Sunday, December 13, 2020

SANG PUTRI 21

SANG PUTRI  21

(Tien Kumalasari)

 

Priyambodo terkejut. Palupi langsung mendekati Nanda dan memeluknya erat. Palupi teringat Bintang yang harus ditinggalkannya. Ada yang menyentuh hatinya dalam pertemuannya dengan Nanda. Ia kemudian teringat anak semata wayangnya yang tak pernah secara langsung diasuhnya. Ada yang menyentuh hatinya ketika melihat rumah tangga Priyambodo, dimana isterinya mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dengan senang hati. Begitu tiba-tiba Palupi menyadarinya. Begitu tiba-tiba Palupi merasa bahwa selama ini ia tak pernah melakukannya. Ia adalah sang putri, tapi sekarang dia sedang meresapi hidup yang belum pernah dijalaninya. Anehkah kalau tiba-tiba saja perasaan itu muncul? Anehkah  kalau tiba-tiba ia menyesali perbuatannya hanya dalam sehari sejak pertemuannya dengan Nanda dan melihat kehidupan rumah tangga Priyambodo?

“Salahkah aku selama ini?” tapi Palupi  benar-benar merasakan perasaan aneh dalam hatinya.

Palupi menitikkan air mata ketika memeluk Nanda. Ada sesal dan pilu ketika hal-hal kecil seperti ini tak pernah dirasakannya.

“Ibu.. Nanda mau pipis.”

Palupi melepaskan pelukannya.

“Oh, baiklah.. ayo kekamar mandi. Dan dengan kikuk pula Palupi melepas celana Nanda dan membiarkannya pipis.

“Belum diguyur ibu..”

“Oh, iya ibu lupa.”

Nanda tertawa.

“Ibu lupa terus...”

“Mengapa mbak kemari lagi?” tanya Pri ketika selesai mengantarkan Nanda kekamar mandi, sementara dia sudah menyiapkan secangkir coklat  dimeja tamu.

“Saya kasihan sama Nanda. Saya ingin menyakinkan dia bahwa saya bukan ibunya.”

“Benar, di harus yakin supaya tidak rewel terus menerus. Selama ini saya sudah mengatakan yang sebenarnya, tapi dia tidak percaya.”

“Ibu.. Nanda mau mandi..” Nanda berteriak.

“Sini, sama bapak.”

“Mau sama ibu..” Nanda berteriak lagi.

“Biar saya saja.”

Palupi berdiri dan menghampiri Nanda.

“Mana handuk Nanda?”

“Ibu lupa lagi?” lalu Nanda menarik handuknya dan berlari kekamar mandi.

Pri benar-benar sungkan. Palupi datang dengan wajah kusut. Ia merasa kasihan.

Ketika Nanda sudah selesai didandani, Palupi kembali duduk diruang tamu.

“Saya sangat sungkan mbak Palupi. Mbak begitu baik dan penuh kasih sayang, sementara diri mbak sendiri tampak sedang ada masalah.”

Palupi menghela nafas berat.

“Tidak apa-apa, saya akan mengurai masalah saya satu demi satu. Sekarang saya harus bilang kepada Nanda, bahwa saya bukan ibunya. Semoga Nanda bisa menerimanya.”

Pri hanya mengangguk. Wajah yang tampak kuyu itu menghirup coklat hangat yang dihidangkannya.

“Nanda... sini.” Palupi berdiri didekat foto Priyambodo dan isterinya.

Nanda mendekat.

“Yang ada di foto ini siapa?”

“Itu bapak.. sama ibu..”

“Coba Nanda lihat baik-baik, samakah ibu ini dengan yang ada di foto?” tanyanya sambil menunjuk dirinya lalu kearah foto yang terpampang.

Nanda menatap Palupi tak mengerti. Palupi menarik tangannya agar lebih dekat.

“Lihat, ibu ini.. sama yang di foto itu... samakah?”

Nanda menatap Palupi, lalu menatap foto ibunya.

“Mengapa bisa tidak sama?” kata Nanda bingung.

“Karena, ibu ini bukan ibu yang ada difoto itu.”

Nanda diam, lalu menatap Palupi lekat-lekat.

“Nanda tahu? Ibu yang ada difoto itu sudah ada di surga.”

“Di surga?”

“Iya, ibunya Nanda sudah ada di surga, yang ini bukan ibunya Nanda, " katanya sambil menunjuk kearah dirinya.

Nanda terus menatap Palupi.

“Tapi, Nanda boleh memanggil ibu sama ibu yang ini.”

Barangkali Nanda baru sadar, bahwa ibunya memang berbeda. Ia menatap Palupi tak berkedip. Mata bening itu terkadang berkejap.

“Ini juga boleh dipanggil ibu kok. Tapi bukan ibu yang di foto itu,” kata Palupi sambil meraih tubuh Nanda. Tanpa sadar Palupi telah menunjukkan bahwa itulah seorang ibu, merangkul  dan mengucurkan kasih sayang dengan kata-kata lembut. Mengapa baru sekarang Palupi merasa, bahwa beginilah seorang ibu?. Tiba-tiba saja.. dalam sehari ini, rasa keibuan menyelimuti hati nuraninya.

“Ibuku tak akan kembali?”

“Ibu tidak kembali, tapi ibu selalu memandangi Nanda dari atas sana.”

“Dari surga?”

“Iya. Makanya Nanda jangan nakal ya, meskipun Nanda hanya bersama bapak, tapi ibu selalu ada untuk menemani dari atas sana. Mengerti? Jadi jangan rewel kalau hanya bapak yang menemani Nanda tidur, makan, mandi, bermain.. “

Priyambodo mengusap setitik air matanya.

“Apa ibu akan pergi?”

“Ibu akan pergi, karena bukan disini rumah ibu. Tapi kalau Nanda ingin ketemu ibu, Nanda boleh menelpon ibu.”

Nanda menatap ayahnya yang kemudian mengangguk angguk.

“Berjanjilah pada ibu bahwa Nanda tak akan menangis.”

“Kalau Nanda menangis.. ibu melihatnya?”

“Ibu melihatnya dan akan ikut menangis.”

Palupi meninggalkan rumah Priyambodo setelah menemani Nanda makan. Ada rasa sedih seperti orang kehilangan. Palupi kemudian melangkah menyusuri jalan yang ramai oleh hiruk pikuknya malam. Ia tak tahu harus kemana. Rumah peninggalan orang tuanya yang kecil masih dikontrak orang. Mau kerumah teman-temannya.. pasti mereka justru akan menyalahkannya. Tak ada orang yang tak menyalahkannya.
Terngiang kembali kata-kata Handoko sebelum dia mengucapkan apapun ketika pulang kerumah.

“Palupi, aku sudah memikirkannya masak-masak, rupanya kamu memang bukan seorang isteri dan ibu yang baik. Barangkali kamu akan lebih bahagia kalau terlepas dari aku. Aku sudah menyiapkan sebuah surat cerai untuk kamu, jadi bergembiralah.”

Palupi merasa sakit hati. Sifat tinggi hati itu masih ada, sifat tak mau mengalah itu masih tersisa. Ia tak ingin mengucapkan apa-apa, lebih-lebih untuk meminta ma’af. Handoko sudah memutuskannya dan ia tak sudi mengemis belas kasihannya.

“Baiklah, walau aku tidak bergembira tapi aku menerima keputusan kamu.”

Palupi terus melangkah sambil sesekali mengusap air matanya.

Hari sudah malam, lalu ia memutuskan untuk menginap disebuah hotel.

“Besok pagi aku akan kembali untuk mengambil barang-barangku,” gumamnya sedih.

***

Handoko masih saja duduk diteras sampai malam tiba, ketika Bintang mendekatinya.

“Bapak, mana ibu ?”

Handoko terkejut. Tak biasanya Bintang menanyakan ibunya.

“Ibu mana... bapak..” kali ini Bintang menggoyang-goyang tangan ayahnya.

“Ibu.. sedang.. pergi.. memangnya kenapa?”

“Ayo kita makan, sama ibu juga..”

Ini luar biasa. Handoko menatap Bintang tak percaya. Ia berdiri, lalu berjalan tertatih mengikuti Bintang. Handoko mulai melatih berjalan tanpa penyangga.

“Ibu mana? Ayo kita makan sama ibu..”

“Tapi ibu sedang pergi Bintang. Ayo kita makan, hm.. masak apa yu Mirah sore ini ya?

Bintang tak menjawab. Mirah melayani seperti biasa, tapi wajahnya muram.

“Ada apa ini? Ada yang beda malam ini ya?” celetuk Handoko sambil menyendok nasi, sementara Mirah melayani Bintang.

Sampai akhir mereka makan tak ada yang bersuara. Mirah mengajak Bintang bermain sebentar lalu menyuruhnya tidur.

“Ibu pergi kemana?” kata Bintang ketika Mirah menepuk-nepuk pantatnya.

“Yu Mirah tidak tahu mas, kan ibu juga biasanya pulang malam?”

Bintang tak menjawab. Mirah juga heran sejak sore Bintang menanyakan ibunya, padahal biasanya tak peduli. Mirah sedikit kesal kepada tuan gantengnya karena tak menahan ketika Palupi pergi.

Malam ketika Bintang sudah tidur, Mirah membantu Suprih mengemasi barang-barang Palupi yang ada dikamar.

“Mengapa menjadi seperti ini ya nak?”

“Entahlah bu, sebenarnya saya enggan mengemasi barang-barang ini. Menurut saya lebih baik ibu tidak pergi.”

“Nak Mirah sangat baik. Ibu sangat membenci nak Mirah, tapi nak Mirah masih sangat peduli pada ibu.”

“Ibu hanya terbawa emosi bu Suprih.”

“Saya juga minta ma’af sama nak Mirah.”

“Minta ma’af untuk apa ?”

“Tentang uang saya itu... yang..”

“Ah, sudahlah bu, lupakan saja, saya sudah tahu semuanya dan saya tidak sakit hati kok.”

“Nak Mirah sudah tahu?”

“Bapak melihat ketika ibu memindahkan uang itu dari dompet bu Suprih, lalu bapak mengembalikannya. Tapi sudahlah, tidak usah dibicarakan lagi ya bu.”

“Nak Mirah sungguh baik. Hatinya putih seperti mutiara..”

“Aah, bu Suprih, mana ada hati putih seperti mutiara?”

“Itu benar nak.”

“Ah, sudahlah bu..”

“Tadi bapak menyuruh juga mengambil barang-barang yang ada dikamar bapak.”

“Sudah bu, ini saja, saya masih berharap ibu akan kembali.”

“Iya nak, aku juga.”

Lalu bu Suprih juga teringat ucapan Palupi yang katanya Mirah berusaha memikat pak Handoko, ternyata semuanya tidak terbukti.

“Mirah..” tiba-tiba Handoko memanggilnya. Tuan ganteng itu sedang duduk diteras ketika Mirah menghampirinya.

“Duduklah..”

Mirah menarik kursi kecil lalu duduk didepan Handoko.

“Kamu seperti marah sama aku.”

“Bagaimana mungkin saya marah bapak, saya kan hanya pembantu.”

“Aku tahu, kamu menyesali kepergian Palupi. Tapi kan itu sudah menjadi kehendak dia? Mengatur rumah tangga tidak mau, dilarang ini itu juga tidak mau, aku sudah putus asa.”

“Bapak kurang sabar menghadapi ibu. Saya tahu, ibu itu tidak suka disalahkan, tidak suka dikalahkan.”

“Kalau tidak ssuka disalahkan ya harus berbuat baik, sebagai seorang isteri.”

“Tapi saya yakin ibu akan menjadi baik.”

“Darimana kamu yakin?”

Mirah terdiam. Ia teringat ketika Palupi memeluk Bintang sambil menangis, lalu meminta ma’af kepada dirinya. Itu sebuah sisi baik yang tidak pernah terlihat sebelumnya, tapi Mirah merasakannya sekarang.

“Sudah, biarkan saja begini.”

“Kalau begitu besok kalau ibu datang, bapak harus berbicara lagi dengan baik. Kalau bapak berucap dengan rasa kesal, maka jawabannya pasti juga dengan ucapan yang tidak enak didengar.”

“Mengapa kamu begitu peduli sama dia padahal dia sangat membenci kamu.”

“Tidak bapak, ibu tidak membenci saya.”

Handoko menyandarkan tubuhnya dikursi, lalu Mirah berdiri dan beranjak kebelakang.

Handoko menatap wajah lugu yang cantik itu sekilas. Pernah terbersit dalam angannya untuk mengambilnya sebagai isteri, karena MIrah dianggapnya bisa menjadi isteri yang sempurna.

“Bapak, mana ibu?” suara Bintang terngiang ditelinganya.

“Mengapa anak itu tiba-tiba menanyakan ibunya?” gumamnya pelan.

Lalu kebimbangan mulai merayapi hatinya.

***

Danang membunyikan klakson mobilnya ketika sudah sampai dihalaman. Handoko sudah menunggu diteras dengan pakaian rapi.

Ketika Danang turun, dilihatnya Handoko berjalan agak terpincang tanpa penyangga.

“Sudah kuat mas?”

“Harus dilatih, nanti keterusan kakiku lupa caranya berjalan,” kata Handoko bercanda.

Danang menuntunnya ke mobil.

“Bapaaak, Bintang ikuttt,” tiba-tiba Bintang berteriak.

“Bapak mau kekantor. Sudah lama bapak tidak bekerja. Nanti tidak diberi gaji oleh om Danang.”

“Bintang ikuttt..” rengeknya sambil menghentak-hentakkan sebelah kakinya.

“Miraaah!” teriak Handoko.

“Ya bapak..”

“Ini, Bintang mau ikut.”

“Mas Bintang, bapak mau ke kantor, dirumah saja ya.”

“Nggak mau... Bintang mau ikut.”

“Ya sudah, ganti bajumu dan ikutlah Rah, nanti kamu boleh sekalian belanja.”

Mirah berlari kebelakang, sementara Bintang sudah naik keatas mobil.

“Bintang mau membantu om Danang di kantor ?”

“Iya.”

“Mana mbak Lupi?”

“Pergi.”

“Pergi? Jadinya bagaimana sih mas, ibu sudah bilang sama Danang.”

“Ya, aku sudah bilang sama ibu tentang rumah tanggaku.”

“Mas benar-benar serius?”

“Entahlah, aku bingung.”

“Mas masih cinta kan?”

“Entahlah aku bingung.”

“Waduh, nanti kalau sudah mengerjakan pekerjaan kantor jangan sambil bingung deh.”

“Cepat, yu Mirah..” teriak Bintang ketika melihat Mirah mendekat.

***

Dikantor Handoko hanya sebentar, karena Bintang kemudian merengek beli makanan.

“Bapak, saya ajak mas Bintang belanja saja sekalian,”

“Baiklah, ini uangnya, kamu bawa, belanja dan belikan apa yang Bintang minta.”

“Baik pak.”

“Tunggu didepan, biar aku suruh sopir mengantar kalian, tapi nanti pulangnya naik taksi saja ya.”

“Baik bapak.”

“Bintang nggak boleh nakal.”

“Ayo mas Bintang, pamit sama bapak dulu.”

Bintang mendekati bapaknya, mencium tangannya lalu berlari-lari kecil keluar.

“Hati-hati Mirah.”

***

Tapi didalam belanja itu tiba-tiba Bintang teringat untuk menanyakan ibunya, gara-gara ia melihat anak kecil digandeng ibunya sambil memilih barang belanjaan.

“Yu, mana ibu?”

“Lho, mas Bintang .. nanti saja dirumah, pasti ketemu ibu.”

“Benar ?”

“Iya sayang, ayo cepat belanjanya lalu kita pulang. Ibu pasti sudah ada dirumah.”

Tiba-tiba Mirah berharap agar bisa ketemu Palupi dirumah, dan Bintang bisa menghentikan keinginan Palupi untuk pergi. Bukankah Palupi mengatakan bahwa pagi ini akan kembali untuk mengambil barang-barangnya?

Beberapa barang yang dibutuhkan sudah dibeli, juga sayur dan ayam kesukaan Bintang.

“Aku mau coklat..”

“Ya sudah, coklat saja ya.. lalu kita pulang.”

Mirah membelikan coklat dan beberapa kue untuk camilan, lalu keluar untuk memanggil taksi.

Dalam perjalanan pulang itu hati Mirah dipenuhi oleh harapan akan bisa ketemu Palupi dan Bintang bisa menghentikannya.

Turun dari taksi Bintang langsung berlari kedalam dan berteriak-teriak.

“Ibu... ibuu...”

Mirah mengusung belanjaannya kedalam. Dilihatnya Bintang memasuki kamar ibunya, lalu lari kebelakang.

“Mana ibu ?”

Suprih muncul dari belakang dan membantu Mirah membawa belanjaan.

“Ibu belum datang ya?”

“Sudah.”

“Apa?”

“Tak lama setelah bapak pergi, ibu datang, hanya mengambil kopor yang kita siapkan, lalu pergi.”

Mirah terduduk dikursi dengan lemas, sementara Bintang keluar masuk kamar sambil meneriaki ibunya.

“Ibu... ibu dimana?”

***

Besok lagi ya

 

51 comments:

  1. Terima kasih mbak Tien aras terbitnya SP 21.

    Salam hangat kami dari Yogya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih mbak Tien....SP 21 membust hati nyesek, sisi baik Palupi sdh muncul gara2 ketemu Nanda...tapi sifat tinggi hatinya blm runtuh sehingga tanpa sadsr membuat Bintang yg baru merasakan kehadiran seorang ibu menjafi korban.. kasihan Bintang...mudah2an sang putri segera menyadarinya...salam sehat dr Situbondo

      Delete
    2. Puji Tuhan..sudah terbit SP 21
      Salam sehat bunda..SS sby

      Delete
    3. Ibu lupaaaa terussssss 🀣🀣🀣🀣

      Delete
  2. Alhamdulillah sudah hadir menghibur eps 21 rasa tak sabar menunggu kelanjutan ceritanya. Salam Seroja Bu Tien....

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah ...
    Matur nuwun, mbak Tien.

    ReplyDelete
  4. S3m9ga palupi sadar dan kembali membina rumah tangganya leb8h baik lagi
    Terima kasih jeng tien

    ReplyDelete
  5. Met mlm mbak Tien

    Makasih sdh terbit...siap mengoyak" hati lagi..

    Salam Seroja dr Boyolali

    ReplyDelete
  6. Malam Bunda
    Makasih untuk SP 21 yang selalu kutunggu.
    Semoga Bunda selalu sehat tak kurang suatu apa.Tetap semangat dalam berkarya.Dan jangan lupa bahagia.
    Met istirahat dan ditunggu episode selanjutnya.......
    Salam hormat untuk Bunda

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun mbak tien-ku...sudah selesai saya baca.
    Palupi balikan tampaknya. Yang lain mana nii...kisahnya.
    Salam sehat dari sragentina mbak...

    ReplyDelete
  8. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat dan semangat...
    Waduh... Mungkin tebakanku kemarin meleset ya... Sepertinya bisa baik lagi hub suami isteri pak Handoko Palupi.

    Yustinhar Priok menunggu lanjutnya... Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  9. Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat dan semangat...
    Waduh... Mungkin tebakanku kemarin meleset ya... Sepertinya bisa baik lagi hub suami isteri pak Handoko Palupi.

    Yustinhar Priok menunggu lanjutnya... Matur nuwun Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  10. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie, Padma Sari, Prim,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah SANG PUTRI 21 sudah tayang.
      Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
      Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
      Besok lagi ya.. .

      Delete
    2. Alhamdulillah.......

      Yang ditunggu tunggu sudah hadir
      Matur nuwun sanget Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.

      Delete
    3. Sugeng enjing,matur nuwun. Ma'af lagi komen semalam keblabasan capek nunggunya dan awak rada kekeselen.

      Ini lembar koreksinya:

      1. “Benar, di harus yakin supaya tidak rewel terus menerus.
      # “Benar, dia harus yakin supaya tidak rewel terus menerus.

      2. Kalau tidak ssuka disalahkan ya harus berbuat baik, sebagai seorang isteri.”
      # Kalau tidak suka disalahkan ya harus berbuat baik, sebagai seorang isteri.”

      Mungkin karena sdh dibaca ulang, sdh ada koreksi dan sdh diedit, saya hanya nemu 2, yang pertama "dia" kurang huruf "a" dan yang kedua ada dobel "s"
      Sugeng enjing..... Lanjut ke dapur dan nanti mulai menuangkan inspirasi lanjutan SP Episode_22.

      Delete
    4. Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat selalu ,Aamiin 😍😍😍

      Delete
  11. Hallo mbak Tien..semoga selalu sehat..
    Trimakasih SP21..
    Duuh..bintang br dipeluk sekali sm ibunya..jd nyari teruus..mau kmn palupi..trnyata ortunya udh ga ada..rmhnya kecilnya dikontrak org..tp kok bs hidup foya2 ya jd istri handoko..😟
    lanjuut mbak Tien..πŸ‘πŸ‘

    Salam dari bandung.

    ReplyDelete
  12. Terima kasih bu Tien, semoga bintang bisa menerima kepergian ibunya ...
    semoga Palupi menyadari akan kesalahannya ...

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah Sang Putri~21 sudah hadir.. maturnuwun Bu Tien semoga tetap sehat .. πŸ™

    ReplyDelete
  14. Makasih Bu Tien...πŸ™πŸ™πŸ‘

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah, suwun mbak Tien sdh menghadirkan SP21.
    Salam sehat bahagia sll dr Bekasi. Aamiin

    ReplyDelete
  16. Matur nuwn... MbK tien... Smg sehat sealu jasmani rohani ekonomi selalu berimajinasi dan berkreasi

    ReplyDelete
  17. Cerita bu tien candu. Blum brenti baca kalo blum tamat. Top markotop. Besok lagi ya ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul...seperti candu. Ketagihaaann terus. Hehe..
      Mbak Tien, semoga sehat selalu

      Delete
  18. Alhamdulillah sudah tayang episode 21
    Terimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin Kutunggu cerita kelanjutannya
    Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo untuk ibu Tien

    ReplyDelete
  19. Palupi sdh pergi... Smtr Bintang mulai menyadari klu dia butuh sosok seorg ibu... Akankah kepergian Palupi smtr atau msh ada kesempatan kembali menj ibunya Bintang? Ditunggu eps selanjutnya ya mb Tien..slm seroja utk mb Tien dan kita semua....

    ReplyDelete
  20. W U A D U H....

    TERUS PIYE....???

    tunggu besok malam

    ReplyDelete
  21. Suwun mb Tien hiburan sdh muncul

    Salam sehat dr blora...πŸ™

    ReplyDelete
  22. Terima kasih bu Tien sdh hadir part 21.

    Salam taklim dari kota Malang..πŸ™

    ReplyDelete
  23. Terima kasih bu Tien..Akankah rumah tangga Palupi danHandoko dapat diselamatkan? Saya tunggu ya bu ....

    ReplyDelete
  24. Assalamualaikum wrwb.. Pgiimba tiensayang.. Iihhsedih jg y ksihan bintang cari mmhnya.. Makiin menggetarkan hatii mba.. Ditgu episode2 slnjutnya. Ygpenting endingnya bahagia semua.. Slmseroja dri faridasukabumi y mbak.. MuuaacchhπŸ₯°πŸ₯°

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah sdh selesai baca sp 21, trimakasih bu tien, kita tunggu eps berikutnya, semoga bu tien n kelg sehat2 dan selalu dalam lindungan Allah swt .... aamiin yra

    Salam hormat dari arif .... mojokerto

    ReplyDelete
  26. Trims bu tien karyanya sangat menghibur tak ke tinggalan tiap hari pasti baca....semoga bu tien selalu sehat...salam hangat dari jogja

    ReplyDelete
  27. Maturnuwun ibu Tien..
    Handoko dan Palupi dikuasai egonya,sp ga bisa berpikir dg tenang
    Salam sehat dan hangat sll utk ibu Tien dan klrg,ditunggu kelanjutan critanya,utk penggemar cerbung,sabar yaa,yuk menunggu sama2

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah Sang Putri 21 sudah hadir
    Duh Palupi nekat pergi ya, kasihan Bintang
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  29. Penasaran nih... Happy ending ya mba.
    Makasih mba Tien, salam hangat selalu

    ReplyDelete
  30. Makin seru kelihatanya dan bikin makin penasaran. Tapi saya tahu kebiadaan mbak Tien.... pasti Palupi rukun kembali dengan Handoko.

    ReplyDelete
  31. Pg , smua , pg mb Tien . Seneng bacanya ..Palupi mulai sadar ....apa nanti Mirah malah jd ibu Nanda ya . Pengen mlm lg nih .

    ReplyDelete
  32. Puji Tuhan ep 21 sudah selesai dibaca. Kasihan juga sama Palupi.. smoga Handoko berubah pikiran utk menceraikan Palupi. Kasihan Bintang yg merindukan ibunya. Semoga semua berakhir baik.
    Terima kasih Mbak Tien... Smoga Mbak Tien selalu sehat ya. Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  33. Alhamndulillah....terimakasih mbak tien
    Sehat selalu

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah....
    Mtur swun bun...
    Mugi2 tansah rahayu....

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah.... Tks Bu Tien Kuuhhh..... Salam SEROJA dr bsby

    ReplyDelete
  36. Kayaknya palupi belajar jadi pembantunya priambodo
    Dia kan gak punya apa2
    Mau tifur dimana ?
    Belajar merasakan jadi MIRAH

    ReplyDelete
  37. Mungkin Lupi tidur di hotel sambil mengenang orang tuanya.
    Mungkin Priambodo ketemu Mirah.
    Mungkin....banyaklah kemungkinannya.
    Tunggu saja sang dalang memainkan wayangnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah...kalau saya kok berharap Palupi belajar memperbaiki hidupnya dulu dengan menjadi isteri Priambodo ya. Setelah mengalami pahit getirnya kehidupan dengan Priambodo, barulah bisa bersanding dengan Handoko dan menjadi ibu yang baik bagi Bintang.
      Hmm...biar seru dan tidak tamat di episode 30an

      Delete
  38. Lagi seru ini kisahnya....kalau supri jadi mertua Danang ha ha lucu mbak. Mirah jadian sama Priyambodo ajah kali he he

    ReplyDelete
  39. Semoga handoko bisa menerima kembali palupi, demi bintang anaknya...dan palupi sadar akan kesalahannya serta mau memperbaiki, semoga kesempatan palupi masih terbuka...semoga

    ReplyDelete
  40. Iya semoga Handoko memberi kesempatan pd PLupiutk berubajmh mjd baik

    ReplyDelete