SANG PUTRI 46
(Tien Kumalasari)
mBok Dimin mondar mandir ditepi jalan itu, sambl membawa sepasang sandal yang ditemukannya. Air matanya bercucuran. Berkali-kali menghubungi ponsel Mirah tapi tak berhasil.
“Kalau rumahnya pak Handoko itu nomernya berapa ya, duuh.. sayangnya aku tidak pernah bicara sama mereka, kalau bisa aku pasti bisa menanyakan keberadaan Mirah. Apa enaknya aku pergi ke sana saja ya, aku kan sudah tahu rumahnya ketika pada suatu hari mengantar Mirah sepulang dari kampung.
“Bagusnya begitu.. aku akan ke sana saja. Rasanya kok khawatir aku, Mirah kan pergi negitu saja.”
mBok Dimin bergegas pulang sambil menenteng sepasang sandal yang ditemukannya. Di depan rumah, suaminya berdiri tegak, tampaknya sudah mau pergi, tapi dengan pakaian bersih, jadi bukan hendak ke tegal.
“Darimana?” tanyanya kepada isterinya.
Sang isteri tak menjawab. Ia masih kesal terhadap suaminya. Ia terus masuk kedalam, lalu mandi dan berganti pakaian.
Ketika dikamar didengarnya suaminya berteriak.
“Aku mau mencari Mirah bersama pak Carik, mbokne.”
mBok Dimin tetap tak menjawab. Ketika selesai berganti pakaian, mengambil tas kecil yang dulu Mirah yang membelikan, memasukkan ponsel dan dompet berisi sedikit uang kedalamnya, lalu keluar, setelah melilitkan sehelai selendang untuk menutupi kepalanya sekaligus lukanya. Ia kemudian mengunci rumahnya dan pergi keluar.
Ia terus melangkah kejalan besar, menunggu bis yang bisa membawanya kekota.
Tapi sebelum bis yang ditunggunya lewat, seseorang menyapanya.
“Mau kemana yu?”
“O alah .. ini gara-gara kakangmu No..”
“Lha katanya mau mantu.. si Mirah sama pak Carik mau nikah?”
“Ya itu, gara-gara kakangmu memaksa, Mirah kabur dari rumah. Aku nggak tahu dia pergi kemana No..”
“Mirah nggak mau .. lalu pergi?”
“Iya No, aku sedih, ini aku mau nyari Mirah. Nggak tahu mau nyari kemana, mungkin kembali kerumah juragannya.”
“Yu Dimin mau nyusul kesana?”
“Iya No, kemungkinannya cuma itu.”
“Aku kasih tahu yu, sesungguhnya semalam aku melihat Mirah.”
“Dimana? Mengapa nggak bilang dari tadi?”
“So’alnya ketika aku tanya, dia berpesan supaya aku tidak bilang sama sampeyan, juga sama kang Dimin.”
“Lalu dia bilang mau kemana?”
“Dia nggak mau bilang, tapi dia kok kemudian naik angkot kearah sana.”
“Lhoh, bukannya kalau kekota harus kesana?”
“Makanya yu, dia naik dengan tergesa-gesa, tampaknya sangat ketakutan. Tapi kok nggak kearah kota ya yu.”
“Aduuh.. lalu kemana perginya anakku?”
“Ya sudah yu, sekarang sampeyan kembali saja pulang, siapa tahu kalau hatinya tenang, Mirah mau pulang kerumah.”
“Ya nggak bakalan pulang No, dia nggak mau dikawinkan sama pak Carik.”
“Waduh, pak Carik itu jadi orang kok ya kebangetan, nggak ingat umur, bekas isterinya ada dimana-mana.. masih mau cari perawan lagi.”
“Ya sudah No, itu ada bis yang mau lewat..aku mau naik.”
“Lho.. lha mau kemana yu?”
Tapi bis itu sudah berhenti, dan tanpa menjawab pertanyaan Sono, mbok Dimin langsung naik begitu saja.
“Kalau mau nyari Mirah kok kearah kota, padahal aku melihat Mirah kearah yang berlawanan. Aduuh.. kasihan bener yu Dimin ini. Gara-gara bandot tua itu, semua jadi nggak karuan.”
***
Seharian itu pak Carik dan pak Dimin menanyai seisi desa, barangkali ada yang melihat Mirah pergi kemana, tapi tak seorangpun bisa memberi keterangan yang diperlukan.
“Sudah jelas dia sudah pergi pak, kan kita menemukan sandal dipinggir jalan besar. Berarti dia sudah keluar dari desa ini,” ucap pak Carik kesal.
“Tapi apakah sudah jelas bahwa itu sandalnya Mirah? Bisa jadi sandal orang lewat naik motor lalu terjatuh,” kata pak Dimin.
“Kita sudah mencari seisi desa tidak ada yang tahu, berarti dia sudah pergi. Sekarang urusan bapak untuk mencarinya, saya mau ke kantor sekarang, sudah siang,” kata pak Carik sambil menstarter sepeda motornya.
“Ya sudah pak Carik, saya akan berusaha mencarinya.”
“Cari sampai ketemu ya pak, jangan lupa sawah yang kemarin saya tunjukkan itu bakal jadi punya bapak kalau Mirah bisa menjadi isteri saya.”
“Jangan khawatir pak, saya akan menemukannya.”
Pak Dimin menatap pak Carik yang dengan sepeda motornya meninggalkannya.
“Dasar bocah tidak bisa mengerti bagaimana rasanya hidup enak. Aku tuh sudah bosan jadi orang miskin. Bertahun-tahun hanya buruh,.. buruh.. dan ini ada kesempatan bakal jadi juragan, kok ya tidak mau membantu..” omel pak Dimin sambil menuju pulang.
Sesampai dirumah dilihatnya rumah terkunci.
“Pergi kemana lagi mboknya Mirah ini. Hm.. anak sama biyungnya nggak ada bedanya. Tak ada yang mengerti bagaimana rasanya hidup lebih nikmat,” omelnya lagi sambil membuka pintu rumahnya.
“Paling-paling Mirah kembali ketempat juragannya. Aku harus menyusul kesana. Tapi aku tidak tahu dimana rumahnya. Kalau simboknya sih tahu. Kemana ya dia? Biar nanti kalau pulang akan aku ajak dia pergi ke rumah pak Handoko.”
Lalu pak Dimin duduk termangu diatas dingklik, sambil menyomot sisa roti yang hampir dihabiskannya sejak semalam. Ia tak hendak pergi ke tegal, ia harus menunggu kembalinya isterinya.
***
“Saya menghubungi dik Mirah kok nggak bisa terus ya yu,” kata Pri ketika siang itu pergi kerumah Suprih.
“Lha dia kemana? Kan kamu bisa menghubungi bu Handoko?”
“Dia pulang kampung sejak kemarin.”
“O, pasti dia bilang sama orang tuanya tentang lamaran itu.”
“Iya yu, kemarin pas baru sampai di kampung saya masih bisa menelpon dia. Katanya dia baru turun dari bis, sedang berjalan menuju rumah.”
“Rupanya rumahnya tidak jauh dari jalan besar ya Pri?”
“Kelihatannya begitu. Tapi sejak pagi tadi saya kok tidak bisa menghubungi dia.”
“Mungkin masih kangen-kangenan sama orang tuanya Pri, sabarlah kamu itu.”
“Iya yu, aku sabar kok..” jawab Pri tersipu.
“Kamu tidak usah khawatir Pri, nak Mirah sudah sanggup dan bersedia menjadi isteri kamu, kamu tinggal menunggu wantu untuk bisa bertemu kedua orang tuanya.”
Ketika ponsel Pri berdering, ia segera mengangkatnya. Ternyata dari Palupi.
“Ya mbak.. kebetulan saya sedang ada dirumah yu Suprih.”
“Oh, syukurlah, ini aku bingung mas.”
“Kenapa mbak?”
“Ibunya Mirah tiba-tiba datang kemari.”
“Ibunya dk Mirah? Kalau begitu saya akan kesana mbak. Syukurlah, saya menghubungi dia sejak tadi tidak ketemu.”
“Waduh mas Pri, ini ibunya Mirah itu datang sendiri, mengira Mirah sudah ada dirumah saya.”
“Lho, gimana sih mbak? Bukannya mbak Mirah pulang? Kemarin saya menelpon dia ketika dia baru saja turun dari bis, katanya sudah dekat rumah.”
“Ceritanya panjang. Ini ibunya nangis-nangis karena Mirah pergi dan dikira kembali kerumah saya, ternyata belum.”
“Baiklah mbak, saya kesitu sekarang ya.”
“Ada apa Pri, kok kelihatan panik begitu?” tanya Suprih ketika Pri selesai bicara dengan Palupi.
“Ayo, mbakyu ikut apa tidak. Ibunya dik Mirah dirumah bu Handoko.
“Kebetulan kalau begitu, kamu langsung bisa ketemu orang tuanya.”
“Ibunya dik Mirah itu datang kerumah pak Handoko karena mencari dik Mirah.”
“Lho, gimana sih?”
“Nggak tahu jelasnya aku yu, ayo mau ikut tidak, aku mau kesana ketemu ibunya dik Mirah.”
“Iya Pri, aku ikut, tunggu sebentar.”
“Aduh, kenapa ini.. lalu kalau ibunya mencari, Mirah pergi kemana? Dan mengapa pergi? Apa ada masalah ya?” gumam Pri bingung.
“Ayo Pri, aku begini saja.”
***
“Sudahlah bu, jangan menangis, nanti kita semua akan berusaha mencari Mirah.”
“Itu salah bapaknya bu, Mirah dipaksa supaya mau diperisteri pak Carik, Mirah tidak mau, lalu lari. Tapi kok ya nggak datang kemari ya bu.”
“Mungkin kalau Mirah kembali kemari, takut bapaknya mencari kemari bu, jadi dia pergi kemana dulu, begitu.”
“Tapi kok ya ditelpon tidak bisa... saya bingung bu..”
“Tenang ya bu, ini saya sudah menelpon orang ya mau melamar Mirah. Dia seorang duda, tapi hatinya baik.”
“Iya, Mirah juga sudah cerita.. tapi bapaknya nggak mau dengar, gara-gara dikasih iming-iming sepetak sawah oleh pak Carik.”
“Dan Mirah nggak mau ya bu?”
“Ya nggak mau bu, orang pak Carik itu sudah tua, sudah sering kawin cerai.”
“Kasihan mirah.. Itu, kelihatannya mas Pri sudah datang,” seru Palupi.
Pri bergegas masuk diiringi Suprih.
“Silahkan duduk, yu.. sudah duduk diatas saja, jangan begitu, nanti ngomong-ngomong jadi nggak enak.”
“Oh, iya bu, ma’af.. saya seperti tamu saja.”
“Tidak apa-apa yu, sekarang kan kamu itu tamu saya. Oh ya mas Pri, ini bu Dimin, ibunya Mirah.”
Lalu Pri mendekati mbok Dimin, dan mencium tangannya. Suprih juga menyalaminya.
“Ini bu, yang tadi saya ceritakan mau meminang Mirah,” kata Palupi.
“Oh, lha ini ngganteng.. dan sangat santun, sama orang desa saja mau cium tangan.”
“Bukan karena orang desa atau orang kota bu, sebagai orang tua sudah sepatutnya kalau dihormati.”
“Iya bu, sekarang bagaimana ceritanya, mengapa ibu mencari dik Mirah.. bukankah kemarin dik Mirah pulang ke kampung?”
Lalu dengan terbata, mbok Dimin menceritakan kejadian yang menimpa Mirah, sejak dia datang kerumah, lalu bapaknya marah-marah karena Mirah tak mau dikawinkan dengan pak Carik.
“Lalu kemana kira-kira perginya Mirah? Mungkinkah ada saudara dilain kampung?”
“Tidak ada nak, tapi tadi ada tetangga desa yang mengatakan bahwa Mirah memang tidak menuju kota ini.”
“Lalu kemana bu?”
“Tetangga mengatakan , Mirah naik angkutan yang arahnya berlawanan dengan kota ini.”
Pri yang mendengarnya juga bingung. Mengapa Mirah tidak pulang kerumah pak Handoko saja.
Lalu Pri mencoba menelpon, tetap tanpa hasil. Ponselnya mati.
“Saya juga mencoba menelpon dari pagi, tidak berhasil juga.,” kata Palupi.
“Saya akan melapor ke polisi saja mbak..”
“Saya kira itu yang terbaik.”
“Kalau begitu saya pulang saja.
“Jangan bu Dimin, lebih baik menunggu disini saja. Atau takut nanti dimarahi pak Dimin?”
“Saya sudah tidak takut apa-apa bu, biar saja kalau dia marah, tapi kalau saya disini bagaimana, saya tidak membawa baju.”
“Baju itu gampang, disini banyak baju yang bisa untuk ganti kok.”
“Atau kerumah saya saja bu, saya ini mbakyunya Priyambodo, yang mau jadi suaminya nak Mirah,” kata Suprih.
“Nah, bagaimana bu, mau disini atau sama yu Suprih saja?”
“Saya kira biar ikut saya saja mbak, nanti kalau ada apa-apa kita bisa saling mengabari.”
“Oh, baiklah. Bu Dimin, mas Pri, calon menantu bu Dimin mengajak bu Dimin kerumahnya saja. “
“Nanti mau dirumah saya atau dirumahnya mbakyu, terserah ibu.”
“Tapi kalau Mirah datang kemari kan saya dikabari ya bu?”
“Tentu saja bu, saya kan sudah tahu nomor kontaknya yu Suprih.”
Palupi menatap kepergian Pri dan mbayunya serta ibunya Mirah dengan iba. Ia berharap segera mendapat kejelasan, dimana sebenarnya Mirah.
Lalu ia mencoba lagi menelpon, tetap tanpa hasil.
***
“Gimana bapak mertua, sudah ada berita tentang Mirah?”
“Belum ada pak Carik, ini malah isteri saya minggat sekalian.”
“Isteri kamu? Ya sudah, jangan pikirkan perempuan minggat. Kamu belum tua benar bapak, bisa cari isteri lagi,” kata pak Carik sambil tertawa lebar dan kembali menampakkan giginya yang ompong.
“Wah, mana ada perempuan mau sama saya pak Carik, saya ini kan laki-laki miskin, tidak punya iming-iming untuk menarik hati perempuan,” keluh Dimin.
“Jangan bodoh. Kalau bapak nanti sudah jadi mertua saya, apa yang bapak inginkan pasti kesampaian. Duit akan banyak, perempuan mana yang tidak suka duit?”
Lalu pak Dimin membayangkan dia membawa tas berisi duit banyak, dan banyak perempuan yang akan mengejar-ngejarnya. Alangkah manisnya hidup dikelilingi perempuan muda, cantik, bukan seperti isterinya yang kumal dan bau.
“Nah, segera temukan Mirah, jangan lama-lama, langsung dinikahkan saja sama saya, kalau sudah begitu dia tak akan bisa lari kemana-mana.”
“Iya benar pak Carik, wah, saya sudah membayangkan punya isteri muda yang cantik seperti yang pak Carik katakan.”
Dan pak Carik tertawa terbahak bahak semakin keras.
“Tapi ada syaratnya, bapak mertua. Temukan dulu Mirah, bawa kemari, nanti aku akan datang sekalian bawa penghulu.”
“Iya, pak Carik, saya sedang menunggu isteri saya, hanya dia yang tahu alamat Mirah di kota. Saya belum pernah kesana.”
“Baiklah, aku pergi dulu, kabari saya kalau Mirah sudah ketemu.”
“Tentu pak Carik...”
Dan ketika pak Carik melenggang pergi, diam-diam pak Dimin memasuki kamar, berdiri didepan kaca yang ditaruh diatas kursi, lalu menyisir rambutnya, dan tersenyum-senyum sendiri.
“Aku memang tampan. Jauh lebih tampan dari pak Carik yang calon menantuku itu. Jadi begitu aku sudah menjadi kaya, pasti sangat gampang menggaet perempuan manapun yang aku suka.”
Lalu pak Dimin tertawa lebar.
“Tuh, gigiku belum ada yang tanggal, aku benar-benar jauh lebih manis dari pak Carik. Aha, isteri muda? Begitu gampangkah?” gumamnya sambil tersenyum-senyum sendiri.
“Tapi mana anak tak tahu diuntung itu? Bodoh. Awas ya nanti begitu ketemu, akan aku seret kamu kerumah pak Carik.
Tapi ketika ia kemudian keluar dari kamar lalu ke dapur, dan tak didapatinya isterinya, Dimin mulai gelisah.
“Kemana dia? Apa sudah ketemu Mirah dan bersekongkol untuk menentang aku?” Dimin mulai geram. Kemudian ia menjenguk ke meja, dimana tadi isterinya masih menyiapkan minum dan roti sisa kemarin. Sekarang roti itu sudah habis disantapnya. Hanya ada dua potong nagasari, yang ketika dipegang sudah lengket karena basi. Dengan kasar pak Dimin melemparkan nagasari itu ke keranjang sampah.
Pak Dimin memegangi perutnya yang melilit. Siang tadi pak Carik menyambanginya dan mengajaknya makan di warung pecel dekat pasar. Tapi sekarang sudah menjelang malam, dan perutnya kembali minta diisi. Dimin melihat lihat lagi ke dapur, ada singkong yang kemarin pagi belum sempat dimasak oleh isterinya. Terpaksa Dimin mengupas singkong itu, mencuci dan merebusnya.
***
Sampai pagi, mbok Dimin belum juga pulang. Pak Dimin hanya meneguk air putih yang masih tersisa dimeja, dan mencomot sepotong singkong yang semalam direbusnya.
Lalu sambil masih mengunyah singkongnya, Dimin berjalan keluar, lalu menyusuri jalan desa dan menuju kesebuah sawah yang padinya mulai menguning, diujung desa, disamping rumpun bambu yang mengangguk-angguk tertiup angin pagi.
Pak Dimin menggigil, lalu duduk disebuah batu didepan sawah itu.
“Ini, nanti akan menjadi milikku.. alangkah menyenangkan, hm.. MIraah.. Miraah.. pulanglah, agar hidupmu penuh harta..” bisiknya pelan.
Pak Dimin terkejut ketika tiba-tiba seseorang menepuk bahunya.
“He, Min, kok pagi-pagi ngelamun disini?”
Pak Dimin menoleh, dan seorang wanita setengah baya berdiri dibelakangnya. Dia Darsih, bekas isteri pak Carik yang baru setengah tahun dicerai olehnya.
“Bikin kaget saja yu.”
Darsih tertawa.
“Gitu saja kok kaget. Kamu ini ngapain, kabarnya anakmu mau diambil isteri oleh pak Carik, jangan lupa aku juga diundang lho, kabarnya mau nanggap wayang kulit segala,”
“Iya yu, gampang. Kamu tahu tidak yu, sawah ini, kalau nanti pak Carik sudah jadi menantuku, akan menjadi milikku lho.”
Darsih mengerutkan dahinya.
“Kamu bilang apa? Sawah ini akan menjadi milik kamu? Dengar Min, ini sawah adalah milikku, jangan ngawur kamu,” kata Darsih sambil menampakkan muka masam.
“Lho, pak Carik bilang sawah ini akan diberikan aku kok.”
“Bodoh. Pak Carikmu itu sudah tidak punya sawah, ada beberapa petak, sudah dibagi-bagi untuk ketiga bekas isterinya.”
“Apa?”
“Pak Carik sudah tidak punya sawah. Tahu !!”
Pak Dimin terkejut bukan alang kepalang.
***
Besok lagi ya
Wis
ReplyDeleteNo 2 orapopo
DeleteTrims bu tien. Gak sia2 nungguin mirah.
DeleteHalah Halaaaaah
DeleteWaduh
DeleteUdah ketinggalan
Dapat no 5
Gpp
Alhamdulillah Sdh tayang SP 46
DeleteMtnuwun mbk Tien
Mugi kula lan penj tansah pinaringan sehat,Aamiin
Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍
DeleteGroup Chat Whatsapp Penggemar Cerbung Tien Kumalasari
0821 1667 7789 (admin)
#silaturahim
#cerbung/novel_populer
#jumpa_fans
Ayooooooo edit profilmu dengan cara : ketuk UNKNOWN,, lalu ketuk EDIT PROFIL,,, isi biodatamu......lalu SIMPAN,,,, mudahkan.....
Terima kasih mbak Tien ... SP 46 yg dinantikan sdh terbit.
DeleteSalam hangat kami dari Yogya.
Maturnuwun mb Tien
ReplyDeleteMatur nuwun, Bu Tien SP_46 sudah tayang. Sehat terus dan terus sehat ya Bu Tien.
DeleteMatur nuwun kakek Habi
Delete
DeleteTerima kasih mbak Tien ... SP 46 yg dinantikan sdh terbit.
Salam hangat kami dari Lampung
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah akhirnya SP-45 muncul. Matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
DeleteSemoga Kita tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Kapokmu kapan Pak Dimin. .. diapusi wong kasmaran kok gak sadar. ..
Haduuuuh Pak Dimin kena prank dpt sawah ternyata zonk hehehe... Bu Tien mmg jago bikin kita2 gumuuuuush dech... Trimakasih Bu Tien, semoga sllu sehat walafiat.. Salam sehat bahagia dr Cahya di Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteTerima kasih mbak tien sehat selalu. Salam sejahtera.
ReplyDeleteHadiah sepedanya dipakai gantian ya..sama mas Danar
ReplyDeleteDi nggo gantian wae Jeng....
DeleteSedino Jeng Iyeng,sedono Mas Danar
Opo nggo boncengan wae Jeng...
Lha saya kapan?
DeleteKalo blum no 1 blum bisa mboncengin bu iyeng. Wk.. wk...
DeleteAlhamdulillah...dah tayang sang putri 46,sehat" sll bu Tien salam hormat dari Bojonegoro.
ReplyDeleteAlhamdulillah...sudah muncul
ReplyDeleteMakasih Bu Tien
Sampun.....
ReplyDeleteTerima kadih jeng tien cerbungnya salsm sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah matur nuwun sampun muncul SP 46, smoga bunda Tien sehat selalu injih, wassalam. dari Lampung
ReplyDeleteMasih di Lampung jeng?
Deletehehehe ada lucu2nya, jadi baca sambil senyam senyum
ReplyDeletePak carik pusing mikirin mirah. Ex pacar danang, tetangga pak pri, nyari suami, ditemukan aja bu tien. Klop kayaknya. Ha.. ha..
ReplyDeleteKok bu Darmin apa bu Dimin ya?
ReplyDeleteDimin .. hehee.. ma'af..
DeleteYg diatas bu darmin dibawah pak darmin. Masih kepikiran nama mertua pembaca, bu tien jadi gak enak ngetiknya.
DeleteHehee... iya 'kali.. mas Danar.. isin aku.. mertua pembaca dijadiin tokoh tua2 keladi. Ma'aaaf yaa..
DeleteSyukurin tuh pak Dimin mau ditipu pak Carik,untung mba Mirah bs lolos melarikan diri,semoga mas Pri bs segera menemukan mba Mirah wah seru nih tdk sabar nunggu besok lg.
ReplyDeleteTks mba Tien,salamseroja dari Tegal
selamat malam mbak Tien, makasih seri 46 sudah terbit ... di seri ini sungguh melegakan, ada sedikit sinyal semoga menjadi penerang Pak Dimin untuk tidak memaksakan kehendaknya menikahkan Mirah dengan Pak Carik ... semoga seri besok, sdh ada tanda-tanda Mirah selamat ... hehehehe
ReplyDeleteMakin Seru saja cerita SP inj...
ReplyDeleteNah lo. Dimin.. rasain dikejain pak Carik.. Sawah org kok mau dikasih camer... Ya gak boleh sama yg punya
Makanya jd orang jangan mudah terima janji yg gak jelas
Kasian Mirah skrg gak tahu kabarnya bgmn semoga Mirah baik baik saja
Salam. Sehat kagem. Bu Tien dan fans
Hmmm kapok Pak Dimin. Makanya jangan jadi Kadal. Lagian masa Mirah dipaksa kawin sama buaya darat. Ompong pula. Iiiiih, kebayang gak sih Buaya ompong bohongin kadal...?!
ReplyDeleteBunda Tien, TERIMA KASIH yaaaa... Jadi semakin bikin kami kepo terus nih, Bunda. Semoga Bunda Tien sehat dan bahagia selalu. ♥️������
Alhamdulillah SP 46 sudah hadir
ReplyDeleteDuh Pak Dimin di bohongi sm Pak Carik
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu Salam hangat dari Bekasi
Trimakasih mbak Tien
ReplyDeleteSP 45..
P dimin bengong..menyesal??..kaciaaan...krn iming2 sawah mau ngorbanin anaknya..
Setia nunggu lanjutannyaa..
Salam sehat mbak Tien..
Wah kliru SP 46..😊
DeleteWadewww pak Dimin dikasih angin surga sama pak carik yg penting dpt Mirah kalo ketemu pak carik pasti diberi angin mamiri nich. Nah dmna Mirah perjuangan tahap awal mas pri mulai diuji ya mbak Tien ha ha ha Salam Seroja ditunggu sp 47 nya
ReplyDeleteMatur nuwun...mbak tien.. Sang Putri msh berlanjut. Smg mbak tien tahes ulales d as n dalam kompresa
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang episode 45
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat aamiin Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya S
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya kepada kita semuanya aamiin
Eeee maaf salah tulis episode 46
ReplyDeleteKemana gerangan si Mirah?. Kasihan ibunya mencari cari anaknya. Semoga sehat selalu mbak Tien. Terima kasih.
ReplyDeletePagi Bunda, makasih SP 46nya
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat ya Bun.
Bahagia bersama keluarga.
Sukses buat Bunda
Smg Mirah segera ketemu dan sebaiknya segera nijah agar ada yg melindungi dirinya...slm.seroja
ReplyDeleteSemoga Mirah cepat ketemu
ReplyDeleteP dimin.. semoga sadar ya karena p carik bohong..
ReplyDeleteMirah dimana dirimu..?
Ayo temui Pri..he..he
Salam sehat Bunda Tien..
Terima kasih bunda Tien...
ReplyDeletesemoga bunda sehat selalu..
Salam taklim dari kota Malang 🙏
Terima kasih bu Tien ..SP 46 sdh muncul. Mudah mudahan bapaknya Mirah mulai sadar kalau dibohongi p Carik. Mirah...Mirah..kemana kamu nak?
ReplyDeleteAlhamdulillah, SP 46 sudah tayang. Terimakasih bu Tien. Salam seroja dari Magelang.
ReplyDeleteAlhamdulillah, salam juga dari Magelang
DeleteMagelang adsa jeng Dyah, ada jeng Sri R. W ada mas Merianto, siapa lagi Magelang ??
DeleteAssalamualaikum wr wb.. Slmtsubuh mba Tien.. Mkshsp 46 nya.. Aduuhkmn dgn mirah y.. Smgcpt jumpa dgn ibunya yg menanti dirmh yu Supri... Slmseroja dan tetap semangat unk mba tien sekeluarga.. Muuaahh🥰🥰
ReplyDeletePg , smua .....mb Tien cerita makin seru . Semoga Mirah ga pa2 ya ...Pri temui Mirah ya . Pak Dimin kena batu . Pada nggragase sama pak carik . He he he ...mangga mb Tien aduk2 hati kami . Mb Tien memang top . Yuli Smrg
ReplyDeleteBu Yuli Semarang..... Selamat malam .... sugeng dalu...
Deletembok ya profilnya diedit ta bu Yuli, gampang lho carane :
1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
7. Selamat mengedit Profil Anda
Alhamdulillah , terimakasih bu tien cerbungnya .. ..... bagaimana cerita selanjutnya , kita tunggu saja tayangan berikutnya ...... semoga bu tien n kelg sehat2 selalu n bahagia
ReplyDeleteSalaaamm hangat untuk bu tien dan semua pecinta cerbungnya
Nah ternyata Pak Carik sdh tdk punya sawah lagi sawahnya sdh dibagi bagikan ke tiga bekas isterinya...Bagaimana Pak Dimin selanjutnya ??? Moga2 pak Dimin sadar akan kesalahannya.
ReplyDeleteSalam sehat selalu buat Bu Tien dan keluarga.
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun.....
Mugi2 tansah sugeng....
Ternyata pak Carik udah habis sawahnya....
ReplyDeleteSemoga pak Dimin sadar ...
Salam sehat selalu mbak Tien
Sehat terus ya bu Tieen.
ReplyDeleteCuma rada bingung nih.. Kan rmh nya pak dimin terkunci kok bisa masuk yaa?
Apa ak ga ke baca masuk nya dari mana??
Punya kunci lain kali heee
DeleteWah, tambah seru nih ceritanya....
ReplyDeleteMakasih Bu Tien....
Salam sehat selalu penuh semangat....
Mirah ke mana ya? Makasih mba Tien. Salam hangat selalu
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin YRA
ReplyDeletePenginnya Dimin jadi orang kaya tdk tahunya kepleset...krn mendengar cerita bekas istri P.Carik...sial..
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien, monggo dipun lajengaken bacutanipun...Salam sehat kagen Bu Tien sekeluargo...
Ini apa warganya bi Ira Semarang ya ?
DeleteApa priyantun Blora ??
1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
7. Selamat mengedit Profil Anda
Rasain kamu Pak Dimin... bakal ngamplo gak dapat apa2... sadarlah Dimin... anakmu Mirah itu bukan barang dagangan. Smoga Mirah cepat diketemukan... makin penasaran saja... ditunggu lanjutannya dengan tidak sabar Mbak Tien.. smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteMakasih mb Tien. Baru sempet baca nih..
ReplyDeleteKwapok...Min..Dimin
ReplyDeleterasain pak dimin sepetak sawah
ReplyDeletetinggal angan2
1. Klik tulisan UNKNOWN di komentar Anda
Delete2. Akan tampil tulisan merah PROFIL TAK TERSEDIA
3. Selanjutnya KLIK tulisan mengaktifkan akses ke profil Anda.
4. Muncul Edit Profil. Silahkan diisi kolom IDENTITAS sesuai keadaan yang sebenarnya, alamat, nomor HP dsb
5. Kemudian klik FOTO PROFIL jika Anda kepingin fotonya tampak di blogspot
6. Langkah terakhir setelah selesai mengisi formulir jangan lupa disimpan (tulisan merah) SIMPAN PROFIL
7. Selamat mengedit Profil Anda
Akhirnya pak Dimin sadar, selama ini cuma dikasih pepesan kosong sama si bandot tua, dan akhirnya menyetujui hub Mirah sama Mas Pri.... harapan banyak pembaca ini bu Tien he..he..
ReplyDeleteSalam serijs dari Banguntapan Jogja
Semoga semua happy end y bu Tien
ReplyDeleteHappy end ...pak Dimin beli sawah dg bantuan pri dan Ndoko ...he he ngarang sendiri...
ReplyDeleteSetuju,😀😀👍🙏
DeletePak Dimin menyadari kebodohannya.. Tp. Bgmn dg nasib Mirah yg belum jelas kemana...
ReplyDeleteKok ya Mirah itu tdk.balik ke rumah bu Suprih saja kalo takut pulangbke rumah bu Palupi...
Mungkin saat itu Mirah bingung mau kemana.. Krn takut ketangkap pak Dimin dan pak carik
Met malam ....
ReplyDeleteCeritanya semakin seru ....
Komennya pembaca juga seruuuuu
Saya setuju dengan komennya pak Latief ...
ReplyDeleteTapi jangan dampai pak dimin nikah lagi
Kasihan mbok dimin lho bu Tien ...
Oooo yaaaa bu Tien ....
Yang jelas episode 47 jangan terlalu malam yaaaa....
Hi hi hi hi .....ngarep banget ...
Jam 21 belum tayang ya...
ReplyDeleteSabar menunggu semoga segera tayang... Penasaran dg nasib Mirah...
Jm 21.00
ReplyDeletePersiapan nunggu SP 47
kopi jahe merah
Hujan2 begini badan jd hangat
Biarcg ngantuk
Tambah pisang goreng pak biar komplit
ReplyDeleteMudah2an Mirah cuma ngumpet dirumah teman, kan ada yg lihat dia naik angkot ke arah ...hanya mbak Tien yg tahu...he he he...
ReplyDeleteSdh longok2 bolak balik belum nongol2 nih SP 47.
ReplyDeleteSemoga sp 47 cepet dateng...penasaran lanjutannya
ReplyDelete22.22. Rolikuran Tmg.. ikut mengantri mbak Tien. 🙏. Salam sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteSelamat malam sahabat-2 pecinta Cerbung bu Tien Kumalasari semoga selalu sehat dan terus sehat wal'afiat. Aamiin.
ReplyDeleteAda yang mau gabung di WAG PCTK (Penggemar Cerbung Tien Kumalasari) hubungi bu Nani Nur'aini Siba lewat blog atau WA 0821 1667 7789 (admin) atau 0851 0177 6038 Kakek Habi.
Siap Kakak..🙏🏁☕
DeleteHarap tenang dan sabar, pembaca. Bu tien lg membujuk supaya mirah mau kluar dr persembunyiannya.
ReplyDeletePuji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip shg SP46 hadir dan tetap bikin penasaran penggandrungnya.
ReplyDeleteMirah lagi benar2 bingung shg naik bus kemana saja yg penting bisa jauh dari rumah. Semoga baik2 dlm persembunyiannya.
Kalau jadi lapor polisi mungkin pak Dimin akan mendpt pembinaan dr yg berwajib, krn sdh ada unsur kdrt juga.
Matur nuwun Berkah Dalem.
Waaalaaahh Yung Dimin iso semaputt
ReplyDeleteSalam sehat mb Tien
Yulie Sleman Sendowo tak pernah ketinggalan mengikuti