SANG PUTRI 47
(Tien Kumalasari)
Pak Dimin menatap wanita setengah baya yang sedang berdiri dibelakangnya sambil berkacak pinggang.
“Benarkah ?”
“Apa kamu kira aku bohong? Perlu aku tunjukkan surat tanahnya?”
“Tidak.. tidak.. aku hanya kecewa pada pak Carik.”
“Jadi anak perawan kamu diminta oleh dia dengan iming-iming sawah ini Min? Duuh, kasihan kamu. Dia itu bohong Min. Dia sudah tak punya sawah. Jadi jangan biarkan dia mengambil anak kamu.”
Lalu Darsih melenggang pergi, meninggalkan aroma wangi yang menyengat. Rupanya janda bekas isteri pak Carik ini masih jadi perempuan pesolek.
Pak Dimin berdiri dari tempatnya duduk. Melangkah pulang dengan langkah gontai. Seribu sesal memenuhi benaknya. Gara-gara iming-iming sawah yang ternyata hanya bualan pak Carik itu, dia sekarang tak tahu dimana anak isterinya berada.
Ketika memasuki rumah, rasa sunyi menyergapnya. Seperti tak ada kehidupan dirumah itu. Senyap, tak ada minuman hangat tersaji dimeja, tak ada makanan hangat apalagi gudeg tuntut yang disukainya tersaji untuk lauk sarapan.
Dimin duduk di bangku bambu yang ada didepan rumahnya. Tak ada niyat untuk menengok tegal yang digarapnya. Ia seperti kehilangan selera apapun.
“Kemana.. mbokne Mirah ini... aduuh... semua salahku.. semua salahku..” keluhnya berkali-kali. Mengapa kalau dia mencari Mirah tidak mengajak aku? Sekarang ini, apakah dia sudah ketemu, atau belum.. Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan kabar? Yang punya hape itu mbokne Mirah, yang ngasih juga Mirah, supaya bisa saling mengabari. Sedangkan aku ini.. pegang hape saja tidak pernah. Lalu gimana ini... gimana.. gimana..” pak Dimin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Lalu terdengar keruyuk dari perutnya.
“Adduh.. ternyata susah hidup tanpa perempuan.. mau makan saja kok ya nggak bisa. Apa aku makan singkong saya. Masih ada nggak ya.”
Lalu pak Dimin masuk kedalam , melihat masih ada dua potong singkong yang direbusnya semalam. Apa boleh buat, untuk mengisi perutnys singkong yang tinggal dua potong itu dilahapnya habis. Untung belum basi, atau kalaupun sudah basi pak Dimin tak begitu merasakannya karena tuntutan sang perut lebih menggelitik daripada urusan lidah.
Ia bermaksud mengambil lagi sepotong singkong mentah untuk kemudian direbusnya ketika tiba-tiba terdengar sepeda motor berhenti dihalaman.
“Itu pasti pak Carik..” gumam pak Dimin sambil melangkah kearah depan. Dilihatnya pak Carik masih nongkrong diatas sepeda motornya, lalu tersenyum lebar begitu melihat pak Dimin keluar. Dan pak Dimin merasa muak ketika melihat gigi ompong itu terkuak, senyum ramah itu juga tak membuat hatinya berbunga.
“Bapak mertua, mari ikut saya sebentar.”
Pak Dimin tak menjawab, wajahnya kaku.
“Mengapa wajah bapak ditekuk begitu? Isteri belum pulang, lalu semalam kedinginan nggak ada teman ya?” ejek pak Carik yang lagi-lagi memperlihatkan gigi ompongnya.
“Dengar, mari sarapan dulu, lalu antarkan saya ke tukang gigi,” lanjut pak Carik.
Mendengar ajakan sarapan itu perut pak Dimin serasa melonjak. Barangkali girang karena akan mendapat makanan.
Tapi pak Dimin bergeming. Ia ingin memaki-maki pak Carik.
“Ya sudah, ayo pergi sarapan, lalu mengantarkan aku ke dokter gigi.. tidak.. tidak.. bukan dokter gigi, tapi tukang gigi.. aku takut sama dokter.. aku akan memasang gigi emas disini..” katanya sambil menunjuk kearah giginya yang ompong.
Pak Dimin melongo.. kalau orang banyak uang.. gigi saja harus emas.
“Supaya aku tampak lebih manis kalau tertawa, jadi Mirah akan suka sama aku, tidak kabur-kaburan.”
Pak Dimin masih tak menjawab.
“Oh ya.. sudah ada kabar tentang Mirah?” lanjut pak Carik lagi, yang mengira bahwa wajah kaku pak Dimin karena memikirkan anaknya.”
“Pak Carik masih bertanya tentang Mirah?”
“Iya lah bapak, saya tergila-gila sama Mirah. Gadis cantik, sedikit galak, hahhahaa.. bagaimana rasanya punya isteri galak? Pasti lebih menyenangkan daripada punya isteri penurut yang bagi saya sama sekali tidak memuaskan.”
“Pak Carik jangan mimpi.” Kata pak Dimin singkat, tapi tandas. Dingin dan menggigit, tapi pak Carik belum sadar sepenuhnya atas perubahan sikap pak Dimin pagi itu.
“Apa maksudnya, bapak mertua?”
“Dan jangan memanggil saya bapak mertua.”
“Haaa...ada apa ini?” pak Carik menatap pak Dimin sambil mendelik.
“Jangan lagi pak Carik berharap akan menjadi menantu saya. Tidak !!”
“Maksudnya..?”
“Tidak, ya tidak..”
“Jadi sampeyan menolak mengambil menantu saya? Memilih tetap hidup miskin dan hanya menjadi buruh selamanya? Menolak sawah yang saya janjikan?” suara pak Carik sedikit keras.
“Sawah apa? Memangnya sampeyan masih punya sawah? !!”
“Apa?”
“Janji yang pak Carik katakan itu bohong!”
“Janji apa?”
“Sawah yang akan bapak berikan kalau Mirah sudah jadi isteri bapak. Sawah yang mana?”
“Apa?” pak Carik yang sedikit tersudut akhirnya hanya bilang apa..apa.. dan bingung untuk menjawabnya.
“Sawah itu sudah menjadi milik yu Darsih bekas isteri pak Carik, dan pak Carik gunakan untuk iming-iming bohongan bagi saya. “
“Jadi hanya masalah itu kamu membatalkan pembicaraan kita. Lha kalau tidak sawah aku masih punya yang lain kok. Rumah.. atau uang, berapa bapak minta?”
“Tidak.. tidak, kejadian itu telah membuka mata saya, bahwa saya melakukan hal yang salah. Biarkan saya miskin, saya tidak akan menjual anak saya. Ma’af pak carik, dan sekarang tinggalkan rumah ini, jangan pernah lagi menginjakkan kaki dirumah ini.”
“Dasar wong eddan !! Ini gara-gara Darsih. Awas kamu,” omelnya tanpa menyadari bahwa dia memang salah. Lalu ia menstarter sepeda motornya, dan melarikannya keluar dari pekarangan pak Dimin.
***
Pak Dimin memasuki rumahnya kembali dengan kekesalan yang menyesak dadanya. Lalu ia teringat bahwa tadi akan merebus singkong untuk makan pagi dan siangnya. Hanya itu yang bisa dilakukannya.
“mBokneeee.. pulanglah mbokne.. aku salah mbokne..” rintihnya sambil merebus singkong itu.
“Tak apa-apa aku hanya makan singkong.. ini juga bikin kenyang..
Tapi ketika sampai siang bahkan menjelang sore isterinya belum juga tampak pulang, pak Dimin benar-benar merasa cemas.
Ia mondar mandir kedepan dan kebelakang.. lalu terduduk di bangku depan rumahnya dengan tubuh lemas.
“Miraaah... ma’afkan bapak ya nduk... pulaaang nduk... pulaanglah nduk.. bapak salah...”
Pak Dimin meratapi kebodohannya, menyesali kekasarannya pada anak dan isterinya.
***
“Bu Dimin, adik saya Pri sudah melaporkannya pada polisi, jadi bu Dimin jangan sedih ya, nanti nak Mirah pasti bisa ditemukan,” kata Suprih kepada mbok Dimin yang sejak kemarin selalu tampak sedih.
“Nak Mirah itu seorang yang baik, itu sebabnya adik saya menyukainya.”
“Iya bu Suprih, saya senang mendengarnya. Tapi yang saya tidak mengerti, mengapa Mirah tidak kembali kepada majikannya? Lalu kemana perginya dia?”
“Mirah bukan anak kecil, pasti dia punya pertimbangan. Barangkali benar yang bu Dimin katakan tentang apa kata bu Handoko, bahwa Mirah menghindari kembali ke rumah bu Handoko, karena takut bapaknya mengejar kesana.”
“Iya bu.. barangkali memang begitu.”
“Apa bu Dimin mau jalan-jalan disekitar sini? Dijalan besar banyak orang berjualan. Meskipun tidak membeli, hati kita bisa terhibur. Ayo bu..”
“Iya, baiklah, daripada hanya bengong, barangkali benar, jalan-jalan bisa sedikit mengurangi rasa sedih saya.”
“Baiklah, mau ganti baju dulu?”
“Sudah bu, lha ini saya sudah memakai baju bu Suprih.”
“Itu kan dari pagi, barangkali mau ganti lagi. Kebetulan bentuk tubuh kita kok sepertinya sama, jadi enak bisa mengenakan punya saya.”
“Ini saja bu, nanti kalau pulang saja ganti.”
“Baiklah kalau begitu.”
***
Pak Dimin masih termangu siang itu didepan rumahnya, ketika tetangganya, Sono kebetulan lewat dan melihatnya. Sono masuk ke pekarangan pak Dimin karena melihat pak Dimin kelihatan sedang melamun.
“Kang, lagi ngapain ?”
“Kamu No, sudah pulang dari pasar?”
“Sudah kang, kok sendirian? Yu Dimin belum pulang?”
“Kamu tahu kalau dia pergi No?”
“Iya, katanya mau mencari Mirah. Tapi dia naik bis kearah kota, sementara kemarin malam aku melihat Mirah naik angkot ke jurusan sebaliknya.”
“Kamu juga melihat Mirah?”
“Dia seperti tergesa-gesa. Kamu marahin dia?”
“Iya No, salahku. Aku paksa dia supaya mau jadi isterinya pak Carik, lalu dia kabur. mBoknya ikut kabur. Tapi kearah yang berlawanan? Kok aneh?”
“Iya kang, sampeyan paksa dia ya kenapa, sudah tau pak Carik itu tukang kawin cerai, apa tidak kasihan sama anakmu?”
“Iya No, aku menyesal. Aku ingin mencari dia, dan minta agar kembali, tapi tak tahu dia kemana, dan kemana juga isteriku.”
“Makanya kang.. jangan suka memaksakan kehendak.”
“Perginya juga nggak bilang No. Tapi biar saja aku mau menyusul sekarang. Tadi mboknya Mirah naik bis ke kota?”
“Iya kang. Lha alamatnya sampeyan apa tahu..?”
“Nanti coba aku tanya-tanya..”
Dan pak Dimin siang itu juga nekat pergi ke kota. Tanpa berganti pakaian dan mengantongi sedikit uang yang ada, ia keluar rumah lalu menguncinya dan menempelkan kunci di tiang seperti biasa, setiap kali ia dan istetinya keluar rumah. Ia pergi kejalan besar dan naik bis pertama yang berhasil dihentikannya untuk menuju kearah kota, padahal tidak tahu kemana isterinya pergi, atau dikampung mana rumah keluarga Handoko dimana Mirah bekerja.
***
Handoko sedang mengemasi berkas-berkas dimejanya untuk bersiap pulang, ketika isterinya menelpon.
“Ya ibu, ada apa?”
“Mas, bisakah nanti kalau pulang mas belikan aku susu ?”
“Susu apa ya?”
“Susu yang biasanya, untuk ibu hamil. Aku lupa beli kemarin.”
“Baiklah, nanti aku mampir. Belum ada kabar tentang Mirah?”
“Belum ada tuh mas, aku juga prihatin nih, kasian ibunya Mirah. Sekarang masih ada dirumah yu Suprih. “
“Oh, rupanya lebih suka disana ya.”
“Aku sudah menawarkan, tapi rupanya mas Pri sungkan. Itu kan bakal mertuanya? Jadi diajaknya kesana.”
“Kemana ya perginya Mirah?”
“Nggak tahu mas, aku juga prihatin. Semoga saja tidak ada halangan suatu apa.”
“Ya sudah, aku sudah siap-siap mau pulang nih.”
“Ya mas, hati-hati dijalan ya.”
“Ibu.. memangnya yu Mirah kenapa?” tanya Bintang tiba-tiba.”
“Yu Mirah belum kembali, barangkali nanti, atau besok pagi.”
“Mengapa ibunya yu Mirah menangis?”
“Iya, dia kangen sama yu Mirah. Ayo sekarang mandi, sebentar lagi bapak pulang.”
“Nanti yu Mirah pulang kemari?”
“Iya dong Bintang, nanti yu Mirah pulang kemari.”
***
“Dari tadi ngelamun terus, ada apa?” tanya Danang ketika mengantar Tanti pulang.
“Aku kasihan sama ibunya mbak Mirah. Mencari mbak Mirah sampai kemari, dan nggak tahu kemana perginya.”
“Aku ikut prihatin. Dijaman sekarang masih ada ya orang tua memaksa anaknya untuk menikah dengan pilihannya.”
“Ada lah mas.. buktinya tuh ada.”
“Iya, tapi sekarang jarang ada yang begitu.”
“Kalau orang tua melarang anaknya pacaran dengan seseorang, ada ya mas.”
“Contohnya Widi kan?”
“Tapi sekarang pak Tarman sudah baik sama mas Ryan. Aku juga senang. Dan senangnya lagi besok akan menikah bareng kita.”
“Iya benar.”
“Tapi aku sedih memikirkan paklik, sudah menemukan wanita yang dia suka, ee.. ada masalah.”
“Semoga Mirah segera bisa ditemukan.”
“Mas nanti langsung pulang saja ya, nggak jadi mampir.”
“Katanya mau mampir belanja?”
“Besok saja, pikiranku nggak tenang rasanya, pengin cepat pulang.”
“Ya sudah, besok juga nggak apa-apa.”
***
Pri yang pergi kerumah mbakyunya hanya bertemu Tanti yang baru pulang dari bekerja.
“Ibumu pergi Tan?”
“Iya paklik, pintunya dikunci tadi. Barangkali jalan-jalan sama bu Dimin.”
“Iya, mungkin ibumu kasihan melihat bu Dimin sedih terus.”
“Paklik sudah melaporkan perginya mbak Mirah ke polisi?”
“Sudah. Bahkan aku juga pasang iklan di koran dan radio.”
“Syukurlah, semoga dengan itu mbak Mirah bisa ditemukan.”
“Yang aku heran kok ponselnya juga nggak bisa dihubungi, dia juga sama sekali nggak berniat menghubungi orang-orang yang dikenalnya. Seperti bu Handoko, aku sendiri, bahkan ibunya sendiri.”
“Ya sudah paklik, kita berdo’a saja agar mbak Mirah tidak kenapa-kenapa.”
“Aku mau menyusul mbakyu saja Tan.. “
“Jalan kaki saja paklik, paling jalan-jalan di situ saja.”
“Iya, memang aku mau jalan kaki. Kamu mau ikut?”
“Saya dirumah saja, buat minuman, supaya nanti kalau ibu sama bu Dimin kembali sudah siap minuman hangat.”
“Baiklah.”
***
Handoko selesai belanja susu seperti pesan isterinya, lalu bergegas keluar agar cepat sampai dirumah. Tapi tiba-tiba dilihatnya seorang laki-laki bersandar dimobilnya, tampak kelelahan. Dengan iba, Handoko mengambil selembar uang duapuluh ribu, diulungkan kepada laki-laki itu. Tapi laki-laki itu menggoyang-goyangkan tangannya sebagai tanda menolak.
“Saya bukan pengemis,” katanya lirih.
“Oh.. ma’af.. ma’af ya pak.. ma’af..” kata Handoko dengan rasa menyesal karena mengira laki-laki itu pengemis.
Laki-laki itu bangkit berdiri dan mencoba melangkah pergi. Namun tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh. Untunglah Handoko dengan sigap menangkapnya.
“Pak, rumah bapak dimana? Bapak mau kemana?”
“Saya.. mencari.. isteri saya..”
“Isteri bapak pergi kemana?”
Laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Siapa nama isteri bapak?"
"Siti.. “
“Kemana dia kira-kira pergi? Bapak belum makan?”
Laki-laki itu kembali menggelengkan kepalanya.
“Baiklah, tunggu disini ya pak, nah.. duduk disini sebentar, saya belikan makan untuk bapak,” kata Handoko sambil menuntun laki-laki itu dan mendudukkannya ditangga toko, agak kepinggir supaya tidak mengganggu orang lewat.
Laki-laki yang memang tampak kelelahan itu menurut, diam tak bergerak. Matanya kosong menatap kedepan, wajahnya pucat, tubuhnya tak bertenaga.
Handoko kembali membawakan minuman botol dan sebungkus nasi.
“Pak, ini pak.. diminum dulu, lalu dimakan. Ada sendoknya kok.”
Laki-laki itu meneguk minuman botolnya hampir separuhnya, lalu meletakkannya disamping, kemudian membuka bungkusannya dengan tangan gemetar.
Handoko tak sampai hati meninggalkannya. Ia duduk disamping laki-laki itu, menunggui dia makan dengan lahap. Rupanya dia memang kelaparan. Handoko menatapnya terharu.
“Bapak namanya siapa?”
“Saya Dimin. Sandimin,” jawabnya sambil mengunyah makanannya.
Tiba-tiba ponsel Handoko berdering.
“Mirah?” gumam Handoko ., dan laki-laki disampingnya menatapnya terkejut.
“Hallo...” suara dari seberang. Tapi itu adalah suara seorang laki-laki. Ponsel Handoko hampir terlepas karenanya.
***
Besok lagi ya
😍 Ahaaaaaaay
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍
DeleteWes ... ambil smua wees..
DeleteWooo kalah dhisik ...
DeleteGroup Chat Whatsapp Penggemar Cerbung Tien kumalasari
Delete0821 1667 7789 (admin)
#silaturahim
#cerbung/novel_populer
#jumpa_fans
Jam setengah suwelas theng..... metune SP_47.
DeleteMatur nuwun bu Tien. Mugia panjenengan tansah pinaringan berkahing Gusti, tansah sehat wal'afiat lahir bathin.
Aamiin.
Alhamdulillah SP 47 sfj tayang....
DeleteMtnuwun Mbk Tien,smg selalu sehat dam semangaaaaat.. aamiin
Tetap setia menunggu
DeleteWalau telat
Terganggu hujan lebat
Nyaris banjir msk rumah
Waduh kasihan..... jalanan saja kan.....baru nyaris berarti belum, Ning Yen ana mobil lewat ombake/riyake masuk rumah kah, pa Widayat??
DeleteMTR nuwun mbak Tien...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien ... SP 47 sdh tayang.
ReplyDeleteSalam hangat kami dari Yogya.
No berapa?
ReplyDelete47. Sang putri :)
DeleteAlhamdulillsh trmkdh mb Tien
ReplyDeleteSalam dr blora 🙏
Ayooooooo edit profilmu dengan cara : ketuk UNKNOWN,,,lalu ketuk.. EDIT PROFIL,,, isi biodatamu,,,lalu SIMPAN,,, mudahkan......
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Lembar koreksi :
Delete1. Apa boleh buat, untuk mengisi perutnys singkong yang tinggal dua potong itu dilahapnya habis.
# perutnya #
2. “Pak Carik jangan mimpi.” Kata pak Timin singkat, tapi tandas.
# Kata pak Dimin singkat.....#
3. “Dasar wong eddan !! Ini gara-gara Darmi. Awsa kamu,” omelnya tanpa menyadari bahwa dia memang salah.
# ..... Awas kamu." omelnya tanpa .......#
4. setiap kali ia dan istetinya keluar rumah.
# setiap kali ia dan isterinya keluar rumah.#
5. Namung tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh. Untunglah Handoko dengan sigap menangkapnya.
# Namun tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh. Untunglah Handoko dengan sigap menangkapnya. #
Tiba-tiba ponsel Handoko berdering.
“Mirah?” Handoko ., dan laki-laki disampingnya menatapnya terkejut.
“Hallo...” suara dari seberang. Tapi itu adalah suara seorang laki-laki. Ponsel Handoko hampir terlepas karenanya.
Mesti lho gak enak-enaki lagi menikmati critane....... terus dipedhot....mak del.....Siapa ya laki-laki yang menggunakan telepon Mirah.... jangan-2 POLISI, yang mindahin sim card HP MIrah ke HP-nya untuk menghubungi juragan Handoko..... Lanjootttt
Alhamdulillah.......
DeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Alhamdulillah SP-47 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Semoga Mirah ketemu orang baik atau ditemukan Polisi, dan dia itu yang menghubungi Handoko..
Besok lagi ya.
Alhamdulillah..trimakasih Bu Tien.. Salam sehat bahagia dr Cahya di Madiun.
DeleteAyooooooo edit profilmu dengan cara : ketuk UNKNOWN,,,lalu ketuk.. EDIT PROFIL,,, isi biodatamu,,,lalu SIMPAN,,, mudahkan......
ReplyDeleteYa Allah... udah 11 comments aja... perasaan baru 1 menit lalu di liat. Mantaf banget nih bu Tien... bikin semua merindu
ReplyDeleteJeng dokter bisa aja..
DeleteAlhamdulillah yg ditunggu dah datang,trimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSalam seroja dari Bojonegoro
Selamat untuk mas Rinto dapat juara 1
Dpt medali emas.
😍😍😍😍😍
DeleteMmmh pinternya bikin pinisirin..makasih mbak
ReplyDeleteHaduh... Masih misteri
ReplyDeleteTrm kasih bu Tien kami tunggu kabar Mirah selanjutnya
Trimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteSp47...makin bikin penasadan..
Waduuh..siapa yg nelp handoko yaa..
Moga bpknya mirah tobat beneran..
Kita tinggu lanjutannya..
Salam sehat mbak Tien..
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah sugeng...
Alhamdulillah matur kesuwun bu Tien, sampun wonten SP 47, baru ditinggal sebentar udh banyak nih komentar , smoga ibu tetep sehat dan semangat, salam dari Tanggamus, Lampung
ReplyDeleteAkirnya nongol jg SP 47,tks mbak Tien salam sehat2 selalu dari Tegal.
ReplyDeleteKenapa Handoko tdk kenal pak dimin, bukankah mrk sdh pernah bertemu ketika Handoko mencari Mirah kerumah ortunya Mirah, ketika itu Mirah pergi krn diusir Palupi (SP 10)
ReplyDeleteTidak ketemu pak Dimin. Hanya mbok Dimin.
DeleteOoo..mbok dimin
DeleteMalam Bunda, akhir sebuah penantian malam ini dengan hadirnya SP 47 yg tambah bikin penasaran
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya, sukses buat Bunda.
Bahagia bersama keluarga hormat kami buat Bunda
Ada apa dg Mirah ? Makasih mba Tien. Salam hangat selal
ReplyDeleteAlhamdulillah SP 47 sdh hadir
ReplyDeletewah siapa yg menelpon Handoko ya?
Semakin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
Salam hangat dari Bekasi
Puji Tuhan, ibu Tien selalu sehat, semangat dan produktip shg SP47 hadir dg tetap membuat penasaran bagi para penggandrungnya...
ReplyDeleteSemoga laki2 yg menelpon pak Handoko bkn penjahat yg mencelakai Mirah maupun pemeras pak Handoko.
Berdasar cerbung2 ibu Tien yg pernah kubaca, walau terjadi petaka namun orang2 sekitar ikut empati dan berakhir happy.
Semoga Mirah selalu baik dan bahagia bersama banyak sahabat disekitarnya yg semua baik hati dan peduli.(Terutama pengarangnya...)
Setia menunggu SP48. Matur nuwun Berkah Dalem.
Sangat kagum dan salut kpd eyang kakung Habi Bandung yg luar biasa ketelitian dan kecermatannya sbg korektor...
ReplyDeletePuji Tuhan, ibu Tien selalu sehat, semangat dan produktip shg SP47 hadir dg tetap membuat penasaran bagi para penggandrungnya...
ReplyDeleteSemoga laki2 yg menelpon pak Handoko bkn penjahat yg mencelakai Mirah maupun pemeras pak Handoko.
Berdasar cerbung2 ibu Tien yg pernah kubaca, walau terjadi petaka namun orang2 sekitar ikut empati dan berakhir happy.
Semoga Mirah selalu baik dan bahagia bersama banyak sahabat disekitarnya yg semua baik hati dan peduli.(Terutama pengarangnya...)
Setia menunggu SP48. Matur nuwun Berkah Dalem.
Matur nuwun... Mbak tien.... Senang sekali masih panjang menikmati Sang Putri... Smg mbak tien sehat jasmani rohani ekonomi sehingga selalu berimajinasi berkreasi
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah SP47 tayang.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien. Semoga sehat selalu.
Walau terlambat Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien dan pembaca semuanya Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNya kepada kita semuanya aamiin
Siapa ya lelaki yg menelpon Handoko pakai hp Mirah ...semakin penasaran, salam seroja Bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien SP 47 sdh dimunculkan. Bu Tien memang ahli buat pembaca penasaran shg setia menanti episode selanjutnya. Ditunggu kabar Mirah semoga baik baik saja..aamiin. Semoga bu Tien sehatdan semangat berkarya. Aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat semangat sll dr Bekasi
Akhirnya ....
ReplyDeleteMas Rinto dapat juara ....
Aku bacanya lewat wag PCTK...
Maturnuwun bu Tien ...
Gusti tansah paring kawilujengan kagem panjenengan
Akhirnya ....
ReplyDeleteMas Rinto dapat juara ....
Aku bacanya lewat wag PCTK...
Maturnuwun bu Tien ...
Gusti tansah paring kawilujengan kagem panjenengan
Terjawab sudah... Ternyata ada tempat tuk menyimpan kunci..
ReplyDeleteSehat selalu ya bu..
Terima kasih.
Alhamdulillah sp 47 sdh hadir , trimakasih bu tien semoga bu tien selalu sehat2 ...... ku tunggu episode berikutnya ya bu tien
ReplyDeleteSaaallaaammm
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSemoga Mirah bersama orang yang baik, dan yang menelpon Handoko adalah orang baik yg mau menolong Mirah.
ReplyDeleteAwan kelabu masih menyelimuti perjalanan hidup Mirah. Se-kelabu cuaca disini.
TERIMA KASIH Bunda Tien. Semoga Bunda Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia lahir batin. ♥️😙🇦🇺
Apakah Mirah kecelakaan...?
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah SP47 terbit kali ini terjadi halangan dari Mirah ...Apakah Mirah sudah ditemukan Polisi???
ReplyDeleteSalam sehat selalu buat Bu Tien dan keluarga
Mudah-an, laki-laki yg menelpon Handoko, orang baik hati dan mau menolong Mirah. Semoga ya Bu Tien. Maturnuwun Bu Tien dan salam sehat kagem Bu Tien beserta keluarga.
ReplyDeleteMarahi deg" an....
ReplyDeleteSardimin.. oh Sardimin.. kena batunya kamu sekarang.. cari anak istrimu sampai ketemu dan minta maaflah. Smoga Mirah segera diketemukan.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien.. ditunggu kelanjutannya. Smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja selalu dari Semarang.
haduh kok deg degkan ya....salam sehat selalu bu Tien
ReplyDeleteMba Tiiiieenn p khbr.. Shtsll y dan tetap semangat.. Aduuuhh..geregetaan deh.. Lgiseruuu ada tlp dri mirah ke pak handoko.. Tpikok laki2 y.. Siapagerangan... Slm seroja mba tien dri skbmi.. Muuaahh😍😍😘😘🙏
ReplyDeleteSmg penolong Mirah laki2 yg baik. Dan hp p Handoko smp akan terlepas apakah mgkn Mirah bunuh diri atau dibegal? Msh nti mlm ya jwbnnya...td mlm tdk sempat buka wp di rmh ada yg sakit. Jd wp off dibc.... Smg bahagia ya ending utk Mirahnya....slm seroja
ReplyDeleteSP 47 . Dering panggilan hape dari hape Mirah tapi suara laki laki.
ReplyDeleteKemungkinan ...... Mirah mengalami hal buruk dan ditolong oleh seseorang dengan menggunakan hape Mirah.
Salam sehat mbak Tien dan terima kasih.
Dulu Mirah pingsan di masjid gara" Palupi , yg ini krn ayahnya dia ...kena apa ya...jangan jangan...entahlah, terserah mbak Tien saja.
ReplyDeletePingin segera tahu kabar Mirah....
ReplyDeleteSemoga mirah baik' saja....
ReplyDeleteMo nyusul kemana gitu..?
Bunda gak kasih tau kotanya..he.he...
Sore2 gak ada yg ngintip.
ReplyDeleteNgintip sambil baca koment2 pembaca yg lucu2
ReplyDeleteTepat jam 22.00. Rolikuran Temanggung .menanti SP 48. Selamat malam semuanya.Mbak Tien. Salam Sehat Bahagia. 🙏.
ReplyDeleteSalam empis empis
DeleteSiap 👌✍️
DeleteIkutan ngintiip jg aahhhhhh
ReplyDeleteIkut mengintip sambil ngantuk
ReplyDeleteBelum nongol....
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien...🙏
ReplyDeleteWaaa....suara siapa ituu...
ReplyDeleteSmoga Mirah baik baik saja..
Salam sehat mb Tien
Tak terlupa Yulie Sleman Sendowo pasti hadir... hahaha