adiknya.
“Lebih baik ambilkan makan dulu kakakmu Dit.”
“Iya bu, biar Dita ambilkan,” kata Dita sambil beranjak keluar dari kamar.
Ketika berjalan keluar itu tiba-tiba Bian mendekatinya.
“Dita, aku harus kembali ke kantor.”
“Kembali ke kantor?”
“Iya, ada yang harus aku selesaikan.”
Rina yang mendengar suara diluar kamar segera keluar.
“Nak Bian mau pulang?”
“Mau kembali ke kantor bu.”
“Dita belum membuatkan teh hangat untuk nak Bian.”
“Sudah bu, terimakasih, di kantor masih ada pekerjaan.”
“Terimakasih sudah mengantarkan Dina. Untunglah tadi pagi dia tidak membawa mobil,” kata Rina.
“Iya bu, kata Dina mobilnya dipakai ibu.”
“Tidak, ibu tidak kemana-mana. Dina sendiri yang bilang ingin naik taksi.”
Bian terdiam. Ia menangkap satu kebohongan yang tadi dikatakan Dina. Dia bilang tidak membawa mobil karena dipakai ibu. Tapi Bian tidak mengatakan apa-apa.
“Mungkin dia kelelahan, lalu nggak sempat makan,” kata bu Rina.
“Pekerjaan Dina dibantu sekretaris lama saya. Harusnya dia bisa makan pada jam makan. Semua karyawan menghentikan kegiatannya pada saat jam istirahat,” kata Bian yang agak kesal dengan pernyataan bahwa Dina kelelahan sampai nggak sempat makan.
“Ya itulah, ibu nggak tahu kenapa Dina bilang begitu.”
“Saya pamit dulu ibu,” kata Bian sambil mencium tangan bu Rina.
“Ya nak, sekali lagi terimakasih banyak.”
“Dita, pamit ya.”
Dita mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian Dita mengambilkan makan untuk kakaknya, dibawanya masuk ke kamar.
“Ini mbak, makanlah dulu, mau makan sendiri atau disuapin?”
“Makan sendiri saja, kamu kelamaan, ngapain sih?” tegur Dina sambil merengut,
“Iya mbak, maaf, tadi mas Bian pamitan, jadi aku berhenti sebentar.”
Dina tak menjawab, wajahnya suram. Ia kesal pada Bian, karena walau tahu bahwa dirinya kurang sehat tapi sama sekali perhatiannya tidak membuatnya senang. Bian tampak menolongnya dengan terpaksa, menyesal tadi dia pura-pura pingsan, malah Santo yang baunya apak itu yang disuruh menggendongnya. Ogah lah.
***
“Dina, kok kamu sudah dandan begitu, kalau sakit ya nggak usah kerja dulu.” Tegur Leo ketika melihat Dina siap berangkat kerja.
“Nggak apa-apa pak, sudah baikan.”
“Jangan begitu, kalau ada apa-apa kamu sendiri yang merasakan. Dan jangan merepotkan orang lain.”
“Sungguh Dina sudah merasa sehat.”
“Sudah ibu kasih tahu, tapi Dina nekat ingin bekerja," sambung Rina.
“Bareng bapak saja kalau begitu,” kata Leo.
“Iya, jangan naik mobil sendiri.”
“Baiklah, bareng bapak saja.”
“Dita, kamu ke kampus nggak? Sekalian nih, bareng kakakmu,” kata Rina kepada Dita yang masih ada di kamarnya.
“Tidak bu, hari ini tidak ada kelas.”
“Baiklah mas, Dina saja yang bareng mas ke kantor.”
Ketika Leo dan Dina sudah berangkat, Dita ke dapur membantu ibunya.
“Bu, Dita mau ngomong nih.”
“Ngomonglah, ada apa?”
“Sikap mbak Dina akhir-akhir ini agak aneh.”
“Aneh bagaimana?”
“Sama Dita seperti selalu kesal, gitu.”
“Masa sih ?”
“Iya. Sikapnya juga lain dari kemarin-kemarin. Biasanya masuk ke kamar Dita, bercanda, cerita ini.. itu, tapi akhir-akhir ini nggak pernah lagi.”
“Kakakmu kan bekerja sampai sore, mungkin dia capek.”
“Begitu kah ?”
“Mungkin saja. Kan berubahnya sikap kakakmu akhir-akhir ini setelah dia bekerja?”
“Bu, apakah sebenarnya mbak Dina suka sama mas Bian ?”
Rina menghentikan kesibukannya mengeluarkan sayuran dari kulkas. Ditatapnya Dita yang duduk di kursi dapur sambil memotong kacang panjang.
“Mengapa kamu berpikir demikian?”
“Hanya pemikiran Dita saja. Karena kelihatan sekali kalau mbak Dina selalu ingin mengambil perhatian mas Bian.”
“Bagaimana dengan Bian? Berubahkah sikapnya terhadap kamu?”
“Dita merasa, kalau mas Bian tidak ada yang berubah,” katanya lirih, karena sebenarnya dia juga belum yakin akan apa yang dikatakannya.
“Kalau begitu tidak ada yang harus kamu khawatirkan.”
“Dita tidak khawatir kehilangan mas Bian..”
“Lalu..”
“Dita khawatir kehilangan kasih sayang mbak Dina kepada Dita.”
Rina memeluk haru anaknya. Dita yang pendiam ternyata juga memiliki hati yang lembut dan penuh kasih sayang.
“Dita, kasih sayang seorang saudara tak akan hilang begitu saja.”
“Ini karena suatu masalah yang pelik. Dita berpikir, akan merelakan mas Bian untuk mbak Dina.”
Rina menatap tajam anaknya.
“Mengapa kamu berpikir demikian?”
“Agar mbak Dina tidak membenci Dita.”
“Dita, perasaan cinta itu tidak bisa dipaksakan. Kalaupun kamu merelakannya, apakah Bian mau menjalaninya? Kalau cinta Bian hanya untuk kamu, maka apapun yang terjadi dia akan tetap mencintai kamu. Cinta itu bukan barang yang dengan mudah bisa dipindah tangankan.”
Rina menatap wajah Dita yang tampak sedih.
“Sudah, jangan risau. Kalau Bian memang jodoh kamu, maka dia akan menjadi jodoh kamu. Tak seorangpun bisa menghalanginya. Nanti ibu akan bicara sama kakakmu.”
“Jangan bu, Dita mohon .. jangan. Nanti mbak Dina akan semakin membenci Dita.”
“Tidak, ibu tidak akan bicara tentang Bian dan kamu. Hanya akan bicara sebagai sesama perempuan. Kamu tidak usah khawatir.”
***
“Lho, mbak Dina kok masuk kerja? Sudah nggak sakit lagi?” sapa Santo yang saat itu sedang menyajikan minuman untuk Abian dan meletakkannya di mejanya.
“Nggak, sudah nggak sakit.”
“Kalau begitu saya buatkan minumnya dulu, saya kira tidak masuk sih.”
“Aku minta kopi ya?”
“Pakai gula nggak?”
“Pakai dong..”
“Baiklah mbak, tapi jangan sakit lagi ya mbak, apalagi sampai pingsan, nanti pak Abian menyuruh saja menggendong mbak Dina lagi,” kata Santo sambil tersenyum lucu.
“Iih, amit-amit .. !” kata Dina yang segera mengambil laptop dan membukanya. Diliriknya meja kerja Abian masih kosong.
“Kemana dia? Mengantar Dita ke kampus? Kan Dita bilang tidak kuliah hari ini? Lagian mengapa sih perhatian Bian hanya untuk Dita? Apa benar dia jatuh cinta sama Dita? Dia serius ? Kesal memikirkannya, mengapa aku sama sekali tidak menarik baginya?”
TIba-tiba Abian masuk, dan terkejut melihat Dina sudah duduk di depan mejanya.
“Kamu masuk?” tanyanya heran.
“Seperti yang kamu lihat.”
“Aku pikir kamu masih sakit.”
“Aku kan karyawan yang rajin,” katanya mencoba bercanda, tapi Bian tidak mengacuhkannya, langsung duduk di depan mejanya sendiri.
“Hiih, ngeselin ya ..” gerutunya dalam hati.
“Surat yang kemarin sudah jadi ?”
“Belum, kan aku sakit.”
“Mana konsep surat itu,” kata Bian dingin. Dina mengambil map berisi konsep yang kemarin diberikannya.
“Ritaaa..” Bian memanggil Rita dengan interkom, dan begitu cepat Rita sudah sampai didepan bosnya.
“Tolong buatkan surat ini dulu, hari ini sudah harus dikirim.”
“Oh, ini yang kemarin mbak Dina juga menyuruh Rita membuatnya, tapi Rita nggak mau karena sedang mengerjakan laporan gudang.”
“Ya sudah, sekarang kerjakan saja.”
“Baik pak,” jawab Rita kemudian berlalu.
“Kemarin ada yang aku tidak mengerti, mbak Rita menolak memberi tahu,” kata Dina seperti mengadu.”
Bian tak menjawab. Dia membawa berkas yang menumpuk dimeja lalu keluar entah kemana.
Dina kebingungan karena tak tahu apa yang harus dikerjakan. Lama menunggu, Bian juga belum kembali ke ruangannya. Dina keluar, menemui Rita.
“mBak Rita, pak Bian kemana ?”
“Itu, diruangan pak Iskandar, jawab Rita sambil terus menulis.”
Dina menyusul keruangan itu dan mendapati Abian membuka berkas-berkas disana.
“Bian,” sapanya.
“Mengapa kamu kesini ?”
“Aku menunggu kamu, aku harus mengerjakan apa?”
“Kamu belajar dulu sama Rita, banyak yang kamu tidak menguasainya,” katanya sambil menatap Dina tajam, tak ada manis-manisnya wajah itu, tampak serius dan benar-benar seperti seorang bos. Hati Dina menjadi kecut.
“Maaf Bian,” katanya pelan.
“Aku minta maaf kalau terlalu tegas, disini kita sama-sama bekerja, saling bantu dan kamu harus banyak belajar Dina.”
“Baiklah. Bolehkah aku melihat kamu tersenyum sedikit saja?”
“Apa ?” bukannya tersenyum Bian malah melotot, lalu Dina membalikkan tubuhnya dan keluar.
Sekarang Bian benar-benar tersenyum. Dina harus diberi pelajaran.
***
Hari itu Dian membezoek bu Narti, ibunya Witri. Dian datang sendiri saat Witri bekerja, karena Dian ingin mengatakan sesuatu. Dia ingin ibunya lebih dulu mengetahui bahwa Dian mencintai Witri dan ingin mengambilnya sebagai isteri.
Dian membawa puding yang pasti disukai oleh “sang calon mertua”.
“Ibu, apa kabar?”
“Nak Dian, sama siapa?”
“Sendiri bu, bagaimana keadaan ibu?”
“Sudah baik nak, kata dokter dua hari lagi saya boleh rawat jalan.”
“Oh, syukurlah. Nanti biar Witri mengabari saya, saya akan menjemput dan mengantarkan ibu pulang.”
“Aduh nak, biarlah Witri saja, selalu merepotkan keluarga pak Baskoro, sungguh tidak enak rasanya.”
“Tidak apa-apa bu, Witri sudah seperti keluarga saya.”
“Terimakasih banyak ya nak.”
“Bu, sebetulnya ada yang ingin saya katakan sama ibu.”
“Apa itu nak?”
“Kalau boleh, saya akan melamar Witri.”
Tiba-tiba mata bu Narti terbelalak, menatap Dian tak percaya.
“Nak Dian bersungguh-sungguh?”
“Saya mencintai Witri bu, saya ingin mengambilnya sebagai isteri.”
Bu Narti mengalihkan pandangannya ke arah langit-langit rumah sakit, dan Dian melihat air mata mengambang di pelupuknya.
“Ibu, mengapa ibu menangis?”
“Maaf nak Dian, Witri itu sudah ada yang melamar, beberapa bulan yang lalu.”
Dian merasa lantai yang dipijaknya bergoyang.
***
Besok lagi ya.
Yes
ReplyDeleteSelamat malam
ReplyDeleteMatur nuwun ROTI CINTA Mbak Tien
ReplyDeleteSalam Aduhaiiii
terima kasih Mbu Tien... Rocinnya makin sore, makinasyiiik.....sehat sehat terus
ReplyDeleteAlhamdulillah msh blom terlalu malam.. Terimakasih bunda sayang.. salam sehat penuh Aduhaaaai ❤️😘
ReplyDeleteWaduuuh bunda tien gasik banget hari ini, maturnuwun bunda...sehat sehat selalu ya bu tien....salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah Matr nuwn Bunda
ReplyDeleteKok yg 7.37 masuk nya belakangan ? malah lbh dulu yg 7,38 ya a? Why?
ReplyDeleteAlhamdulillah Roti Cinta~22 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien.. 🙏
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien, selamat malam 😘
ReplyDelete𝔸𝕝𝕙𝕒𝕞𝕕𝕦𝕝𝕚𝕝𝕝𝕒𝕙 ℝ𝕆ℂ𝕀ℕ 22 𝕥𝕒𝕪𝕒𝕟𝕘 𝕞𝕒𝕥𝕦𝕣 𝕤𝕦𝕨𝕦𝕟 & 𝕤𝕒𝕝𝕒𝕞 𝕤𝕖𝕙𝕒𝕥 𝕓𝕦𝕒𝕥 𝔹𝕦 𝕋𝕚𝕖𝕟 𝕕𝕒𝕟 𝕜𝕖𝕝𝕦𝕒𝕣𝕘𝕒..👍🙏
ReplyDeleteSaya nggak pernah bisa baca komen nya bapak yg 1 ini 😂
Delete𝕎𝕒𝕕𝕦𝕙 𝕥𝕖𝕣𝕟𝕪𝕒𝕥𝕒 𝕎𝕚𝕥𝕣𝕚 𝕤𝕦𝕕𝕒𝕙 𝕒𝕕𝕒 𝕪𝕘 𝕞𝕖𝕝𝕒𝕞𝕒𝕣 𝕓𝕖𝕓𝕖𝕣𝕒𝕡𝕒 𝕓𝕦𝕝𝕒𝕟 𝕪𝕒𝕟𝕘 𝕝𝕒𝕝𝕦...𝔸𝕞𝕓𝕪𝕒𝕣𝕣𝕣𝕣 𝕙𝕒𝕥𝕚𝕟𝕪𝕒 𝔻𝕚𝕒𝕟..𝕪𝕒 𝕤𝕦𝕕𝕒𝕙 𝕜𝕒𝕝𝕒𝕦 𝕞𝕖𝕞𝕒𝕟𝕘 𝔻𝕚𝕒𝕟 𝕓𝕖𝕟𝕒𝕣2 𝕔𝕚𝕟𝕥𝕒 𝕤𝕖𝕓𝕖𝕝𝕦𝕞 𝕛𝕒𝕟𝕦𝕣 𝕜𝕦𝕟𝕚𝕟𝕘 𝕞𝕖𝕝𝕖𝕟𝕘𝕜𝕦𝕟𝕘 𝕜𝕒𝕞𝕦 𝕙𝕒𝕣𝕦𝕤 𝕓𝕖𝕣𝕦𝕤𝕒𝕙𝕒 , 𝕕𝕒𝕟 𝕛𝕒𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕞𝕖𝕟𝕪𝕖𝕣𝕒𝕙. 𝕋𝕒𝕡𝕚 𝕜𝕒𝕟 𝕛𝕦𝕘𝕒 𝕒𝕕𝕒 𝕥𝕖𝕞𝕒𝕟𝕟𝕪𝕒 𝔸𝕣𝕚𝕟 𝕪𝕘 𝕓𝕦𝕝𝕖..𝕙𝕖..𝕙𝕖 𝕜𝕚𝕣𝕒 𝕜𝕚𝕣𝕒 𝕤𝕚𝕒𝕡𝕒 𝕪𝕘 𝕜𝕒𝕞𝕦 𝕡𝕚𝕝𝕚𝕙. 𝕄𝕠𝕟𝕘𝕘𝕠 𝕥𝕖𝕣𝕘𝕒𝕟𝕥𝕦𝕟𝕘 𝔹𝕦 𝕋𝕚𝕖𝕟..🙏❤
DeleteAlhamdulillah, Roti Cinta yg hangat sdh terhidang seblm tidur, manusang bu Tien. Slm sehat Tetap Semangat. Aduhai Bravo
ReplyDeleteTrimakasih Ibu Tien, salam aduhai selalu
ReplyDeleteWah dian kecewa lagi.
ReplyDeleteSalam sehat bu tien
Maturnuwun.salam sehat Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah...Roti Cinta 22 sudah tayang...salam aduhai mb Tien
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah
Jazaakillah khoiron katsiiron
Matur nuwun Bu Tien kiriman Roti cinta 22 udh sampe, salam sehat dan terus semangat berkarya, salam aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien masih sore sdh dikirimi roti yg dicinta
Semoga bu tien sehat2 dan selalu dalam lindungan Allah SWT ...... AAMIIN YRA
Salam aduhai selalu
Cihui rocin 22 sdh datang gasik
ReplyDeleteTrmksh mb Tien..
Salam sehat ADUHAI sll
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik
Alhamdulillah ....
DeleteMasih sore yang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
*Lembar koreksi :*
Delete1. Pandangan Dina terasa seperti _memameerkan kedekatannya_ dengan Bian, padahal Bian tak melakukan apa-apa.
# Pandangan Dina terasa seperti *_memamerkan kedekatannya_* dengan Bian, padahal Bian tak melakukan apa-apa. #
2. _Gadis itu mengambil selimut dan menyelimuti kaki kakaknya._
# *_Dita mengambil selimut dan menyelimuti kaki kakaknya._* #
3. _Untunglaah_ tadi pagi dia tidak membawa mobil,” kata Rina.
# *_Untunglah_* tadi pagi dia tidak membawa mobil,” kata Rina. #
4. ....nanti pak Abian menyuruh saja menggendong mbak _Dian lagi,”_ kata Santo sambil tersenyum lucu.
# ....nanti pak Abian menyuruh saja menggendong mbak *_Dina lagi,”_* kata Santo sambil tersenyum lucu. #
5. _“Nak Bian, sama siapa?”_
# *_“Nak Dian, sama siapa?”_* #
Waduh..... Benar itu bu, Witri sdh dilamar orang lain?
Benar Baskoro....kamu harus siap-2 patah hati....
Selamat hatrick dua kali tendangan berturut-turut masuk jd juara1 lagi.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien, tambah gasik tayangnya. Salam SEROJA, tetap sehat dan semangat.
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah.
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Akal bulus ketemu bulus santosa
ReplyDeleteHah hah hah
Ketipu..
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah dah tayang Rocin 22
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien sekeluarga selaslu sehat aamiin
Salam sehat dan Aduhai
Alhqmdulillah Roti Cinta sd sampai...
ReplyDeletetrima kasih mba Tien...semoga mba Tien dan keluarga besar selalu sehat, sejahtera dan bahagia...Aamiin
Dina...bisa saja akal akal pingsan segala....
ReplyDeleteHaduh Dian keduluan siapa to ... Yah patah hati deh dia ....
Roti Cinta telah hadir,,,Dina,,,,Dina,,,kamu perempuan.kok seperti itu
ReplyDeleteGandholio them,,,,gondhel anting anting
Diejak ora gelem,,,,ditinggal golong.koming
Matur nuwun mbak Tienku, Roti-nya sudah sampai di alamat.
ReplyDeleteDita yang baik hati, mengalah untuk kakaknya. Tapi bagaimana dengan Bian, bukan Dina yang dia mau.
Kacian Dian... akan gagalkah untuk yang kedua kalinya???
Salam sehat selalu semangat mbak Tien Kumalasari, tetap ADUHAI.
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda tien semoga sehat walafiat
Salam sehat penuh semangat
Dari wonosobo
Alhamdulillah rocin 22 sdh tayang. Terima kasih bu Tien..Semoga Dina menyadari kalau Abian memang tidak mencintainya. Apalagi Dina pakai bohong..tentunya membuat Abian tambah kesal. WahDian lagi lagi patah hati. Tolong bu Tien..kalau boleh memilih..Witri pilih Dian saja. Oke ya bu..kasihan lho.
ReplyDeleteAlhamdulillah Roti Cinta Episode 22 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Aduhai Mbak Tien, kasihan Dian...
ReplyDeleteAduhai senangnya Roti Cinta hadir awal..
ReplyDeletematur nuwun bunda Tien.
semakin ADUHAI ini bun...😊
Makasih Bunda untuk ROTI CINTA nya.Sukses selalu dan pastinya bikin gregetan.
ReplyDeleteMet mala dan met istirahat buat Bunda.
Doa kami semoga mas Dayat cepat sehat kembali dan bisa beraktivitas lagi seperti sediakala.Aamiiiin
Alhamdulillah terima Bu Tien rocinnya, semakin banyak konflik, semakin seru, semoga endingnya bahagia. Salam sehat selalu.
ReplyDeleteDuh ketinggalan kasihnya.... Maksudnya terima kasih
ReplyDeleteWaduh udah tanyan Rocin 22 wehh nih ada nama baru lg ..terima kasih Bu Tien , sehat2 selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah ... Rocin 22 sudah hadir ... Terimakasih Bu Tien ... Semoga Bu Tien selalu sehat, salam seroja tuk kita semua 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAssalamualaikum ibuuu. Semoga sehat selalu..
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang Rocin nya.
Salam aduhai ibu..
Alhamdulillah,menikmati roti cinta..terima kasih Bu Tien,senantiasa sehat,Aamiin.
ReplyDeleteAlhamdulillah, tks bu tiens episode 21 rotcint sdh tayang..
ReplyDeleteSemangat dn sehat selalu..
Yaaaahhh... Patah hati dah. 😡😡😡
ReplyDeleteAlhamdullilah dah muncul Rocinnya.. Mksihmbak saysng.. Woowkelakuan Dina ke Bian tambah nyebeli.. DanDian kshn psti kecewa lgi.. Slmseroja dan makin aduhaaii.. Ajamba Tien.. Slmseroja dan aduhai mbak Tien dri skbmi.. 😘😘🥰🥰😍😍
ReplyDeleteADUHAI ibu Farida
DeleteAlhamdulillah ROCIN 22 sdh hadir, maturnuwun Bu Tien..,semoga sll sehat , aamiin..salam hangat dan ADUHAI 🙏🙏
ReplyDeleteSalam hangat dan ADUHSI Yangti
DeleteAlhamdulillah, suwun bu Tien RC22 SDH TAYANG. Salam sehat selalu.
ReplyDeleteSalam sehat ibu Handayaningsih
DeleteAlhamdulillah, terima kasih Bu Tien roti cintanya....
ReplyDeleteSalam sehat selalu.....🙏
Salam sehat dan ADUHAI pak Prim
DeleteMemang Dina harus diberi pelajaran
ReplyDeleteCewek kok tingkahnya kayak gitu...
Kok beda banget sama adiknya.
Pantes aja Bian pilih adiknya.
Dita sangat mencintai kakaknya
Sampai"Dita berfikir akan merelakan Abian untuk Dina
Tapi cinta tdk bisa dipindah pindah
Sepertinya Abian tetap pada pilihannya
Kasihan Leo dua dari ketiga anaknya hrs patah hati disaat yg bersamaan
Smg segra ada jln keluarnya
Diannn.... kasihan kamu....
Bagaimanapun lika likunya, smg Dian bisa berjodoh dg Sawitri
Trimakasih bunda Tien episode ke 22 nya,moga sehat sll
Salam aduhai dari Bojonegoro
Bu Wiwik selalu ADUHAI deh
DeleteMatur nuwun mbak Tien, semoga selalu sehat dan tetap semangat. Aamiin...
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien, semoga selalu sehat dan tetap semangat. Aamiin...
ReplyDeleteSami2 mas Ngatno, salam sehat dan ADUHAI
DeleteTerima kasih Bunda..
ReplyDeleteSudah tayang..
Tetap semangat salam sehat n salam Aduhai..
Gbu
Tetap semangat dan ADUHAI ibu Sriati
DeleteMakin aduhai saja bu Tien, bikin penasaran ...... Sehat selalu ya bu Tien
ReplyDeleteMakin ADUHAI dan penasaran ibu Sudarwati
DeleteHem..cinta..cinta.. cinta..memang aneh..lucu..menyenangkan..menyedihkan juga..joss Bu cantik memang indah sekali membuat alur ceritanya..senang dan bahagia selalu mengikutinya.. salam sehat selalu ya Bu cantik Amin YRA 🙏 Mr.Wien jogja.
ReplyDeleteHalloww.. Mr Wien..
DeleteADUHAI deh. Ganti dong unknown dengan nama bagusnya
Alhamdulillah, RC.22. telah tayang, Terima kasih bu Tien, moga sehat dan bahagia selalu bersama keluarga,aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Aamiin
DeleteADUHAI ibu Uchu
Aduh....
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
ADUH duh ADUHAI
DeleteMatur nuwun bu Tien Rocin sudah tayang
ReplyDeleteMakin aduhai cerita Dian selanjutnya....kok ndilalah..Witti sudah ada yang ngelamar...
Salam dari Tangsel
Salam ndilalah ibu Moedjiati
DeleteTrimakasih mbak Tien RC22nyaa..
ReplyDeleteDiiiin...modus yaaa...taunya Santo yg mau gendong kamu n pur2 udh sadar. Pdhl pur2 semaput..🤭🤭
Cari akal teruuus...tp Bian udh sadar dengan kebulusanmu..kasian adikmu smpe takut kehilangan kamu..ingin mengalah demi tdk kehilqngan perhatian kknya...tp kknya ga tau dirii....🤦♀️🤦♀️
Diaaan...kasiaan yg sabar yaa...jodoh ga kemana..klo emang Witri jodohmu bs sj batal dgn yg sdh melamar...ayo semangaat cowok ganteng jgn patah hatiii..tapii jgn sama bule ah..hehehe..
Bagaimana mbak Tien aja..yg penting semua hepiii..
Salam sehat selalu dan aduhaiiii mbak Tien...🙏🥰⚘
Salam happy dan sehat yang ADUHAI ibu Maria
DeleteWaduh Dian patah hati yg ke-2 kalinya.. kasihan banget.. tp kata org slm blm ada janur melengkung .. ditikung sm 1/3 mlm sj.. minta sm yg diatas sj.. klu mmg benar Witri sdh dilamar knp ketika Witri diserang preman dan ibunya sakit kok tdk ada perhatian dr kekasihnya? Apakah mrk ldr-an? Tp skrg khan vc? Kok kayanya tdk ada crt itu? apa ada flash back siapa laki2 yg sdh melamar Witri? Mksh mb Tien ditunggu siapa yg dipilih Witri utk calon suaminya nti... Slm seroja utk mb Tien dan pctk🤲🙏
ReplyDeleteADUHAI jeng Sapti
DeleteKasihan Dian patah hati lagi semoga kuat dan mendapat jalan keluar terbaik... Makin seru dan penasaran mbak Tien, salam sehat dan Aduhaii
ReplyDeleteSeru dan ADUHAI ibu Komariyah
DeleteAlhamdulilah ROCIN 22 telah hadir....
ReplyDeletePatah hati lg Dian. Kasihan sekali sedang Dina dg gigihnya mengejar cinta Bian. Selalu ada cerita yg bikin penasaran dg tdk sabar menunggu kisah berikutnya.
Mtrnwn Bunda Tien. Sehat selalu dan aduhaiiii
Sehat dan ADUHAI ibu Rochmah
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteWa syukurillah
DeleteIBu Hestri
Puji Tuhan ibu Tien sehat, semangat dan produktip shg ROCIN 22 tersaji bagi kami para penggandrungnya.
ReplyDeleteWouw... Dian akankah patah hati kedua kali krn tahu Witri sdh ada yg melamar? Kuatkan hatimu ya mas ganteng dan baik hati...
Monggo ibu, dilanjut aja. Matur nuwun Berkah Dalem. Salam ADUHAI
Alhamdulillah, RC22 semakin mendebarkan, smg Dian tdk patah hati. trm ksh mbak Tien.Slm sehat, tambah Semangat dan ADUHAI
ReplyDeleteSemangat dan ADUHAI IBU Pudya
DeleteAlhamdulillah...sebelum tidur sempatin baca dulu...penisirin sih 😁😁
ReplyDeleteTerimakasih mbak Tien RoCin 22 telah hadir
Salam hangat dan selaluu sehat kagem mbak Tien
Salam Aduhaiii
Salam ADUHAI ibu Yulie
DeleteKasihan Dian...mudah2an ketemu cinta sejatinya.
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Tetap semangat, sehat dan selalu aduhai
Trima kasih ibu Tien, Roti Cinta makin seru...
ReplyDeleteSemoga ibu Tien dan keluarga sehat dan bahagia selalu...
Aamiin yaa Robbal’alamiin
Salam SeRoJa... ADUHAI..
Aamiin
DeleteSalam seroja dan ADUHAI ibu Nur
Matur nuwun Bu Tien, salam sehat kagem Ibu dan semuanya
ReplyDeleteSalam sehat ibu Reni
DeleteSuwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 Butut
DeleteAssalamualaikum wr wb. Dina, mengapa kamu merengek cintanya Bian. Ayo Dina tunjukkan bhw kamu seorang gadis yg matang, dewasa, penuh percaya diri dan jangan merendahkan dirimu di depan Bian. Bangkit Dina, kamu sdh direndahkan harga dirimu dan dilecehkan oleh Bian. Raih dan wujudkan cita-cita mu dengan banyak berdoa kepada Allah Swt, agar di ridhoi menjadi pengusaha yg sukses dan diberikan jodoh yg melebihi segalanya dari Bian. Maturnuwun Bu Tien ceritanya semakin asyik dan semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin... Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAlhamdulillah...maturnuwun Rocin 22 nya mbak Tien sdh menemani lg dlm perjalanan...ADUHAI...Dina yg makin nekat dan sprti tdk punya rasa malu lagi...nasib Dian yg keduluan orang melamar Witri...makin mengharu biru...makin rumit...makin bikin penasaran...salam sehat dr Situbondo
ReplyDeleteADUHAI jeng In, ttdj ya.. sukses selalu dalam karya, salam sehat.
ReplyDeleteWa'alaikum salam wr wb
ReplyDeleteAamiin ya Robb.
ADUHAI, matur nuwun pak Mashudi
Alhamdulillah.....
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Sami2 wo
ReplyDeleteNelongso Rasane, tresno ra ono dalane...
ReplyDeleteopo pancen tresno iki ra kudu biso nduweni...
Akehe pepalang, ngalangi dalan katresnan..
Dhedhet teng ratri sumunar nyawang esem mu..
Tresna ku kang gedhe ra ono dalane..
Amergo sliramu wis kadung dijodohne..
(Grahono)
Sabar yaa Mas Dian ini ujian he he he... 😊😊
Terima kasih mbak Tien, semoga sehat selalu...
Alhamdulillah, suwun mbak tien Rocin 22 nya. Smg selalu dilimpahkan kesehatan dan keselamatan tuk semuanya. Aamiin
ReplyDelete