SANG PUTRI 25
(Tien Kumalasari)
Handoko terus memacu mobilnya, dengan amarah yang meluap-luap. Wajahnya merah padam. Kesal Atas semua yang pernah didengarnya. Hanya karena anaknya menganggap ibu, hanya sekilas bertemu, atau beberapa hari bertemu, lalu apa.. Handoko menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Hatinya yang gatal, barangkali ada luka disana.
Sesampai dirumah Bintang berlari menemui bapaknya.
“Bapak sudah bisa menyetir mobil?”
“Sudah Bintang.”
“Ayo besok ketemu ibu.”
Handoko terkejut, berharap Bintang tidak mengulang permintaannya.
“Bapak.. maukah ?”
“Aduh, besok bapak harus bekerja.”
“Bukankah besok Minggu?”
"Besok belum Minggu Bintang"
"Kalau begitu besok Minggu saja"
“Oh.. iya.. iya sih.. tapi.. ada pekerjaan di kantor.. “
“Bapak kerja?”
“Iya sayang.”
“Aku mau kesana sama yu Mirah saja.”
“Bintang, mengapa kesana lagi?”
“Kasihan ibu sendirian..”
“Ibumu tidak akan sendirian,” kata hati Handoko sambil terus masuk kedalam rumah, lalu memasuki kamarnya. Tapi Bintang mengikutinya.
“Bapak. Kalau bapak tidak kesana, ibu nanti sendirian terus. Kamar ibu sangat kecil. Kasihan.”
“Kamu anak kecil, tahu dari mana kata ‘kasihan’ itu?”
“Ibu pernah menangis. Lalu Bintang juga menangis.”
“Mengapa?”
“Bintang kasihan sama ibu, besok bapak jemput ibu ya?”
Aduhai..
Bukankah panasnya matahari dirasakan semua orang, tapi panasnya hati harus ditanggung sendiri? Bintang tidak mengerti, tapi Bintang ingin agar keluarga ini lengkap, kalau saja dia bisa mengurai kata demi kata.
“Bapak.. besok Minggu Bintang mau ke rumah ibu. Tapi sama bapak..”
“Bintang, bapak mau mandi dulu ya, nih.. keringatnya bapak banyak.. bajunya bau asem..”
“Mau tidak?”
“Iya.. iya.”
Eit.. kok iya sih, lalu Handoko bingung karena sebenarnya dia tak ingin.
***
“Tantiiii..” teriak Widi begitu memasuki rumah Tanti.
“Kamu membuat aku terkejut. Kenapa sih kalau datang tanpa teriak?”
“Iih, kamu lama-lama bisa galak juga ya.”
“Kamu itu teriak begitu keras, aku jadi terkejut, tahu.”
“Iya, so’alnya aku membawa kabar gembira.”
“Apa tuh?”
“Pokoknya kabar gembira,” kata Widi begitu memasuki kamar Tanti langsung menjatuhkan tubuhnya diranjang Tanti yang sempit.
“Kabar gembira apa sih?” tanya Tanti penasaran sambil berbaring berdesakan.
“Aku sudah mendapat pekerjaan untuk kamu.”
Tanti membalikkan tubuhnya. Tengkurap sambil mengangkat kepalanya, memandang Widi tak percaya.
“Benar?” Dimana?”
“Pokoknya kamu buat lamaran. Besok aku yang bawa lamarannya.”
“Benar?”
“Iya.. iih, nggak percaya amat sih?”
“Di perusahaan apa.”
“Nanti kamu kosongin saja nama perusahaannya, aku sendiri juga belum tahu namanya,” kata Widi yang belum ingin mengatakan bahwa itu perusahaan kakak sepupunya.
“Gimana sih, jangan-jangan itu perusahaan yang menyalurkan TKW keluar negri.. ogah.”
Widi tertawa.
“Bukaaan. TKW apa sih. Itu perusahaan batik. Kamu akan ditempatkan di gudang.”
“Benar?”
“Aduuh, dari tadi ‘benar-benar’ terus.. sudah, buat lamarannya, aku tunggu sambil tidur.”
“Tidur? Ya udah tidur aja, lotis yang aku buat mau aku kasihan ke tetangga.”
“Haa.. lotis? Aku mau.. aku mau..” kata Widi sambil bangkit.
“Katanya mau tidur..”
“Nanti, setelah makan lotisnya,” kata Widi yang langsung turun dan bergegas kebelakang, mencari lotis yang sudah dibuat sahabatnya.
Tanti mencari sebuah kertas folio. Dengan bersemangat ia menuliskan sebuah lamaran. Gimana sih membuat lamaran. Ah, mengapa tidak tanya ke google saja? Tapi baru mau membuka ponsel, dilihatnya sebuah panggilan masuk.
“Selamat siang,” sapa Tanti.
“Siang Tanti, masih ingat aku kan?”
“Mas Danang ya?”
“Iya, duuh.. senengnya..”
“Seneng kenapa mas?”
“Seneng karena masih diingat.”
“Ah, mas Danang sukanya bercanda. Ada apa mas?”
“Ini, dengar-dengar kamu butuh pekerjaan?”
“Oh.. iya, memangnya kenapa?”
“Ditempatku ada lowongan nih.”
“Oh, ma’af mas, aku sudah dapat pekerjaan.”
“Sudah dapat?” Aah, sayang sekali. Sebenarnya dengan begitu kan kita bisa setiap hari bertemu. Nggak jadi deh.”
“Memangnya kenapa kalau setiap hari ketemu?”
“Ya seneng dong.. Kalau ketemunya jarang-jarang.. bisa rindu..”
Tanti tertawa.
“Seperti lagu saja mas..”
“Lagu rindu ya.. rindu lukisan.. mata suratan..”
“Wah, suaranya bagus mas, kenapa nggak jadi penyanyi saja.”
“Enak saja.. “
“Tantiiii... kesiniii... aku habisin niih..” tiba-tiba Widi berteriak, Danang mendengarnya tentu saja.
“Itu suara siapa? Si galak ya?”
“Iya mas, lagi makan lotis di belakang.”
“Ya sudah, besok aku tilpon lagi saja. Sayang ya kamu sudah dapat pekerjaan.”
Tanti mendekati Widi ketika selesai menelpon.
“Telponan sama siapa?”
“Coba tebak, siapa?”
“Mas Danang paling.”
“Iya, dia.”
“Ngapain dia?”
“Nawarin aku pekerjaan.”
“Haaa..? Lalu apa jawab kamu?”
“Aku bilang, aku sudah dapat.”
Widi tertawa dalam hati.
“Bagus lah. Eh gimana, sudah jadi suratnya?”
“Baru mau buat...”
“Oh, ayo bantuin ngabisin, baru lanjutin buat surat lamarannya. Nanti aku bawa sekalian.”
***
“Benarkah kamu sudah dapat pekerjaan?” kata Suprih ketika pulang ke rumah.
“Baru dijanjikan bu, tapi teman Tanti meyakinkan Tanti kalau pasti Tanti diterima.”
“Syukurlah, di perusahaan apa?”
“Batik atau apa, katanya mau ditempatkan dibagian gudang.”
“Oh, sebenarnya majikan ibu itu juga punya perusahaan batik. Tapi nggak apalah, ibu juga nggak enak kalau mau minta tolong.”
“Nggak apa-apa bu, yang penting sudah ada. Nanti kalau Tanti sudah bekerja, sudah lulus, ibu tidak usah bekerja lagi. Duduk manis di rumah saja, Tanti yang kasih uang sama ibu,” kata Tanti sambil memeluk ibunya.
“Lha nanti ibu kalau nggak bekerja terus ngapain. Nggak enak lho menganggur itu.”
“Kan banyak yang bisa ibu kerjakan. Masak buat Tanti. Sudah lama sekali Tanti tidak makan masakan ibu.”
“Iya sih nduk, mau bagaimana lagi. Keadaan mengharuskan begitu.”
“Sudah lama ibu bekerja keras untuk Tanti, sudah hampir sa’atnya Tanti menyenangkan ibu.”
“Terimakasih ya nduk, ibu bangga sama kamu. Yang hanya anak seorang pembantu, hampir jadi sarjana. Semoga kamu berhasil dengan baik.”
“Mengapa ibu berterimakasih. Tanti yang harus berterimakasih, karena ibu telah menjadikanku seperti ini. Peluh ibu bercucuran setiap hari, hanya untuk Tanti. Ibuku luar biasa, ibuku tak ada bandingnya,” Tanti kembali memeluk ibunya erat.
Suprih berlinang air mata. Semua pengorbannya tak sia-sia.
***
“Mas.. ini suratnya..” tanya Widi ketika mampir ke kantornya Handoko. Dilihatnya Handoko sedang melamun.
“Eh kamu Wid?”
“Ya ampuun.. mas Handoko sudah menatap saya.. masih bingung saya ini siapa?”
“Iya.. lagi banyak pikiran nih.”
“Pikiran pekerjaan atau yang lainnya?”
“Ah.. anak kecil mau tahu aja.. Ada apa nih?”
“Ini, surat lamarannya?”
“Tanti?”
“Iya...”
“Kok nggak dikasih sama Danang saja?”
“O.. nanti dia kesenangan..”
“Mamangnya kenapa?”
“Mas Danang itu naksir sama Tanti..naksir berat.”
“Oh ya? Tapi kamu kan tahu Danang? Bagaimana kalau dia hanya main-main? Selama ini sudah berapa kali dia pacaran dan nggak pernah bener-bener serius?”
“Iya, tapi dia janji kali ini serius..”
“Benarkah?”
“Iya.. benar.. Awas saja kalau sahabatku dipermainkan.”
“Baiklah, kapan dia siap masuk?”
“Kapan-kapan dia siap. Skripsi sudah hampir selesai, Besok mau ketemu dosen pembimbing.”
“Oke, suruh dia masuk hari Senin depan.”
“Siap mas, tapi janji ya, jangan bilang mas Danang dulu. Biar dia terkejut. So’alnya kemarin dia mengira Tanti sudah dapat pekerjaan lain.”
“Kok bisa?”
“Tiba-tiba mas Danang menelon Tanti. Menanyakan apa benar Tanti butuh pekerjaan, lalu dijawab Tanti kalau sudah dapat. Hehe.. mas Danang kecewa deh.”
“Kalian itu juga nakal, gangguin Danang.”
Tak lama setelah Widi pergi, Danang masuk ke ruangannya.
“Mas, sayang sekali Tanti sudah dapat pekerjaan katanya.”
“Yah, sayang sekali Nang..”
“Padahal bagian gudang butuh administrasi baru. Yang lama tidak bisa sendirian, apa aku pasang iklan saja ya mas?”
“Tidak usah, aku sudah dapat.”
“Oh, sudah dapat? Perempuan?”
“Iya, hari Senin sudah bisa masuk dia.”
“Syukurlah, tapi aku kecewa Tanti nggak jadi kerja disini.”
“Kamu naksir ?”
“Aku belum pernah merasakan seperti ini mas, kayaknya aku benar-benar jatuh cinta.”
“Oh ya? Rasanya tisak percaya kamu bisa jatuh cinta.”
“Mas ini gimana, aku sudah yakin, dan suatu hari aku akan membawanya menemui ibu. Ibu pasti suka, dia cantik dan pintar. Dan tampaknya dia baik, tidak seperti....” Danang tak melanjutkan kata-katanya. Takut Handoko tersinggung.
“Tidak seperti Palupi ?”
“Ma’af mas, tapi dia gadis yang sederhana. Aku sudah kerumahnya, dan memang dia dari keluarga sederhana. Tapi itu bukan ukuran untuk aku jatuh cinta kan? Aku sudah bilang ibu tentang keadaannya, dan ibu tidak menolaknya.”
“O..o... jadi adikku sudah benar-benar serius nih, berani ngomong sama orang tua?”
“Yakinlah mas.”
“Aku do’akan semoga berhasil."
"Lalu bagaimana mbak Palupi?”
“Stop, jangan tanya, dan kembalilah ke ruangan kamu.” Kata Handoko dingin.
Danang tersenyum haru. Ia merasa kasihan pada kakaknya.
***
“Bapak.. ayo ke rumah ibu,” kata Nanda merengek pagi itu.
“Kan kemarin sudah ke rumah ibu.”
“Sekarang Nanda masih mau..”
“Nanda, kalau kamu kesana terus, ibu nanti repot. Kamu nakal sih..”
“Nanda nggak nakal..”
“Kamu suka kan.. sama es krim yang selalu disediakan ibu?”
“Hehe... iya..” Nanda meringis ketahuan isi hatinya.
“Kalau mau es krim, ayo beli saja sama bapak.”
“Nggak enak sama bapak, enaknya sama ibu.”
“Nanda..”
“Mengapa ibu tidak tinggal saja disini ?”
“Lho.. ibu kan sudah punya rumah sendiri?”
“Kan kita punya kamar lagi .. bisa untuk ibu.. atau.. ibu tidur sama bapak saja dikamar?”
“Hushh!”
“Lha kan dulu ibu juga tidur di kamar sama bapak..?”
“Nanda.. ibu yang ini bukan ibunya Nanda beneran.. nggak boleh tidur sama bapak.”
“Nggak boleh ya? Nanti Nanda mau tanya sama ibu. Kalau ibu mau?”
Tapi ucapan Nanda itu tiba-tiba menggugah sesuatu yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehnya. Bagaimana kalau ibu tidur di kamar sama bapak? Aduhai..
“Tapi apa mau mbak Palupi sama aku? Bekas suaminya gagah dan ganteng.. aku apa? Jauh lah.. nggak mungkin.. nggak mungkin..” pikir Pri tiba-tiba.
“Ayo bapak..”
“Ayo kemana, beli es krim yuk.”
“Kerumah ibu..”
Aduuh.. entah darimana datangnya tiba-tiba Pri menjadi berdebar-debar. Nanda sih.. pakai nyuruh dia tidur di kamar segala.
Ditinggal isteri beberapa bulan lamanya memang membuatnya kesepian, ditambah lagi Nanda sesungguhnya berharap bisa memiliki ibu.
“Beranikah aku melamarnya? Bagaimana kalau dia menolak? Tapi apakah benar dia sudah bercerai dari suaminya? Sungkan aku menanyakannya. Tapi sudah tinggal sendiri, pastinya sudah bercerai. Apakah dia juga butuh sosok seorang suami? Aku?” beribu pertanyaan menggayuti benaknya. Darimana datangnya perasaan itu?
“Bapak...” kali ini Nanda menggoyang-goyangkan tangannya.
“Nanda.. sudahlah... ayo beli sama jalan-jalan saja.”
“Nggak mau, maunya sama ibu.”
Kali ini Pri sangat bingung. Perasaan yang tiba-tiba muncul membuatnya kemudian berdebar-debar. Tapi ia mengikuti juga kemauan anak semata wayangnya.
***
“Bapak kan tidak ke kantor? Ayo jemput ibu..” rengek Bintang
“Lho.. “
“Bapak, ini kan Minggu... ?”
“Oh, iya.. tapi kan bapak masih punya pekerjaan yang belum selesai.. jadi nanti mau ke kantor. Kalau Bintang mau ketemu ibu, ajak yu Mirah.”
“Bapak...”
“Yu Miraaaah.”
“Antar Bintang kerumah ibunya, " kata Handoko setelah Mirah mendekat.
“Bapak mau ke kantor?”
“Mmm... iya.”
“Kalau begitu sekalian saja bapak, jadi mas Bintang tidak usah naik taksi.”
“Iyaaa.. iya... nanti pulangnya saja.. sekalian bapak jemput ibu pulang kemari.”
Handoko terdiam. Ini kok ada dua orang yang memaksa-maksa sih. Handoko tak bisa menolaknya.
***
Begitu sampai didepan rumah Palupi, Bintang menarik tangan bapaknya.
“Ayo bapak..”
“Bapak kan sudah bilang mau ke kantor? Sudah turun saja.”
“Mengapa bapak begitu, turunlah barang sebentar,” pinta Mirah.
“Tidak Rah, pekerjaanku banyak.”
Tiba-tiba dari arah depan turun seseorang dari taksi, diikuti seorang anak kecil.
Mata Handoko menatap tajam.
“Tuh lihat Rah.”
“Bapak, Bintang nggak suka sama dia, dia memanggil ibu juga sama ibuku.”
“Sudah turunlah, aku mau ke kantor.”
“Bapak jangan kalah sama dia. Rebut ibu bapak!” kata Mirah menggebu.
***
Besok lagi ya
Maturnuwun mbak Tien sayang...
ReplyDeleteHmm..usul, apa tayangnya jam segini saja ya..hehe
Ga mungkin,, ga mungkinlahh,, stop ,,,,, Handoko msh cinta Palupi,, ahaaayy,,, cintaaaaaaaa. Cie cie cieeeee 🤣🤣🤣
DeleteSetujuuuuuuuuuu i love u pulllll bunda tien😘😘😘
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Alhamdulillah SANG PUTRI 25 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Handoko kasih kemropok terus, lama-lama lumer demi Bintang
Pulang jum atan
DeleteAlhamdulillah.......
Yang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
.
Alhamdulillah
DeleteTerima kasih mba Tien, semoga sehat slalu.
Terima kasih Bunda Tien,, semoga Bunda sehat selalu, Aamiin 😍😍😍
DeleteLembar koreksi :
Delete1. “Benarkah kamu sudah dapat pekerjaan?” kata Suprih ketika pulang ke rumah.
# “Benarkah kamu sudah dapat pekerjaan?” kata Suprih ketika Tanti pulang ke rumah.
2. “Baru dijanjikan bu, tapi teman Tanti meyakinkan Tanti kalau pasti Tanti diterima.”
# “Baru dijanjikan bu, tapi teman Tanti meyakinkan Tanti kalau Tanti pasti diterima.”
3. Suprih berlinang air mata. Semua pengorbannya tak sia-sia.
# Suprih berlinang air mata. Semua pengorbanannya tak sia-sia.
4. “Mamangnya kenapa?” # "Memangnya kenapa?" #
5. “Tiba-tiba mas Danang menelon Tanti. Menanyakan apa benar Tanti butuh pekerjaan, lalu dijawab Tanti kalau sudah dapat. Hehe.. mas Danang kecewa deh.”
# "Tiba-tiba mas Danang menelpon Tanti. ........#
Semangat Bu Tien luar biasa.. Doa yg terbaik utk Bu Tien tercintah, semoga sllu sehat dan sllu dekat dgn hal2 baik.. trimakasih Bu Tien, hari terasa hampa tnpa kehadiran Bu Tien, ahaaaaaai...
DeleteSalam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
Terima kasih mBak Tien atas hadirnya SP 25.
ReplyDeleteSalam hormat jami dari Yogya.
Alhamdulillah, kok sekarang terbitnya telat, terima kasih salam dari Tangerang
ReplyDeleteKalau saya melihatnya bukan telat, malah gasik karena siang sudah muncul. Sebagai penulis senior yang sangat produktif (aku diminta nulis seminggu sekali dalam rubrik yang kuasuhpun rasanya kepontal-pontal), ini mb Tien nulis di blognya sendiri, tidak ada yang mewajibkan, tapi beliau sangat setia menulis memenuhi harapan penggemar yang selalu menunggu. Gratis pula.
DeleteJadi kalau sesekali lelah atau ketiduran dan tulisan belum selesai atau belum sempat upload, wajar bukan?
Salam sehat dari Semarang..
Alhamdulillah jam 12.5 nginceng kog dah muncul......suwun mb Tien, smg sehat sll....salam dr blora.
ReplyDeleteMaturnuwun mbak Tien...mulai kmrn SP datang siang2....jd ngga perlu melekan lg nungguin Palupi dtng....salam sehat dr Situbondo
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang episode 25
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya
Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo
Betul Mirah... Handoko harus merebut kembali Palupi... demi Bintang... Ayo Handoko semangat merebut Palupi.
ReplyDeleteAlhamdulilah hujan seharian ada yg bs jd hiburan...trmksh mb Tien sdh up sp terbaru... Smg spt lagunya Chrisye tak slmnya mendung itu kelabu...smg crt SP berakhir bahagia utk semua..
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien. SemogaBu Tien selalu sehat wal afiat.
ReplyDeleteSalam hormat dari saya dwi astuti, ring road barat nogosaren nogotirto
Waduh kejutan nih Bunda SP dah tayang siang hari, makasih Bun.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat ya Bunda.
Terus berkarya.......
ALLAH SWT selalu menjaga dan melindungi Bunda.Aamiiiiiin
Hmmm...cinta sejati memang tidak pernah mudah. Harus diuji dan diperjuangkan.
ReplyDeleteTerimakasib mbakyuku sayang telah menciptakan cerbung yang sarat pesan moral
Yang d tunggu2 udah tayang...
ReplyDeleteTrims bu tien
Salamsehat selalu dari jogja
Wah jadi heboh..Palupi jadi rebutan..Nanda dan Bintang
ReplyDeleteSiapa yang bisa menguasai emosinya dalam persaingan ini..?
ReplyDeleteHandoko kah atau Priyambodo....?
Salam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah sp 25 sdh tayang, tidak perlu inceng2 sampai malam, trimakasih bu tien ...... handoko sdh berhadapan dgn pri ...... bagaimana kelanjutannya, hanya bu tien yg tahu .....kita tunggu saja episode berikutnya
ReplyDeleteSemoga bu tien n kelg nya sehat2
Salam hangat dari arif - mojokerto
Alhamdulillah.
ReplyDeleteAkhirnya datang juga
cerita yang ngangeni bun...
Matur nuwun mbak tien-ku , Spnya sudah terbit.
ReplyDeleteTernyata Mirah yg jadi mediatornya. Kalau Mirah-Pri bagaimana yaa..
Salam sehat dari sragentina mbak Tien . Sukses selalu.
Terima kasih bu.Tien..makin penasaran saja ini..pinginnya Handoko sama mirah,tapi kq tanda-tandanya masih mengharap Palupi.
ReplyDeleteterus Priambodo bagaimana...😊
Syukurlah Bunda..Baru bisa baca SP..salam sehat
ReplyDeleteTerima kasih mbak tien cerbungnya, Salam sehat mbak Tien, semoga mbak makin sehat, Makin produktif.
ReplyDeleteAlhamdulillah Sang Putri 25 sdh hadir
ReplyDelete"Bapak jangan kalah sama dia, rebut Ibu, Bapak!" Kereen Mirah...
semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Hallooooo mba Tienqu sayang.. Mkshsp25 nya.. Tumbenmba siang2 dah hdir.. Syngintip g tahunya dah muncul seneeeng banget hati ini.. Shtsll y mba.. Slmseroja dan kangen dri sukabumi.. Muuaacchh😍😍🥰🥰
ReplyDeleteAkhirnya yang ditunggu tunggu datang juga..
ReplyDeleteMakin seru niih.
Maksih bu Tien, sehat selalu
Makasih mas Rinto info nya tuk kehadiran cerbung.
Mbam iyeeeeng... I miss yuuu..
Sehat selalu tuk semua pembaca setia karya bu Tien.
Sami2 Ibu Putri,, semoga sehat selalu Aamiin 🙏🙏🙏
DeleteAlhamdulillah inguk2 kok SP sdh hadir mksh mb Tien sehat sll
ReplyDeleteMatur nuwun...Mbak tien... Msh ada ikatan perkawinan Handoko-Palupi ...jangan pisahkan mereka.Smg mbak tien sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun Bun...
Mugi2 tansah rahayu...
Hallo jg mbak Tien..sehat selalu ya..
ReplyDeleteTrimakasih SP25...
Wah wah...semoga palupi makin sadar betapa bintang membutuhkan dan berharap bersatunya kelg..sehingga bs tegas dgn nanda dan bpknya tentunya..bukan nurutin kemauannya terus..kan ada bintang anaknya..
Handoko buka hatimu jgn kedepankan ego...yg penting k o m u n i k a s i..
Lanjuut mbak Tien..
Salam sehat dari bandung.🙏
Maturnuwun Bu Tien kuuuhhh..... Salam SEROJA dr sby
ReplyDeleteAlhamndulillah ..terimakasih mbak tien
ReplyDeleteSehat selalu
Semoga berakhirbahagia keluarga Handokk dan Palupi kumpul kembali menjadi keluarga Bahagia penuh cinta
ReplyDeleteMirah merana
DeleteApakah Handoko mau menuruti keinginan Bintang utk menjemput ibunya?bagaimana dg hatinya sendiri?
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien,semoga sll sehat ,demikian jg dg teman2 pencinta cerbung ,salam hangat sll
Alhamdulillah sp 25 sdh tayang mtr nwn bu Tien
ReplyDeleteIseng2 ngintip, ehh adaa.. Senangnyaa hatikuuuu...
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien..
Mmuuuuaachhh padamu..
Sugeng sonten Bu Tien semoga tetap sehat dan bahagia bersama keluarga.. Kita tunggu bagaimana kira2 kiat Handoko utk mempertahankan rumah tangganya. Siapa tahu Priyambodo bisa berjodoh juga dengan Mirah...ha..ha.setelah sering ketemu di rumah kontrakannya Palupi.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien ... .
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
Semakin panas nih... Makasih mba Tien. Sehat selalu ya
ReplyDeleteSemakin seru cinta segi tiga, siapa yg akhirnya menang ya.
ReplyDeleteSalam sehat jeng tien
Bener... panaaassss.... aku ikut panas... gemes banget lah pokoknya. Mantul banget bu Tien
ReplyDeletealhamdulillah,,,baru sempat bunda.terima kasih bunda tien semoga bunda selalu sehat,,,Aamiin,,,dan salam seroja buat semua penggemar cerbung,,,
ReplyDeletePuji Tuhan, ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip.
ReplyDeleteWah... Ibu Tien pinter banget spt berpengalaman saja...
Mengingatkan sebagian para pembaca, setidaknya sy sendiri.. Pernah gak punya calon teman hidup, tapi begitu ada bareng2 shg bikin bingung juga (maaf ingat masa muda)
Semoga tdk terlalu lama runyam2 Handoko-Palupi- Priambodo..
Yustinhar pengin tahu lanjutnya. Matur nuwun Berkah Dalem.
saya kepeo n baper, saya sabar nunggu cerita selanjutnya ... nuwun bunda
ReplyDeleteMalam ini ada kelajutannya enggak yaaa...
ReplyDeleteAlhamdulilah SP 25 sudah hadir. Mtrnwn M Tien. Semoga lancar terus dan M Tien sklrg sehat selalu. Aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah...ga nyangka deh jam segini sdh ada kuriman part 25. Smiga besok dan seterysnya juga kiriman nyampe jam segitu. Duh ngarep. M'kasih yah mba Tien atas karyanya. Salam sehat utk mba Tien dari kota hujan
ReplyDeleteBersambung besok siang yaaa? Trm.kasih banyak mbak?
ReplyDeletePantes komntr sdh 40an. Terbit siang ternyta. Smoga seht bu tien. Baca.. lanjut pulazzz
ReplyDelete🤣🤣🤣🤣 biasa komen paling atas yaaaa
DeleteNgintip aaahhhh..... Blm muncul trnyata..... Sala. SEROJA dr sby Buuuuuu
ReplyDeleteBunda Tien... TERIMA KASIH banyak tayang-nya siang... Aku ndak perlu begadang lagi deeeh... Semoga bisa terus tayang siang ya, Bundaaaa...
ReplyDeleteHandoko seyogya-nya ndak cemen gitu.. Harus seperti Ksatria, datangi Palupi bersama Bintang. Trus pura-pura sakit dirumahnya Palupi. Liat, bagaimana reaksi-nya Palupi... Biar sekalian Bapak-nya Nanda (Priambodo) ngeliat, bahwa Palupi cinta-nya cuma sama Handoko. Hehehehe...
Tapi CerBer-nya jangan cepet selesai ya, Bundaaaa...
Bunda tetap sehat dan bahagia yaaaaah.. Didoakan dari jauh.
♥️������
kok sy ketinggalan baru baca sih....swru nih
ReplyDelete