Tuesday, March 16, 2021

JANGAN BAWA CINTAKU 05

JANGAN BAWA CINTAKU  05

(Tien Kumalasari)

 

Ika benar-benar panik, ia bingung apa yang harus dilakukan apabila Leo benar-benar datang kerumahnya.

“Iya mas..” Rina masih bertelpon.

Ika meremas-remas tangannya sendiri.           

“Aku menunggu mas Leo disini dulu ya mbak, katanya mau kemari. Ini lho, kunci mobil kok kebawa oleh aku tadi. Habisnya aku melihat tergeletak dimeja depan, lalu aku masukkan saja ke dalam tas aku.”

Ika tak menjawab. Ia sibuk menata batinnya. Sibuk mencari alasan untuk menghindar, tapi bagaimana caranya? Sedangkan ini adalah tempat tinggalnya? Tubuh Ika sudah basah oleh keringat. Lalu ia berdiri dan masuk kedalam rumah, mengambil air dingin dan meneguknya segelas.

“Kalau aku disini terus, pasti aku tak akan bertemu dia. Tapi nggak mungkin bu Rina diam saja. Begitu suaminya datang pasti dia berteriak memanggil, bukan hanya untuk pamitan, tapi juga untuk memperkenalkan suaminya. Ya Tuhan... apa yang harus aku lakukan?”

Ika mondar-mandir diruang dapur yang sempit. Tak ada apa-apapun pasti juga akan gerah berada disana, apalagi dengan hati yang gelisah seperti ini.

Lalu Ika masuk kekamar mandi.

“Apakah ini sebuah persembunyian yang bagus? Kalau aku bilang sedang dikamar mandi, ma’af, pasti mereka juga akan menunggu sampai aku keluar.”

Ika ingin menjerit sekuat-kuatnya untuk melampiaskan kegelisahan itu. Lalu dia keluar, dan teriakan Rina dari luar membuatnya hampir pingsan. Bukannya ia langsung berlari kedepan, tapi tetap tegak dipintu kamar mandi.

“mBak Yantiiii...” itu teriakan yang sudah ketiga kalinya.

Kaki Ika justru gemetar. Ia berpegangan pada pintu kamar mandi itu, karena tubuhnya terasa limbung.

“Jangan-jangan aku mau pingsan...” keluhnya lirih.

Langkah-langkah kaki mendekat membuatnya menyandarkan tubuhnya dipintu itu.

“Bu.. dicari bu Rina..” itu kata Dian yang datang menyusulnya ke belakang.

“Aaad.. ada tamu ?” tanyanya terbata.

“Tidak bu, ibu sakit?”

“Tidak, eh.. perut ibu sakit.. sedikit.. Tidak ada tamu?” tanyanya lagi.

“Tidak, bapaknya Dina menelpon, bahwa dia tidak jadi kemari karena disamperin temannya. Gitu kata bu Rina tadi.”

Tubuh lemas itu seperti mendapat kekuatan baru. Sambil menghela nafas berat, Ika melangkah kedepan.

“mBak Yanti.. aduh, kok wajah mbak Yanti agak pucat? Kenapa tadi?”

“Iin..ini bu, perut saya tadi.. sakit.. jadi..”

“Sekarang masih sakit? Kebetulan aku selalu membawa obat di tas aku..”

“Tidak bu.. sekarang sudah baikan kok..”

“Sungguh?”

“Sungguh bu.. “

“Ini mbak, tadi suami menelpon lagi, katanya tidak jadi menyusul kemari karena sudah disamperin temannya. Hari ini jadual main tennis. Syukurlah, jadi Dina bisa lebih lama bermain sama Dian.”

Ika kembali menghembuskan nafas, kali ini terasa lega.

***

Tapi malam itu Ika tak bisa tidur. Sekali dua kali bisa lolos dari pertemuannya dengan Leo. Bagaimana besok? Bagaimana lusa? Bagaimana... dan bagaimana..?

“Rupanya kelulusan Dian yang kemudian membuat Dian pindah sekolah, bukan sebuah jalan untuk menghindar. Masih banyak kesempatan untuk bisa bertemu,  karena Rina sudah tahu rumah ini, dan Dina selalu ingin bermain dengan Dian. Apakah ikatan darah itu yang membuat mereka dekat? “

Ika membolak-balikkan tubuhnya, dan berusaha memejamkan matanya dan tidur, karena pagi-pagi sekali dia harus bangun dan mencari nafkah. Tapi lewat tengah malam mata itu belum juga terpejam.

“Apakah aku harus pindah dari rumah ini? Tampaknya ini adalah satu-satunya jalan, agar hidupku lebih tenang. Tapi itu tidak mudah. Harus ada rumah yang harga sewanya murah. Benar, besok aku akan bertanya-tanya. Syukur-syukur yang dekat dengan sekolah Dian nantinya.”

Menjelang pagi Ika baru bisa terlelap, dan akibatnya dia bangun kesiangan. Itupun karena Dian membangunkannya.

“Ibu.. ibu sakit?” tanya Dian pelan sambil memegang tangan ibunya.

Ika terperanjat, lalu bangkit tiba-tiba.

“Sudah siang? Aduh.. ibu kesiangan nak.. belum membuat sarapan untuk kamu.”

“Dian sudah menggoreng telur bu.”

“Ya ampun nak.. ma’af ya..”

Ika bergegas keluar dari kamar, membuat minuman dengan teh celup dari air termos yang masih panas.

“Dian, minum tehnya dulu. Biar ibu buatkan yang nanti bisa kamu bawa ke sekolah ya.”

“Iya bu,” kata Dian sambil menyuap sarapannya.”

Ika lari kekamar mandi, subuh telah lewat, tapi ia tak bisa meninggalkannya. Selesai bersujud, Dian sudah selesai pula sarapan. Ika membantu memasukkan bekal Dian ke dalam tasnya.

“Ibu kesiangan ya, kepasarnya sudah siang.”

“Iya nak, ibu mau langsung siap-siap dan berangkat.”

“Iya bu.. ibu hati-hati ya.”

“Iya Dian, kamu juga harus berhati-hati.”

***

Agak siang Ika mulai menjajakan belanjaannya. Hampir disetiap dia singgah, ibu-ibu menanyakan, kok siang mbak Ika. Dan Ika hanya menjawabnya sambil tersenyum.

Tapi ketika ia ingin menyerahkan belanjaan pesanan Rina, kembali Ika dibuat bingung. Ia menoleh kesana kemari, berharap bertemu tukang sampah yang kemarin menolongnya. Tapi tak ada. Ia melihat keranjang-keranjang sampah ditepi jalan sudah kosong, berarti tukang sampah itu sudah lewat.

“Aduuh.. bagaimana ini..”

Ia masih memarkir sepeda motornya ditempat yang agak jauh dari rumah Rina, sambil menenteng belanjaan yang kali ini agak banyak.

Benar-benar tak ada yang bisa menolongnya pagi itu, sementara Ika sudah merasa sangat kesiangan.

“Apa boleh buat, aku harus melakukannya.”

Lalu diambilnya helmnya, agar bisa menutup wajahnya seandainya Leo ada.

Perlahan Ika melangkah memasuki halaman. Ada mobil diparkir dihalaman, entah itu mobil Leo, atau mobil Rina, Ika tak tahu, karena mobil mereka dua-duanya sama, baik warna maupun merknya.

“Ika menghela nafas lega, ketika ia sudah meletakkan belanjaan itu diteras. Bergegas Ika keluar dari halaman, tapi ketika sampai digerbang, seseorang berteriak memanggil.

“Eeh.. mbak.. tunggu dulu..”

Ika gemetar, suara itu sangat dikenalnya. Suara Leo, untuk apa dia memanggilnya? Ika menoleh sejenak, kemudian nekat pergi dari sana, cepat-cepat menstarter motornya dan berlalu.

“Mana mas? Sudah mas panggil ?” tanya Rina yang baru saja keluar sambil membawa dompet.

“Aku sudah berteriak, ia hanya menoleh kemudian pergi. Selalu seperti terburu-buru,” omel Leo.

“Lhoooh.. gimana mbak Yanti itu.. kan aku belum bayar..”

“Mengapa ketika nitip kamu tidak sekalian membayarnya?” tegur Leo.

“Sudah nitip aku, tapi pasti masih kurang, aku mau menambahnya, tapi dia menolak. Aku pikir bisa aku bayar pagi ini sambil nitip lagi.”

“Hm.. bakalan kesana lagi sore nanti,” ejek Leo sambil tersenyum.

“Bagaimana lagi mas, mas kan tahu sendiri, simbok akan kembali kapan, aku repot kalau harus ke pasar sendiri.”

“Belanja di supermarket lah, kan banyak sayuran dan daging dijual disana.”

“Aku lebih suka belanja di mbak Yanti, sayurnya segar, daging juga pasti baru, bukan daging beku yang ada di supermarket.”

“Ya sudah, aku mau berangkat kerja nih, sudah agak siang.”

“mBak Yanti tadi terburu-buru karena sudah kesiangan juga tampaknya.”

“Oh ya, nanti kalau aku tidak bisa pulang makan siang dirumah, tolong kamu jemput Dina ya.”

“Nanti kalau mas nggak bisa jemput, aku dikabari kan?”

“Iya, aku kabari, tampaknya ada meeting siang nanti.”

“Iya mas.. nggak apa-apa kalau aku harus menjemput Dina,sekalian aku mampir ke mbak Yanti saja kalau begitu. Lagian sorenya kan mau ada tamu.”

“Baiklah, kalau begitu langsung aja ya, aku nggak usah ngabari lagi.”

“Tapi jangan lupa, pulangnya jangan kesorean, katanya ibu sama kakak kamu nanti mau datang kemari.”

“Iya, aku ingat.”

***

Siang itu Ika menyelonjorkan kakinya diatas kursi panjang, sambil melihat kearah televisi yang dinyalakan, tanpa menikmati acaranya. Pikirannya masih tertumpu pada keinginannya untuk pindah. Kontrakan rumah ini juga tinggal dua bulan lagi, tapi Ika belum menemukan rumah tinggal baru yang akan ditempatinya.

“Kalau bisa dekat dengan sekolah Dian, jadi aku bisa melepas dengan nyaman walau dia naik sepeda sendiri.,” gumamnya.

“Permisi...”

Ika bangkit dari duduknya dan bergegas kedepan. Dilihatnya pak Kartiman pemilik rumah ini sedang berdiri didepan teras.

“Oh, pak Kartiman.. tumben siang-siangan.. silahkan duduk pak..”

“Terimakasih nak, syukurlah nak Ika sudah ada dirumah.”

“Saya sudah pulang dari tadi dan sudah selesai memasak. Tumben pak, ada perlu apa?”

“Begini nak Ika. Kalau tidak salah, kontrakan nak Ika sudah hampir habis kira-kira dua bulan mendatang.”

“Iya pak, benar, saya baru saja memikirkannya, dan...”

“Nak Ika..saya mau minta tolong,” pak Kartiman memotong kalimat Ika yang belum diselesaikan.

“Iya pak, apa yang bisa saya bantu?”

“Kalau nak Ika tidak keberatan, bolehkah saya minta perpanjangan uang kontrak untuk setahun mendatang? Mm.. ma’af nak, so’alnya sa’at ini isteri saya kan sedang sakit, dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.”

Ika merasa lemas. Padahal dia ingin bilang kalau sampai dua bulan saja kontrakannya, dan dia sedang berpikir untuk mencari kontrakan lain. Sementara pak Kartiman membutuhkan biaya untuk isterinya yang sedang sakit.

“Bagaimana nak Ika? Saya minta ma’af ya nak, harusnya belum sa’atnya nak Ika membayar perpanjangan kontrak, tapi saya bingung harus minta tolong pada siapa,” kata pak Kartiman memelas, sambil menundukkan kepalanya. Ika merasa iba mendengar dan melihat bagaimana pak Kartiman dengan sangat sedih mengucapkannya.

“Sekali lagi saya minta ma’af ya nak.”

Barangkali pak Kartiman mengira, seperti tahun-tahun sebelumnya, Ika selalu memperpanjang kontrak rumahnya karena sudah merasa nyaman tinggal dirumah itu. Mana pak Kartiman tahu bahwa sa’at ini dia sedang menghindari seseorang?

“Bagaimana nak?” desak pak Kartiman karena melihat Ika diam saja.

“Iya pak, mm.. bagaimana ya.. bolehkah saya memikirkannya lagi?” kata Ika ragu-ragu.

“Tapi nak, tolong jangan lama-lama ya nak, so’alnya kalau uangnya sudah dapat, saya baru akan membawa isteri saya kerumah sakit.”

Aduuh.. hati Ika yang penuh kasih tak sampai hati menolaknya. Memang benar dia punya tabungan untuk membayar kontrak rumah, tapi sebenarnya dia tak ingin memperpanjang. Ia belum sempat mengatakannya pada pemilik rumah, malah keduluan pemilik rumah minta perpanjangan.

“Baiklah pak, tapi besok saya mengambil uangnya dulu ya pak,” akhirnya kata Ika.

“Terimakasih sekali ya nak.”

“Besok saya antarkan ke rumah sepulang saya dari kerja.”

Sepeninggal pak Kartiman, Ika duduk sambil menyandarkan kepalanya yang terasa berat. Ada dua pilihan yang harus dipilihnya salah satu, menjauh dari Leo, atau mengasihani orang yang sedang sakit. Dan ternyata Ika memilih yang terakhir. Iba hatinya melihat penderitaan orang lain, lalu memilih mengesampingkan kepentingannya sendiri.

“Ya Tuhan, semua ini adalah kehendakMu,” bisiknya sambil berlinang air mata.

Sebuah mobil yang berhenti dijalan depan rumahnya, membuat Ika kemudian berdiri dan menyambutnya. Dari dalam mobil turun seorang anak kecil cantik dengan rambut dikepang dua, lalu mengikuti dibelakangnya, Rina.

“Pasti untuk membayar belanjaan, semoga tidak pesan lagi," bisik batin Ika.

“mBak Yanti.. kenapa tadi buru-buru pergi?”

“Ma’af bu, saya agak kesiangan,” jawab ika.

“Aku juga berpikir demikian, tadi datangnya agak siang. Dian belum sampai rumah?”

“Belum bu, kan dia naik sepeda, lagian sering ada tambahan pelajaran, jadi pulangnya lebih siang. Silahkan duduk bu.”

“Tidak usah mbak, saya hanya mau nitip pesanan lagi sama uangnya. Kalau kurang bilang mbak, dan kalau bisa, setiap kali mengirim jangan terburu pergi.”

“Iya bu, kalau tidak kesiangan,” kata Ika sambil tersenyum, walau agak kecut senyuman itu, so’alnya dibawah uang yang diulurkan ada secarik kertas catatan pesanan belanjaan lagi.

Aduuh.. Ika hanya bisa mengeluh dalam hati, tak mampu menolaknya.

***

“Selamat siang,” sapa Ika begitu memasuki rumah pak Kartiman.

“Selamat siang, oh nak Ika yang datang rupanya.

“Saya hanya ingin menyerahkan uang kontrakan rumah setahun kedepan pak, seperti yang bapak inginkan kemarin.”

"Oh, iya nak, terimakasih banyak, dan saya minta ma’af karena sesungguhnya belum sa’atnya saya memintanya.”

“Tidak apa-apa pak, kan sebenarnya uangnya memang sudah ada. Ibu sakit apa pak?”

“Sakit lever nak, sebenarnya dokter minta supaya dirawat dirumah sakit, tapi saya belum punya uangnya. Itu sebabnya saya minta tolong pada nak Ika.”

“Oh, gitu ya pak, sebaiknya bapak segera membawa ibu kerumah sakit, supaya tidak terlambat ditangani.”

“Iya nak, segera, mungkin nanti.”

“Ini uangnya pak, saya belum tahu, apa bapak ingin menaikkan sewa rumahnya.”

“Tidak nak, karena saya memintanya lebih dulu, maka saya tidak menaikkannya sekarang. Biar saja sama dengan tahun kemarin.”

“Baiklah pak. Ini uangnya,” kata Ika sambil menyerahkan amplop berisi uang.

“Surat perjanjiannya akan saya buat besok ya nak, biar saya mengurusi isteri saya dulu.”

“Iya pak, tidak apa-apa. Bolehkan saya menengok ibu?”

“Silahkan nak, tapi tadi dia tidur.”

Pak Kartiman mengantarkan Ika menjenguk isterinya dikamar, dan kembali Ika merasa iba. Bu Kartiman tampak tidur, wajahnya pucat. Lalu Ika keluar karena  takut mengganggu tidurnya. Sebelum pulang, ia berpesan agar pak Kartiman segera membawanya ke rumah sakit,

***

Hari demi hari dilaluinya dengan selalu was-was, apalagi kalau sedang mengantarkan pesanan bu Rina. Terkadang ia minta tolong kepada tukang sampah, kalau kebetulan dia lewat. Selebihnya dilakukannya dengan menyembunyikan wajahnya dibalik helm yang selalu dibawanya. Aduhai, ini membuat hidupnya selalu tertekan. Hari-harinya selalu diliputi rasa was-was dan ketakutan.

Hampir ada jalan, yaitu dengan pindah  dari rumah itu dan pergi ketempat jauh, tapi mendadak si pemilik rumah butuh pertolongan. Mana bisa Ika mengabaikannya hanya karena memikirkan diri sendiri?

“Baiklah, mungkin tahun depan, aduh.. setahun? Alangkah lamanya. Setahun dalam perasaan selalu was-was dan khawatir?” kata batinnya.

Lalu Ika menghitung-hitung uangnya. Seandainya direlakannya uang kontrak yang setahun itu, lalu dia mencari yang lain. Bisakah ? Ika tak tahan dengan semua ini. Harus ada jalan untuk pergi jauh yang tak ada kemungkinan bisa bertemu laki-laki ganteng yang dibencinya.

***

Dian sudah selesai ujian, dan sangat mengejutkan, Dian lulus dengan nilai terbaik, sehingga dia bisa memilih ke sekolah mana yang diinginkan, dan mendapat bea siswa.

Ika memeluk Dian dengan air mata berlinang.

“Kamu membuat ibu bangga nak, teruslah bersekolah dan jadi orang, ibu mendukungmu,” bisiknya ditelinga anaknya.

“Ibu, besok sa’at perpisahan sekolah, semua orang tua murid harus hadir ya, dari kelas satu sampai kelas enam,” kata Dian.

“Baiklah nak, ibu pasti datang.”

Tapi tiba-tiba Ika terkejut sendiri.

Nah, bagaimana kalau Leo juga hadir diacara itu?

***

Besok lagi ya

 

90 comments:


  1. Terima kasih mbak Tien ... atas hadirnya JBC 05.

    ADUHAIIIIII ...

    Salam hangat kami dari Yogya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam....Terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu & tetap semangat Aamiin 💗💗💗

      Hey Guys..... edit profilmu biar Bunda Tien & semua Reader mengenalmu.... Dengan cara : ketuk UNKNOWN,,, lalu ketuk EDIT PROFIL, lalu isi biodata & sertakan foto termanismu yaa,, tenang ga ada semut kok,, jadi amaaaan.... lalu ketuk SIMPAN... cukup pakai jari saja yaa, jangan pakai palu,, nnt hapenya pecah he he he he.... mudahkan...... Kalau belum bisa juga,, nnt dech aku maen ke rumahmu 🤣🤣🤣

      Okeyy Guys,, salam ADUHAI 💗💗💗

      Delete
    2. Makasih mbak Tien, JBC 05 sudah hadir... selamat datang Dian-Dina ❤️

      Delete
    3. Alhamdulillah JANGAN BAWA CINTAKU Eps_05 sudah tayang, matur nuwun bu Tien Kumalasari.
      Salam sehat, bahagia, dan salam hangat dari mBandung.

      Selamat juga buat Dimas Yowa, number one

      Delete
    4. Wahh...sdh hadir JBC 05..matur nuwun mbak Tien

      Delete
    5. Trimakasih bunda Tien...
      Jangan Bawa Cintaku 05 dah tayang.
      Moga bunda sehat selalu.

      Delete
    6. Matur nuwun mbak tien-ku...jbc5 sudah terbit.
      Waaahhh..belum dipertemukan juga di episode 5. Apa tidak terpikirkan, dalam administrasi selalu ditanyakan, nama ayah... nama ibu... Kalau ketemu ayahnya kan dapat diminta jadi 'ayah angkat' atau apapun namanya. Lebih baik lagi Leo mau mengakui Ardian adalah anaknya. Malah terbalik ya, biasanya ibu yang mencari ayah kandung anaknya yang menghilang.
      Salam sehat mbak Tien ...dari sragentina selalu ADUHAI.

      Delete
  2. Makasih mbak Tien, JBC 05 sudah hadir... selamat datang Dian-Dina ❤️

    ReplyDelete
  3. Horee JBC 05 tayang sik asik
    Mksh bunda Tien telah berbagi setiap hari tak ada bosan2nya
    Selalu setia pd smw penggemarnya dgn tulus ikhlas
    Salam hangat dari Jogja
    Salam ADUHAI... 👍

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah...trimakasih bu tien

    ReplyDelete
  5. Pas koment langsung nongol tks banyak mbak Tien.
    Salam serojas dari Tegal

    ReplyDelete
  6. Matur Suwun sanget Bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  7. Terima kasih Bu Tien. Salam sehat selalu 🙏

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah.... Sll menunggu... Terimakasih Bunda Tien, sehat sll 😘😘😘

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah matur nuwun ibu Tien
    Semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah JBC 5 udah tayang.....matur suwun bu tien. ..salam Aduhay ..

    ReplyDelete
  11. Wee...nilap, td blm ada, ditinggal bntr aja dh rame

    ReplyDelete
  12. Bu tien blum halo2 ...

    Trims untk critanya...

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah, sampun tayang JBC 5, suwun mbakyu Tien, sehat terus salam Aduhai dari Cibubur

    ReplyDelete
  14. Alhamdulilah sudah terbit JBC 5..matur nuwun bu Tien, mugi tansah sehat..
    Salam moedjiati Pramono. Tangerang Selatn

    ReplyDelete
  15. Bu Tien matur nuwun, Alhamdulilah JBC 5 sudah terbit
    Mugi aibu tansah sehat..
    Salam moedjiati pramono tangerang selatan

    ReplyDelete
  16. Trima kasih bu tien atas hadirnya JBC 5. Yg sangat menghibur. .kenapa ya cerita bu tien lakonya pasti gadis cantikk. ...haaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Supaya bapak" mas" kakek" semangat membacanya...sambil membayangkan wajah" rupawan. He he he....

      Delete
  17. Matur nuwun...mbak tien... dtunggu lanjutannya konflik batin Ika yg semakin mengenaskan... Smg bu tien sehat selalu

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah JBC 05 sdh hadir
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  19. Sabar ya mbak Ika,ga ush takut kalo ketemu Leo...ada ibu Tien yg akan ngumpetin mbak
    Maturnuwun ibu Tien,salam aduhai...srlalu menunggu kelanjutan critanya

    ReplyDelete
  20. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Banten, Purwodadi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. 🎶 Bencinya hati ini....
      Deg deg deg
      Aduh dada, deg deg an
      Ulang deh...
      🎶 Bencinya hati ini.....
      Aduh,, malah tenggorokan kering
      Ulang deh....
      🎶 Bencinya hati ini......
      Coplok coplook coplooook...
      Aduh,,, malah baper,.......
      🎶Tak ingin bertemu........
      Tapi,,,, sampai kapan.....???
      Kalau jodoh tidak akan kemana-mana.... Percayalah... Tak bantu doa,,, pu jopa japu.. pu jopa japu,,,,,, dadiiiiii.....

      Delete
    2. Alhamdulillah.........

      Yang ditunggu tunggu sudah hadir
      Matur nuwun sanget Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

      Delete
    3. Trimakasih Ibu...dengan cerita yg selali ADUHAI.......semoga sehat selalu. Aamiin

      Delete
    4. Trima kasih mbak Tien atas hadirnya JBC 5. Yg sangat menghibur...Smg sehat selalu mbk

      Nunggu sampai ketiduran,sudah tayang jadi gak tau...(Nglilir)

      Delete
    5. Hari demi hari dilalui Ika dg sll was" apalagi kalau sedang mengantar pesanan b.Rina.
      Kasihan deh Ika apa selamanya akan seperti itu...
      Lebih baik santuy aja deh Ika,ndak papa bila suatu saat ketahuan oleh Leo kali aja Leo bertanggung jawab Ika bisa dinikahi oleh Leo hehe....
      Bisa juga dulu Leo ndak tahu kalau Ika hamil.
      Ika pikirkanlah masa depan Dian jamgan sll bersembunyi,aslinya kamu msh cinta kan,buktinya kalau lihat Leo kamu deg degan,itu tandanya apa hayo....
      Smg kedepannya Dian dan ibunya menemui kebahagiaan.

      Trimakasih bunda smg bunda Tien sehat" sll.
      Salam aduhaii dari Bojonegoro.

      Delete
    6. Alhamdulillah sudah tayang JBC 05, penasaran menunggu Ika dengan Leo yg berdua saja tanpa ada Rina.... selalu menunggu kelanjutan ceritanya. Salam seroja Bu Tien....

      Delete
    7. Salam sejahtera, salam kebajikan untuk saudaraku sebangsa dan setanah air, Jayalah NKRI, ..... Yoyok Taryo Ms. Dari Purworejo hadir, ...susunan kata, gaya bahasa, dari makna dialog pembaca seolah bisa melihat karakter personil yang ditokohkan...disini aku suka...lanjut Mbak Tien Kumalasari,....semoga sehat dan suksés selalu 👍

      Delete
  21. Alhamdulillah JBC 05 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
    Salam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.

    ReplyDelete
  22. Matur nuwun bu Tien, JBC sudah hadir semoga bu Tien sehat selalu
    Salam ADUHAI... Dari Depok

    ReplyDelete
  23. Matur nuwun bu Tien, JBC sudah hadir semoga bu Tien sehat selalu
    Salam ADUHAI... Dari Depok

    ReplyDelete
  24. wadoooooh prihatin juga lihat mbak sayur ketakutan akan bayangan masa lalunya, mudah2an gak serangan jantung ya mbak....

    ReplyDelete
  25. Karena cerita2 Ibu Tien, di sinilah aku banyak medapat teman baru yg a d u h a i... 😊😊😊

    ReplyDelete
  26. Bu Tien bikin deg2an terus
    Mugo2 jantunge kuwat...

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah, suwun mbak Tien JBC 5 nya. Salam sehat dan semangat sll dr Bekasi Timur. Barokallohu fiik

    ReplyDelete
  28. Mksh mb Tien. Semoga mb Tien selalu dalam keadaan sehat

    ReplyDelete
  29. JBC 05 sdh tayang trmksh mb Tien..slm seroja sll utk kita semua. Aamiin YRA

    ReplyDelete
  30. Cerita nya belibet...banget... jangankan ika, yang ngikutin aja ikut puyeng. Tapi anehnya itu bikin jadi asyik... 😁😁

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah
    Terimakasih bu Tien cerbungnya
    Semoga bu Tien srlalu sehat dan bahagia

    Betapa terasa panjang hari - hari yang dilaluinya
    Hati selalu nggak tenang
    Gelisah dan gelisah adanya
    Aduhai....bu Tien gimana nih....terserah bu Tien aja sebagai penulis alur cerita...
    Begitu hebatnya bu Tien membuat pembaca kecanduan membaca dan ingin selalu membaca...
    Salam aduhai....ya bu Tien

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah JBC 05 sdh tayang...
    Makin deg deg an d waa was hati Ika...
    Ikuti terus bgmn mb Tien mengolah kata2 menjadi kalimat yg yg apik utk dibaca
    Salam sehat sll
    Salam aduhai

    ReplyDelete
  33. Bu Tien Kumalasari,
    Terimakasih atas JBC part 5.
    Salam Sehat Wal'afiat Selalu n Semangat.

    ReplyDelete
  34. Bu Tien Kumalasari,
    Salam Sehat Wal'afiat Selalu untuk tetap Semangat.

    ReplyDelete
  35. Selamat malam mbk Tien...
    Waaah...semakin seru nih ceritanya...
    Jan mbk Tien pinter ngglibet ngglibetke lakon, jadi deg....deg....deg....tapi pengin tahu lanjutannya....,😀😀
    Matur nuwun...
    Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  36. ✍️ #Catatan untuk Cerbung
    #Jujur ya ... saya ^senang dan ^tertarik sekali atas dialog ini (dalam part 4) :
    "Jadi Dina itu anaknya Leo.. ya Tuhan, apa artinya semua ini.? Saudara sedarah,
    kemudian bersahabat. Mengapa .. mengapa..."
    👉
    Iya Bu Tien dan penggema #JBC...
    ...mengapa..."
    "Pertanda apa.?
    Saya senang sekaligus #sedih... Kenapa..?
    Dian dan Dina adalah #anak yg suci dan tidak bersalah serta tidak minta dilahirkan ke dunia yg fana ini.
    Tapi kedua anak yg suci itu berbeda #statusnya dalam perspektif Islam.😥
    Dian adalah anak #Haram dan Dina adalah anak #Halal...🙏
    Siapa yg salah..?
    Yang pasti kedua anak itu Dian dan Dina lahir dari dua #Rahim ibu yg suci...👍
    ... Pertanyaan yg penuh berjuta tanda tanya dalam lika-liku hidup dan kehidupan ini ...
    Dan sadarkah Leo (?) ... bahwa dia sedang menarik benang merah dalam kehidupannya.? Aduhai, siapa yang bisa menjawabnya...🤔🤭🎉

    ReplyDelete
  37. Trimakasih mbak Tien..
    Jbc 05...cerita yg pelik dan apik..

    Selalu nunggu lanjutannya..jangan lewatkan sblm tdr..

    Salam sehat dr bandung..🙏

    ReplyDelete
  38. Pagi Bunda smg selalu sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta.
    Makasih JBC 05,salam.dari kami

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah JBC 05 Hadir..Salam.Aduhai bu Tien dan u para pembaca lainnya ..aku terbangun..baca nih trus solat malam ,hehe hehe smakin seru dan buat bertanya3 ..Salam.sehat u bu Tien yaa jaga kesehatan bu...kita tunggu Jbc 06,,,👍👍💪💐🎂

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah JBC sudah hadir lagi. Terimakasih Bu Tien. Semoga sehat selalu,

    ReplyDelete
  41. Alhamdulilah yg selalu dinanti muncul di peredaran. Selalu intip intip alhamdulillah akhirnya datang.
    Terimakasih bunda, sehat selalu, bahagia selalu

    ReplyDelete
  42. Trims bu tien cerita udah tayańg...salam sehat selalu

    ReplyDelete
  43. Maturnuwun bunda Tien, JBC05 telah hadir.

    Salam ADUHAII dari kota Makang..

    ReplyDelete
  44. Semakin deg degan... Makasih mba Tien. Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  45. Terima kasih Mbak Tien utk JBS 5... Wah Ika selalu diliputi ketakutan dan kekawatiran bertemu Leo... kasihan dia. Semoga ada jalan keluar yg terbaik bagi Ika dan Dian.
    Sekali lagi terima kasih Mbak Tien, selalu menghibur kami dengan cerbungnya yg menarik. Smoga Mbak Tien selalu diberi kesehatan oleh Allah Swt. Amin

    ReplyDelete
  46. Bunda........ Apa yang dirasa kan IKA sama dengan...... siapa ya bun.... Sehat selalu bunda terima kasih

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun...
    Mugi2 tansah rahayu...

    ReplyDelete
  48. Makasih mba Tien selalu kepribadian yg menarik dlm setiap novel yg tlh sy baca
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah tetap bisa baca cerita ini, meskipun kesiangan. Maturnuwun Bu Tien, dgn menggambarkan karakter masing masing orang yg dilibatkan dlm cerita ini. Mana orang baik, mana yg egois, dsb... Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon. Aamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  50. Mb Ika sing legowo wae kabeh ws ono seng ngatur
    Bunda Tien pancen remen gawe penasaran Wong sing po do moco
    Sembah nuwun bunda Tien Mugi tansah pinaringan sehat
    Salam ADUHAI...

    ReplyDelete
  51. Terimakasih bu Tien.. JBC 05 sdh datang.. Salam sehat selalu dari Sukabumi..

    ReplyDelete
  52. Terimakasih mBak Tien JBC yang kelima sudah tayang,
    sehat sehat selalu doaku Menurut lembaran koment; banyak yang mengisyaratkan, begitulah benci dan rindu yang terjadi di diri sang Yanti, ini menurut petunjuk pelaksanaan sang pangripta dongeng.. rasane uleng-ulengan antara rindu dan benci, jadi gimana tuh, ini kudu pakai kalo, menjadi; kalo tidak ada komunikasi antara mereka berdua, penjelasan keberadaan Ardian nganyelake(istilaeh inyong 'balo' ,genah mbok?! iya genah nggo dewek).
    Lha ini berani jujur nggak demi anak yang terpaksa lahir langsung dipaksa nyemplung dalam situasi seperti itu, ya jangan itu tadi, nggak tahu jangan itu bumbunya apa.
    Yang jelas 'jangan bawa cintaku'

    ReplyDelete
  53. Terima kasih mbak Tien. Semoga sehat² selalu.
    Makin penasaran, kapan leo gombal ketemu dgn ika sayur.

    ReplyDelete
  54. Baru sempat kasih coment, terima kasih jeg tien
    Salam sehat, tetap semangat dan jaga kesehatan

    ReplyDelete
  55. Alhamdulilah JBC 05 sudah bisa mengikuti mdh2an lancar terus dan syukron katsiron Bunda.

    ReplyDelete
  56. Terima kasih bu Tien..sambil menunggu JBC episode 6 baru bisa komen..maklum banyak kegiatan baik akademik maupun rumah tangga sehingga ketliweng. Sepertinya pertemuan kakak adik anak kandung Leo tidak bisa dihindari. Semoga Ika tidak perlu kuvibg kucingan. Meski berat anak harus fibetitahu diapa bapaknya. Teori memang beda debfan praktek.. Ya manut saja bagsimana hu Tien sebagai sutradara dan prnulis naskah
    Semoga ibu fibeti kesehatan, sehibgga dspat selslu vetkarya. Asmiin

    ReplyDelete
  57. Intip kok belum kelihatan..
    Salam sehat Bunda Tien..

    ReplyDelete
  58. JBC 06 blm tayang, tp kok sudah ngantuk, piye iki?

    ReplyDelete
  59. Kasihan Ika harus hidup dalam keadaan was was demi menghindari orang yang dibrncinya. Sslam sehat bu Tien dan trima kasih JBC 06.

    ReplyDelete
  60. Maaf telat bc mba tien.. Slmseroja, driskbmi y mba tien salam aduhai.. Muuaahh🥰🥰

    ReplyDelete
  61. Puji Tuhan ibu Tien selalu sehat, semangat dan produktif shg JBC 05 hadir dgn tetap membuat penasaran bagi penggandrungnya.

    Mbak Ika, ayolah berdamai dgn situasi. Sadari dan syukuri hal yg sdh terjadi sekitar belasan thn yll. Kesalahan tdk mutlak pada Leo,pasti krn situasi berdua. Iklaskan untuk memberi pengampunan pd hal2 yg pernah terjadi. Tuhan Allahpun mengampuni dosa2 umatnya.
    Syukuri mampu hidup sendiri, sehat, sdh punya putra ganteng, baik dan pintar bahkan sdh ada Dina yg baik dan perhatian.

    Sumonggo kerso ibu Tien, lanjutnya kami tunggu. Matur nuwun berkah Dalem.

    ReplyDelete