Tuesday, January 12, 2021

SANG PUTRI 46

SANG PUTRI  46

(Tien Kumalasari)      

 

mBok Dimin mondar mandir ditepi jalan itu, sambl membawa sepasang sandal yang ditemukannya. Air matanya bercucuran. Berkali-kali menghubungi ponsel Mirah tapi tak berhasil.

“Kalau rumahnya pak Handoko itu nomernya berapa ya, duuh.. sayangnya aku tidak pernah bicara sama mereka, kalau bisa aku pasti bisa menanyakan keberadaan Mirah. Apa enaknya aku pergi ke sana saja ya, aku kan sudah tahu rumahnya ketika pada suatu hari mengantar Mirah sepulang dari kampung.

“Bagusnya begitu.. aku akan ke sana saja. Rasanya kok khawatir aku, Mirah kan pergi negitu saja.”

mBok Dimin bergegas pulang sambil menenteng sepasang sandal yang ditemukannya. Di depan rumah, suaminya berdiri tegak, tampaknya sudah mau pergi, tapi dengan pakaian bersih, jadi bukan hendak ke tegal.

“Darimana?” tanyanya kepada isterinya.

Sang isteri tak menjawab. Ia masih kesal terhadap suaminya. Ia terus masuk kedalam, lalu mandi dan berganti pakaian.

Ketika dikamar didengarnya suaminya berteriak.

“Aku mau mencari Mirah bersama pak Carik, mbokne.”

mBok Dimin tetap tak menjawab. Ketika selesai berganti pakaian, mengambil tas kecil yang dulu Mirah yang membelikan, memasukkan ponsel dan dompet berisi sedikit uang kedalamnya, lalu keluar, setelah melilitkan sehelai selendang untuk menutupi kepalanya sekaligus lukanya. Ia kemudian mengunci rumahnya dan pergi keluar.

Ia terus melangkah kejalan besar, menunggu bis yang bisa membawanya kekota.

Tapi sebelum bis yang ditunggunya lewat, seseorang menyapanya.

“Mau kemana yu?”

“O alah .. ini gara-gara kakangmu No..”

“Lha katanya mau mantu.. si Mirah sama pak Carik mau nikah?”

“Ya itu, gara-gara kakangmu memaksa, Mirah kabur dari rumah. Aku nggak tahu dia pergi kemana No..”

“Mirah nggak mau .. lalu pergi?”

“Iya No, aku sedih, ini aku mau nyari Mirah. Nggak tahu mau nyari kemana, mungkin kembali kerumah juragannya.”

“Yu Dimin mau nyusul kesana?”

“Iya No, kemungkinannya cuma itu.”

“Aku kasih tahu yu, sesungguhnya semalam aku melihat Mirah.”

“Dimana? Mengapa nggak bilang dari tadi?”

“So’alnya ketika aku tanya, dia berpesan supaya aku tidak bilang sama sampeyan, juga sama kang Dimin.”

“Lalu dia bilang mau kemana?”

“Dia nggak mau bilang, tapi dia kok kemudian naik angkot kearah sana.”

“Lhoh, bukannya kalau kekota harus kesana?”

“Makanya yu, dia naik dengan tergesa-gesa, tampaknya sangat ketakutan. Tapi kok nggak kearah kota ya yu.”

“Aduuh.. lalu kemana perginya anakku?”

“Ya sudah yu, sekarang sampeyan kembali saja pulang, siapa tahu kalau hatinya tenang, Mirah mau pulang kerumah.”

“Ya nggak bakalan pulang No, dia nggak mau dikawinkan sama pak Carik.”

“Waduh, pak Carik itu jadi orang kok ya kebangetan, nggak ingat umur, bekas isterinya ada dimana-mana.. masih mau cari perawan lagi.”

“Ya sudah No, itu ada bis yang mau lewat..aku mau naik.”

“Lho.. lha mau kemana yu?”

Tapi bis itu sudah berhenti, dan tanpa menjawab pertanyaan Sono, mbok Dimin langsung naik begitu saja.

“Kalau mau nyari Mirah kok kearah kota, padahal aku melihat Mirah kearah yang berlawanan. Aduuh.. kasihan bener yu Dimin ini. Gara-gara bandot tua itu, semua jadi nggak karuan.”

***

Seharian itu pak Carik dan pak Dimin menanyai seisi desa, barangkali ada yang melihat Mirah pergi kemana, tapi tak seorangpun bisa memberi keterangan yang diperlukan.

“Sudah jelas dia sudah pergi pak, kan kita menemukan sandal dipinggir jalan besar. Berarti dia sudah keluar dari desa ini,” ucap pak Carik kesal.

“Tapi apakah sudah jelas bahwa itu sandalnya Mirah? Bisa jadi sandal orang lewat naik motor lalu terjatuh,” kata pak Dimin.

“Kita sudah mencari seisi desa tidak ada yang tahu, berarti dia sudah pergi. Sekarang urusan bapak untuk mencarinya, saya mau ke kantor sekarang, sudah siang,” kata pak Carik sambil menstarter sepeda motornya.

“Ya sudah pak Carik, saya akan berusaha mencarinya.”

“Cari sampai ketemu ya pak, jangan lupa sawah yang kemarin saya tunjukkan itu bakal jadi punya bapak kalau Mirah bisa menjadi isteri saya.”

“Jangan khawatir pak, saya akan menemukannya.”

Pak Dimin menatap pak Carik yang dengan sepeda motornya meninggalkannya.

“Dasar bocah tidak bisa mengerti bagaimana rasanya hidup enak. Aku tuh sudah bosan jadi orang miskin. Bertahun-tahun hanya buruh,.. buruh.. dan ini ada kesempatan bakal jadi juragan, kok ya tidak mau membantu..” omel pak Dimin sambil menuju pulang.

Sesampai dirumah dilihatnya rumah terkunci.

“Pergi kemana lagi mboknya Mirah ini. Hm.. anak sama biyungnya nggak ada bedanya. Tak ada yang mengerti bagaimana rasanya hidup lebih nikmat,” omelnya lagi sambil membuka pintu rumahnya.

“Paling-paling Mirah kembali ketempat juragannya. Aku harus menyusul kesana. Tapi aku tidak tahu dimana rumahnya. Kalau simboknya sih tahu. Kemana ya dia? Biar nanti kalau pulang akan aku ajak dia pergi ke rumah pak Handoko.”

Lalu pak Dimin duduk termangu diatas dingklik, sambil menyomot sisa roti yang hampir dihabiskannya sejak semalam. Ia tak hendak pergi ke tegal, ia harus menunggu kembalinya isterinya.

***

“Saya menghubungi dik Mirah kok nggak bisa terus ya yu,” kata Pri ketika siang itu pergi kerumah Suprih.

“Lha dia kemana? Kan kamu bisa menghubungi bu Handoko?”

“Dia pulang kampung sejak kemarin.”

“O, pasti dia bilang sama orang tuanya tentang lamaran itu.”

“Iya yu, kemarin pas baru sampai di kampung saya masih bisa menelpon dia. Katanya dia baru turun dari bis, sedang berjalan menuju rumah.”

“Rupanya rumahnya tidak jauh dari jalan besar ya Pri?”

“Kelihatannya begitu. Tapi sejak pagi tadi saya kok tidak bisa menghubungi dia.”

“Mungkin masih kangen-kangenan sama orang tuanya Pri, sabarlah kamu itu.”

“Iya yu, aku sabar kok..” jawab Pri tersipu.

“Kamu tidak usah khawatir Pri, nak Mirah sudah sanggup dan bersedia menjadi isteri kamu, kamu tinggal menunggu wantu untuk bisa bertemu kedua orang tuanya.”

Ketika ponsel Pri berdering, ia segera mengangkatnya. Ternyata dari Palupi.

“Ya mbak.. kebetulan saya sedang ada dirumah yu Suprih.”

“Oh, syukurlah, ini aku bingung mas.”

“Kenapa mbak?”

“Ibunya Mirah tiba-tiba datang kemari.”

“Ibunya dk Mirah? Kalau begitu saya akan kesana mbak. Syukurlah, saya menghubungi dia sejak tadi tidak ketemu.”

“Waduh mas Pri, ini ibunya Mirah itu datang sendiri, mengira Mirah sudah ada dirumah saya.”

“Lho, gimana sih mbak? Bukannya mbak Mirah pulang? Kemarin saya menelpon dia ketika dia baru saja turun dari bis, katanya sudah dekat rumah.”

“Ceritanya panjang. Ini ibunya nangis-nangis karena Mirah pergi dan dikira kembali kerumah saya, ternyata belum.”

“Baiklah mbak, saya kesitu sekarang ya.”

“Ada apa  Pri, kok kelihatan panik begitu?” tanya Suprih ketika Pri selesai bicara dengan Palupi.

“Ayo, mbakyu ikut apa tidak. Ibunya dik Mirah dirumah bu Handoko.

“Kebetulan kalau begitu, kamu langsung bisa ketemu orang tuanya.”

“Ibunya dik Mirah itu datang kerumah pak Handoko karena mencari dik Mirah.”

“Lho, gimana sih?”

“Nggak tahu jelasnya aku yu, ayo mau ikut tidak, aku mau kesana ketemu ibunya dik Mirah.”

“Iya Pri, aku ikut, tunggu sebentar.”

“Aduh, kenapa ini.. lalu kalau ibunya mencari, Mirah pergi kemana? Dan mengapa pergi? Apa ada masalah ya?” gumam Pri bingung.

“Ayo Pri, aku begini saja.”

***

“Sudahlah bu, jangan menangis, nanti kita semua akan berusaha mencari Mirah.”

“Itu salah bapaknya bu, Mirah dipaksa supaya mau diperisteri pak Carik, Mirah tidak mau, lalu lari. Tapi kok ya nggak datang kemari ya bu.”

“Mungkin kalau Mirah kembali kemari, takut bapaknya mencari kemari bu, jadi dia pergi kemana dulu, begitu.”

“Tapi kok ya ditelpon tidak bisa... saya bingung bu..”

“Tenang ya bu, ini saya sudah menelpon orang ya mau melamar Mirah. Dia seorang duda, tapi hatinya baik.”

“Iya, Mirah juga sudah cerita.. tapi bapaknya nggak mau dengar, gara-gara dikasih iming-iming sepetak sawah oleh pak Carik.”

“Dan Mirah nggak mau ya bu?”

“Ya nggak mau bu, orang pak Carik itu sudah tua, sudah sering kawin cerai.”

“Kasihan mirah.. Itu, kelihatannya mas Pri sudah datang,” seru Palupi.

Pri bergegas masuk diiringi Suprih.

“Silahkan duduk, yu.. sudah duduk diatas saja, jangan begitu, nanti ngomong-ngomong jadi nggak enak.”

“Oh, iya bu, ma’af.. saya seperti tamu saja.”

“Tidak apa-apa yu, sekarang kan kamu itu tamu saya. Oh ya mas Pri, ini bu Dimin, ibunya Mirah.”

Lalu Pri mendekati mbok Dimin,  dan mencium tangannya. Suprih juga menyalaminya.

“Ini bu, yang tadi saya ceritakan mau meminang Mirah,” kata Palupi.

“Oh, lha ini ngganteng.. dan sangat santun, sama orang desa saja mau cium tangan.”

“Bukan karena orang desa atau orang kota bu, sebagai orang tua sudah sepatutnya kalau dihormati.”

“Iya bu, sekarang bagaimana ceritanya, mengapa ibu mencari dik Mirah.. bukankah kemarin dik Mirah pulang ke kampung?”

Lalu dengan terbata, mbok Dimin menceritakan kejadian yang menimpa Mirah, sejak dia datang kerumah, lalu bapaknya marah-marah karena Mirah tak mau dikawinkan dengan pak Carik.

“Lalu kemana kira-kira perginya Mirah? Mungkinkah ada saudara dilain kampung?”

“Tidak ada nak, tapi tadi ada tetangga desa yang mengatakan bahwa Mirah memang tidak menuju kota ini.”

“Lalu kemana bu?”

“Tetangga mengatakan , Mirah naik angkutan yang arahnya berlawanan dengan kota ini.”

Pri yang mendengarnya juga bingung. Mengapa Mirah tidak pulang kerumah pak Handoko saja.

Lalu Pri mencoba menelpon, tetap tanpa hasil. Ponselnya mati.

“Saya juga mencoba menelpon dari pagi, tidak berhasil juga.,” kata Palupi.

“Saya akan melapor ke polisi saja mbak..”

“Saya kira itu yang terbaik.”

“Kalau begitu saya pulang saja.

“Jangan bu Dimin, lebih baik menunggu disini saja. Atau takut nanti dimarahi pak Dimin?”

“Saya sudah tidak takut apa-apa bu, biar saja kalau dia marah, tapi kalau saya disini bagaimana, saya tidak membawa baju.”

“Baju itu gampang, disini banyak baju yang bisa untuk ganti kok.”

“Atau kerumah saya saja bu, saya ini mbakyunya Priyambodo, yang mau jadi suaminya nak Mirah,” kata Suprih.

“Nah, bagaimana bu, mau disini atau sama yu Suprih saja?”

“Saya kira biar ikut saya saja mbak, nanti kalau ada apa-apa kita bisa saling mengabari.”

“Oh, baiklah. Bu Dimin, mas Pri, calon menantu bu Dimin mengajak bu Dimin kerumahnya saja. “

“Nanti mau dirumah saya atau dirumahnya mbakyu, terserah ibu.”

“Tapi kalau Mirah datang kemari kan saya dikabari ya bu?”

“Tentu saja bu, saya kan sudah tahu nomor kontaknya yu Suprih.”

Palupi menatap kepergian Pri dan mbayunya  serta ibunya Mirah dengan iba. Ia berharap segera mendapat kejelasan, dimana sebenarnya Mirah.

Lalu ia mencoba lagi menelpon, tetap tanpa hasil.

***

“Gimana bapak mertua, sudah ada berita tentang Mirah?”

“Belum ada pak Carik, ini malah isteri saya minggat sekalian.”

“Isteri kamu? Ya sudah, jangan pikirkan perempuan minggat. Kamu belum tua benar bapak, bisa cari isteri lagi,” kata pak Carik sambil tertawa lebar dan kembali menampakkan giginya yang ompong.

“Wah, mana ada perempuan mau sama saya pak Carik, saya ini kan laki-laki miskin, tidak punya iming-iming untuk menarik hati perempuan,” keluh Dimin.

“Jangan bodoh. Kalau bapak nanti sudah jadi mertua saya, apa yang bapak inginkan pasti kesampaian. Duit akan banyak, perempuan mana yang tidak suka duit?”

Lalu pak Dimin membayangkan dia membawa tas berisi duit banyak, dan banyak perempuan  yang akan mengejar-ngejarnya. Alangkah manisnya hidup dikelilingi perempuan muda, cantik, bukan seperti isterinya yang kumal dan bau.

“Nah, segera temukan Mirah, jangan lama-lama, langsung dinikahkan saja sama saya, kalau sudah begitu dia tak akan bisa lari kemana-mana.”

“Iya benar pak Carik, wah, saya sudah membayangkan punya isteri muda yang cantik seperti yang pak Carik katakan.”

Dan pak Carik tertawa terbahak bahak semakin keras.

“Tapi ada syaratnya, bapak mertua. Temukan dulu Mirah, bawa kemari, nanti aku akan datang sekalian bawa penghulu.”

“Iya, pak Carik, saya sedang menunggu isteri saya, hanya dia yang tahu alamat Mirah di kota. Saya belum pernah kesana.”

“Baiklah, aku pergi dulu, kabari saya kalau Mirah sudah ketemu.”

“Tentu pak Carik...”

Dan ketika pak Carik melenggang pergi, diam-diam pak Dimin memasuki kamar, berdiri didepan kaca yang ditaruh diatas kursi, lalu menyisir rambutnya, dan tersenyum-senyum sendiri.

“Aku memang tampan. Jauh lebih tampan dari pak Carik yang calon menantuku itu. Jadi begitu aku sudah menjadi kaya, pasti sangat gampang menggaet perempuan manapun yang aku suka.”

Lalu pak Dimin tertawa lebar.

“Tuh, gigiku belum ada yang tanggal, aku benar-benar jauh lebih manis dari pak Carik. Aha, isteri muda? Begitu gampangkah?” gumamnya sambil tersenyum-senyum sendiri.

“Tapi mana anak tak tahu diuntung itu? Bodoh. Awas ya nanti begitu ketemu, akan aku seret kamu kerumah pak Carik.

Tapi ketika ia kemudian keluar dari kamar lalu ke dapur, dan tak didapatinya isterinya, Dimin mulai gelisah.

“Kemana dia? Apa sudah ketemu Mirah dan bersekongkol untuk menentang aku?” Dimin mulai geram. Kemudian ia menjenguk ke meja, dimana tadi isterinya masih menyiapkan minum dan roti sisa kemarin. Sekarang roti itu sudah habis disantapnya. Hanya ada dua potong nagasari, yang ketika dipegang sudah lengket karena basi. Dengan kasar pak Dimin melemparkan nagasari itu ke keranjang sampah.

Pak Dimin memegangi perutnya yang melilit. Siang tadi pak Carik menyambanginya dan mengajaknya makan di warung pecel dekat pasar. Tapi sekarang sudah menjelang malam, dan perutnya kembali minta diisi. Dimin melihat lihat lagi ke dapur, ada singkong yang kemarin pagi belum sempat dimasak oleh isterinya. Terpaksa Dimin mengupas singkong itu, mencuci dan merebusnya.

***

Sampai pagi, mbok Dimin belum juga pulang. Pak Dimin hanya meneguk air putih yang masih tersisa dimeja, dan mencomot sepotong singkong yang semalam direbusnya.

Lalu sambil masih mengunyah singkongnya, Dimin berjalan keluar, lalu menyusuri jalan desa dan menuju kesebuah sawah yang padinya mulai menguning, diujung desa, disamping rumpun bambu yang mengangguk-angguk tertiup angin pagi.

Pak Dimin menggigil, lalu duduk disebuah batu didepan sawah itu.

“Ini, nanti akan menjadi milikku.. alangkah menyenangkan,  hm.. MIraah.. Miraah.. pulanglah, agar hidupmu penuh harta..” bisiknya pelan.

Pak Dimin terkejut ketika tiba-tiba seseorang menepuk bahunya.

“He, Min, kok pagi-pagi ngelamun disini?”

Pak Dimin menoleh, dan seorang wanita setengah baya berdiri dibelakangnya. Dia Darsih, bekas isteri pak Carik yang baru setengah tahun dicerai olehnya.

“Bikin kaget saja yu.”

Darsih tertawa.

“Gitu saja kok kaget. Kamu ini ngapain, kabarnya anakmu mau diambil isteri oleh pak Carik, jangan lupa aku juga diundang lho, kabarnya mau nanggap wayang kulit segala,”

“Iya yu, gampang. Kamu tahu tidak yu, sawah ini, kalau nanti pak Carik sudah jadi menantuku, akan menjadi milikku lho.”

Darsih mengerutkan dahinya.

“Kamu bilang apa? Sawah ini akan menjadi milik kamu? Dengar Min, ini sawah adalah milikku, jangan ngawur kamu,” kata Darsih sambil menampakkan muka masam.

“Lho, pak Carik bilang sawah ini akan diberikan aku kok.”

“Bodoh. Pak Carikmu itu sudah tidak punya sawah, ada beberapa petak,  sudah dibagi-bagi untuk ketiga bekas isterinya.”

“Apa?”

“Pak Carik sudah tidak punya sawah. Tahu !!”

Pak Dimin terkejut bukan alang kepalang.

***

Besok lagi ya

 

91 comments:

  1. Replies
    1. Trims bu tien. Gak sia2 nungguin mirah.

      Delete
    2. Waduh
      Udah ketinggalan
      Dapat no 5
      Gpp

      Delete
    3. Alhamdulillah Sdh tayang SP 46

      Mtnuwun mbk Tien
      Mugi kula lan penj tansah pinaringan sehat,Aamiin

      Delete
    4. Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍

      Group Chat Whatsapp Penggemar Cerbung Tien Kumalasari
      0821 1667 7789 (admin)
      #silaturahim
      #cerbung/novel_populer
      #jumpa_fans

      Ayooooooo edit profilmu dengan cara : ketuk UNKNOWN,, lalu ketuk EDIT PROFIL,,, isi biodatamu......lalu SIMPAN,,,, mudahkan.....

      Delete
    5. Terima kasih mbak Tien ... SP 46 yg dinantikan sdh terbit.

      Salam hangat kami dari Yogya.

      Delete
  2. Replies
    1. Matur nuwun, Bu Tien SP_46 sudah tayang. Sehat terus dan terus sehat ya Bu Tien.

      Delete

    2. Terima kasih mbak Tien ... SP 46 yg dinantikan sdh terbit.

      Salam hangat kami dari Lampung

      Delete
  3. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah akhirnya SP-45 muncul. Matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
      Semoga Kita tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
      Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

      Kapokmu kapan Pak Dimin. .. diapusi wong kasmaran kok gak sadar. ..

      Delete
    2. Haduuuuh Pak Dimin kena prank dpt sawah ternyata zonk hehehe... Bu Tien mmg jago bikin kita2 gumuuuuush dech... Trimakasih Bu Tien, semoga sllu sehat walafiat.. Salam sehat bahagia dr Cahya di Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
  4. Terima kasih mbak tien sehat selalu. Salam sejahtera.

    ReplyDelete
  5. Hadiah sepedanya dipakai gantian ya..sama mas Danar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di nggo gantian wae Jeng....

      Sedino Jeng Iyeng,sedono Mas Danar
      Opo nggo boncengan wae Jeng...

      Delete
    2. Kalo blum no 1 blum bisa mboncengin bu iyeng. Wk.. wk...

      Delete
  6. Alhamdulillah...dah tayang sang putri 46,sehat" sll bu Tien salam hormat dari Bojonegoro.

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah...sudah muncul
    Makasih Bu Tien

    ReplyDelete
  8. Terima kadih jeng tien cerbungnya salsm sehat

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah matur nuwun sampun muncul SP 46, smoga bunda Tien sehat selalu injih, wassalam. dari Lampung

    ReplyDelete
  10. hehehe ada lucu2nya, jadi baca sambil senyam senyum

    ReplyDelete
  11. Pak carik pusing mikirin mirah. Ex pacar danang, tetangga pak pri, nyari suami, ditemukan aja bu tien. Klop kayaknya. Ha.. ha..

    ReplyDelete
  12. Replies
    1. Yg diatas bu darmin dibawah pak darmin. Masih kepikiran nama mertua pembaca, bu tien jadi gak enak ngetiknya.

      Delete
    2. Hehee... iya 'kali.. mas Danar.. isin aku.. mertua pembaca dijadiin tokoh tua2 keladi. Ma'aaaf yaa..

      Delete
  13. Syukurin tuh pak Dimin mau ditipu pak Carik,untung mba Mirah bs lolos melarikan diri,semoga mas Pri bs segera menemukan mba Mirah wah seru nih tdk sabar nunggu besok lg.
    Tks mba Tien,salamseroja dari Tegal

    ReplyDelete
  14. selamat malam mbak Tien, makasih seri 46 sudah terbit ... di seri ini sungguh melegakan, ada sedikit sinyal semoga menjadi penerang Pak Dimin untuk tidak memaksakan kehendaknya menikahkan Mirah dengan Pak Carik ... semoga seri besok, sdh ada tanda-tanda Mirah selamat ... hehehehe

    ReplyDelete
  15. Makin Seru saja cerita SP inj...
    Nah lo. Dimin.. rasain dikejain pak Carik.. Sawah org kok mau dikasih camer... Ya gak boleh sama yg punya
    Makanya jd orang jangan mudah terima janji yg gak jelas
    Kasian Mirah skrg gak tahu kabarnya bgmn semoga Mirah baik baik saja
    Salam. Sehat kagem. Bu Tien dan fans

    ReplyDelete
  16. Hmmm kapok Pak Dimin. Makanya jangan jadi Kadal. Lagian masa Mirah dipaksa kawin sama buaya darat. Ompong pula. Iiiiih, kebayang gak sih Buaya ompong bohongin kadal...?!

    Bunda Tien, TERIMA KASIH yaaaa... Jadi semakin bikin kami kepo terus nih, Bunda. Semoga Bunda Tien sehat dan bahagia selalu. ♥️������

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah SP 46 sudah hadir
    Duh Pak Dimin di bohongi sm Pak Carik
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  18. Trimakasih mbak Tien
    SP 45..
    P dimin bengong..menyesal??..kaciaaan...krn iming2 sawah mau ngorbanin anaknya..
    Setia nunggu lanjutannyaa..

    Salam sehat mbak Tien..

    ReplyDelete
  19. Wadewww pak Dimin dikasih angin surga sama pak carik yg penting dpt Mirah kalo ketemu pak carik pasti diberi angin mamiri nich. Nah dmna Mirah perjuangan tahap awal mas pri mulai diuji ya mbak Tien ha ha ha Salam Seroja ditunggu sp 47 nya

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun...mbak tien.. Sang Putri msh berlanjut. Smg mbak tien tahes ulales d as n dalam kompresa

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah sudah tayang episode 45
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat aamiin Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya S
    Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya kepada kita semuanya aamiin

    ReplyDelete
  22. Eeee maaf salah tulis episode 46

    ReplyDelete
  23. Kemana gerangan si Mirah?. Kasihan ibunya mencari cari anaknya. Semoga sehat selalu mbak Tien. Terima kasih.

    ReplyDelete
  24. Pagi Bunda, makasih SP 46nya
    Sehat selalu dan tetap semangat ya Bun.
    Bahagia bersama keluarga.
    Sukses buat Bunda

    ReplyDelete
  25. Smg Mirah segera ketemu dan sebaiknya segera nijah agar ada yg melindungi dirinya...slm.seroja

    ReplyDelete
  26. P dimin.. semoga sadar ya karena p carik bohong..

    Mirah dimana dirimu..?
    Ayo temui Pri..he..he

    Salam sehat Bunda Tien..

    ReplyDelete
  27. Terima kasih bunda Tien...

    semoga bunda sehat selalu..

    Salam taklim dari kota Malang 🙏

    ReplyDelete
  28. Terima kasih bu Tien ..SP 46 sdh muncul. Mudah mudahan bapaknya Mirah mulai sadar kalau dibohongi p Carik. Mirah...Mirah..kemana kamu nak?

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah, SP 46 sudah tayang. Terimakasih bu Tien. Salam seroja dari Magelang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, salam juga dari Magelang

      Delete
    2. Magelang adsa jeng Dyah, ada jeng Sri R. W ada mas Merianto, siapa lagi Magelang ??

      Delete
  30. Assalamualaikum wr wb.. Slmtsubuh mba Tien.. Mkshsp 46 nya.. Aduuhkmn dgn mirah y.. Smgcpt jumpa dgn ibunya yg menanti dirmh yu Supri... Slmseroja dan tetap semangat unk mba tien sekeluarga.. Muuaahh🥰🥰

    ReplyDelete
  31. Pg , smua .....mb Tien cerita makin seru . Semoga Mirah ga pa2 ya ...Pri temui Mirah ya . Pak Dimin kena batu . Pada nggragase sama pak carik . He he he ...mangga mb Tien aduk2 hati kami . Mb Tien memang top . Yuli Smrg

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bu Yuli Semarang..... Selamat malam .... sugeng dalu...
      mbok ya profilnya diedit ta bu Yuli, gampang lho carane :

      1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
      2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
      3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
      4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
      5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
      6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
      7. Selamat mengedit Profil Anda

      Delete
  32. Alhamdulillah , terimakasih bu tien cerbungnya .. ..... bagaimana cerita selanjutnya , kita tunggu saja tayangan berikutnya ...... semoga bu tien n kelg sehat2 selalu n bahagia

    Salaaamm hangat untuk bu tien dan semua pecinta cerbungnya

    ReplyDelete
  33. Nah ternyata Pak Carik sdh tdk punya sawah lagi sawahnya sdh dibagi bagikan ke tiga bekas isterinya...Bagaimana Pak Dimin selanjutnya ??? Moga2 pak Dimin sadar akan kesalahannya.
    Salam sehat selalu buat Bu Tien dan keluarga.

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah...
    Mtur nuwun Bun.....
    Mugi2 tansah sugeng....

    ReplyDelete
  35. Ternyata pak Carik udah habis sawahnya....
    Semoga pak Dimin sadar ...
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  36. Sehat terus ya bu Tieen.

    Cuma rada bingung nih.. Kan rmh nya pak dimin terkunci kok bisa masuk yaa?
    Apa ak ga ke baca masuk nya dari mana??

    ReplyDelete
  37. Wah, tambah seru nih ceritanya....
    Makasih Bu Tien....
    Salam sehat selalu penuh semangat....

    ReplyDelete
  38. Mirah ke mana ya? Makasih mba Tien. Salam hangat selalu

    ReplyDelete
  39. Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin YRA

    ReplyDelete
  40. Penginnya Dimin jadi orang kaya tdk tahunya kepleset...krn mendengar cerita bekas istri P.Carik...sial..
    Maturnuwun Bu Tien, monggo dipun lajengaken bacutanipun...Salam sehat kagen Bu Tien sekeluargo...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ini apa warganya bi Ira Semarang ya ?
      Apa priyantun Blora ??

      1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
      2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
      3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
      4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
      5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
      6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
      7. Selamat mengedit Profil Anda

      Delete
  41. Rasain kamu Pak Dimin... bakal ngamplo gak dapat apa2... sadarlah Dimin... anakmu Mirah itu bukan barang dagangan. Smoga Mirah cepat diketemukan... makin penasaran saja... ditunggu lanjutannya dengan tidak sabar Mbak Tien.. smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  42. Makasih mb Tien. Baru sempet baca nih..

    ReplyDelete
  43. rasain pak dimin sepetak sawah
    tinggal angan2

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
      2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
      3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
      4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
      5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
      6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
      7. Selamat mengedit Profil Anda

      Delete
  44. Akhirnya pak Dimin sadar, selama ini cuma dikasih pepesan kosong sama si bandot tua, dan akhirnya menyetujui hub Mirah sama Mas Pri.... harapan banyak pembaca ini bu Tien he..he..
    Salam serijs dari Banguntapan Jogja

    ReplyDelete
  45. Semoga semua happy end y bu Tien

    ReplyDelete
  46. Happy end ...pak Dimin beli sawah dg bantuan pri dan Ndoko ...he he ngarang sendiri...

    ReplyDelete
  47. Pak Dimin menyadari kebodohannya.. Tp. Bgmn dg nasib Mirah yg belum jelas kemana...
    Kok ya Mirah itu tdk.balik ke rumah bu Suprih saja kalo takut pulangbke rumah bu Palupi...
    Mungkin saat itu Mirah bingung mau kemana.. Krn takut ketangkap pak Dimin dan pak carik

    ReplyDelete
  48. Met malam ....
    Ceritanya semakin seru ....
    Komennya pembaca juga seruuuuu

    ReplyDelete
  49. Saya setuju dengan komennya pak Latief ...
    Tapi jangan dampai pak dimin nikah lagi
    Kasihan mbok dimin lho bu Tien ...
    Oooo yaaaa bu Tien ....
    Yang jelas episode 47 jangan terlalu malam yaaaa....
    Hi hi hi hi .....ngarep banget ...

    ReplyDelete
  50. Jam 21 belum tayang ya...
    Sabar menunggu semoga segera tayang... Penasaran dg nasib Mirah...

    ReplyDelete
  51. Jm 21.00
    Persiapan nunggu SP 47
    kopi jahe merah
    Hujan2 begini badan jd hangat
    Biarcg ngantuk

    ReplyDelete
  52. Tambah pisang goreng pak biar komplit

    ReplyDelete
  53. Mudah2an Mirah cuma ngumpet dirumah teman, kan ada yg lihat dia naik angkot ke arah ...hanya mbak Tien yg tahu...he he he...

    ReplyDelete
  54. Sdh longok2 bolak balik belum nongol2 nih SP 47.

    ReplyDelete
  55. Semoga sp 47 cepet dateng...penasaran lanjutannya

    ReplyDelete
  56. 22.22. Rolikuran Tmg.. ikut mengantri mbak Tien. 🙏. Salam sehat n bahagia selalu.

    ReplyDelete
  57. Selamat malam sahabat-2 pecinta Cerbung bu Tien Kumalasari semoga selalu sehat dan terus sehat wal'afiat. Aamiin.
    Ada yang mau gabung di WAG PCTK (Penggemar Cerbung Tien Kumalasari) hubungi bu Nani Nur'aini Siba lewat blog atau WA 0821 1667 7789 (admin) atau 0851 0177 6038 Kakek Habi.

    ReplyDelete
  58. Harap tenang dan sabar, pembaca. Bu tien lg membujuk supaya mirah mau kluar dr persembunyiannya.

    ReplyDelete
  59. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg SP46 hadir dan tetap bikin penasaran penggandrungnya.

    Mirah lagi benar2 bingung shg naik bus kemana saja yg penting bisa jauh dari rumah. Semoga baik2 dlm persembunyiannya.
    Kalau jadi lapor polisi mungkin pak Dimin akan mendpt pembinaan dr yg berwajib, krn sdh ada unsur kdrt juga.

    Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  60. Waaalaaahh Yung Dimin iso semaputt

    Salam sehat mb Tien
    Yulie Sleman Sendowo tak pernah ketinggalan mengikuti

    ReplyDelete