ADA YANG MASIH TERSISA 01
(Tien Kumalasari)
Riuh rendah suara pesta telah berakhir. Kedua pengantin telah berada didalam kamarnya. Dari dalam kamar masih terdengar kelutak kelutik orang-orang membersihkan sisa keramaian, menumpuk kursi dan meja, kelunting gelas atau piring dan mangkok yang ditumpuk. Lalu beberapa jam kemudian menjadi senyap.
Didalam kamar pengantin itu harum bunga pengantin masih menyengat, perlahan mereka mengganti pakaian pengantin mereka dengan baju yang sudah disediakan. Ranjang beralaskan satin lembut berwarna merah muda terhampar, bertabur bunga. Miranti duduk terpaku ditepi ranjang. Ia melihat wajah laki-laki ganteng yang sudah menjadi suaminya itu sama sekali tak menampakkan kebahagiaan seorang pengantin. Dengan kening berkerut, ditatapnya Miranti, lalu tanpa mengacuhkannya lagi dia berbaring di pembaringan, memeluk guling dan memejamkan mata. Miranti menghela nafas pilu. Pernikahan itu bukan maunya. Laki-laki ganteng berwajah dingin itu bukan lelaki yang dicintainya. Sebaliknya dia juga bukan wanita pilihan Tejo, suaminya.
Wangi bunga yang menyeruak memenuhi seisi kamar, bukanlah pengiring malam pengantin yang memabokkan. Suasana dingin beku karena kamar itu ber AC. terasa amat menyakitkan.
Miranti merasa letih, dipandanginya Tejo sudah terlelap, dengan dengkur halus yang terdengar pelan. Miranti merebahkan tubuhnya disisinya, dengan meletakkan guling diantara mereka. Dicobanya memejamkan mata, tapi sulit melelapkan raga. Tubuhnya terasa dingin, lalu ditariknya selimut sehingga kedadanya.
Lalu Miranti merasa tersesat didalam alam yang gelap. Tangannya meraba-raba, tapi tak menemukan apa yang dicarinya. Apa penyebab semua ini?
Ketika Tejo bergerak ingin mengubah letak tidurnya, tanpa sengaja tangannya menyentuh tubuh Miranti. Miranti menggeser tubuhnya, tapi Tejo merasakannya.
“Kamu tidak usah bersikap seakan jijik bersentuhan dengan aku, aku juga tidak mengharapkannya kok,” kata Tejo sengit, lalu membalikkan tubuhnya memunggungi Miranti.
Miranti menitikkan air mata.
“Aduhai, kehidupan seperti apa yang sedang menantiku didepan sana?” bisiknya dalam hati.
Nyatanya sampai pagi menjelang, Miranti belum juga berhasil memejamkan matanya. Ia melihat kearah jam dinding.
“Jam tiga pagi,” gumamnya lalu bangkit dari pembaringan, masuk kekamar mandi lalu mengambil wudhu dan bersholat malam.
Ada isak mengiringi do’anya, ada perih mengiris iris jantungnya.
“Ya Allah, tunjukkanlah padaku apa yang harus aku lakukan?”
***
Hari pertama disebuah rumah yang diberikan sebagai hadiah perkawinan dari ayahnya, membuat Miranti seperti memasuki sebuah tempat yang asing dan lengang. Semuanya serba ada, perabot lengkap memenuhi setiap ruang. Ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar tidur, tak ada yang mengecewakan, seandainya rumah tangga yang baru selangkah dijalaninya itu normal-normal saja.
Mereka menikah karena kehendak orang tua, keduanya tak mampu menolaknya. Miranti sama sekali belum pernah mengenal Tejo, apalagi mencintainya. Tejopun demikian pula, tapi yang jelas Tejo mencintai gadis lain, yang tidak disetujui oleh orang tuanya.
Sebenarnya Miranti mau menjalaninya, dengan harapan bahwa cinta akan tumbuh dengan berjalannya waktu. Tapi hari pertama dan kedua terlewat dengan rasa nyeri didada, karena sikap Tejo yang tak acuh kepadanya.
“Baiklah, aku akan bersabar, semoga dengan kesabaran itu mas Tejo bisa mengerti.”
Miranti pergi kedapur, sebagai seorang isteri dia tahu apa yang harus dilakukannya. Meladeni suami, menyiapkan minuman hangat dan makan pagi. Sementara Tejo masih tidur dikamarnya.
Miranti meletakkan coklat susu hangat diruang tengah, ketika Tejo keluar dari kamar.
“Mas, minum buat kamu,” kata Miranti berusaha bersikap manis.
“Itu apa? Aku tidak suka susu!” katanya sengit.
“Oh, ma’af aku tidak tahu, lalu mas mau minum apa?” Miranti menahan air matanya.
“Aku buat sendiri saja.”
“Baiklah, aku sudah menyiapkan makan pagi dimeja makan, nasi goreng udang dan....”
“Aku tidak suka nasi goreng..”
“Lalu...”
“Tidak usah sok bersikap manis. Aku juga tidak suka kamu melakukan apapun untuk aku.”
“Tapi.. “
“Minum dan makanlah sendiri saja,” katanya sambil berlalu, pergi kedapur dan menuang air putih dari dalam kulkas, meminumnya lalu kembali masuk kekamar.
Miranti mengusap air matanya.
“Aku sudah berjanji akan sabar, dan sabar. Baklah, apapun perilakumu, kamu adalah suamiku,” gumamnya perih.
Miranti masuk kekamar dan bermaksud merapikannya setelah Tejo bangun, tapi ia terkejut ketika melihat Tejo keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk setinggi pinggang. Tubuhnya yang tegap, dan dadanya yang berbulu..membuat Miranti terpana sesa’at.
“Oh, ma’af !”
“Kamu sengaja? Kamu ingin melihat tubuhku? Kata Tejo sambil bersiap membuka balutan handuknya.
Miranti terkejut.
“Tidaak,” lalu ia membalikkan tubuhnya dan keluar dari kamar.
Terengah Miranti menata nafasnya yang meletup-letup. Aneh bukan? Seorang isteri ketakutan melihat tubuh suaminya? Tapi itulah yang terjadi.
Miranti pergi kedapur, menuang air dari dalam kulkas, membawanya kemeja makan lalu meneguknya habis. Ketika debur jantungnya mereda, tercium olehnya aroma nasi goreng yang sudah disiapkannya dimeja makan.
“Hm, aroma begitu harum, kalau nggak mau ya sudah...” gumamnya.
Miranti ingin membalikkan piring didepannya ketika Tejo muncul, sudah dengan pakaian kantor yang rapi. Miranti menatapnya sekilas, dan harus diakui, Tejo memang ganteng..Miranti menelan ludahnya, tapi dia berusaha tak memperhatikannya.
Tejo melihat hamparan nasi goreng dan telur ceplok diatasnya, sesungguhnya dia mau, tapi dia terlalu sombong. Lalu dia hanya meliriknya sekilas, lalu melangkah pergi.
Pintu mobil ditutup keras, dan deru mobil menjauh dari halaman, terasa seperti mengoyak batinnya.
“Sabaaaar,” desisnya lagi.
Miranti menghela nafasnya dan membalikkan piring untuk menyantap nasi goreng buatannya.
“Hm.. aku tau kamu doyan, tapi kamu malu mengakuinya. Okey, biar aku habiskan saja.”
Miranti selalu berkata.. sabaar.. sabar.. dan itu dijalaninya, walau hatinya berdarah-darah.
Siang harinya dia memasak, tapi Tejo yang pulang malam sama sekali tak menyentuhnya. Itupun juga diterima dengan sabar.
Ketika pagi harinya dia memasak opor buat sarapan, Tejo juga tak sedikitpun menjenguknya. Miranti juga sabar.
Tapi malam hari itu kesabarannya hilang, ketika Tejo membawa seorang gadis didalam mobil, lalu ketika Tejo turun sebentar dan Miranti menanyakannya, Tejo marah bukan alang kepalang.
“Siapa itu mas?”
“Siapapun dia, apa perduli kamu?”
“Mas lupa bahwa aku isteri kamu?”
“Haaah.. isteri apa? Kamu kan tahu bahwa aku tidak mencintai kamu? Gadis itulah yang aku cintai, bukan kamu.”
“Maas.”
Tapi Tejo meninggalkannya, lalu pergi membawa gadis itu.
“Sabaaar...” tapi tidak, kali itu dada Miranti terasa gemuruh. Walau tadinya tak cinta, tapi kalau suami membawa perempuan lain dimobilnya dan pergi begitu saja, ditambah kata-kata bahwa dia tak mencintainya, membuat kesabaran itu tumbang. Ia mengunci pintu dan menangis keras didalam kamarnya. Kepada siapa dirinya mengadu? Orang tuanya? Tidak, Miranti tak ingin membuat orang tuanya kecewa. Seperti juga Tejo yang selalu berbaik-baik kepada dirinya sa’at orang tuanya ada.
Sandiwara berdarah, kehidupan ini yang dirasakan Miranti dari hari kehari.
***
“Isteri kamu itu cantik lho mas, mengapa kamu tidak mencoba mencintainya?”
“Anisa, kamu kan tahu bahwa aku hanya mencintai kamu? Mana mungkin aku bisa mencintai wanita lain?”
“Tapi dia kan isteri kamu mas.”
“Aku melakukannya karena baktiku kepada orang tua, tapi perasaanku menolaknya.”
“Kasihan dia...”
“Anisa, mengapa kamu justru mengasihani dia? Bukannya mengasihani aku yang hidup bersama orang yang tidak aku cintai.”
“Ia pernah melihat aku didalam mobil mas, pasti dia terluka.”
“Mana mungkin, dia juga tidak mencintai aku.”
“Aku mendengar ketika dia berteriak.”
“Nisa, sudahlah, aku hanya ingin bersenang-senang bersama kamu, jangan membawa-bawa dia dalam pertemuan ini. Atau kamu sebenarnya ingin meninggalkan aku?”
“Mas Tejo, pasti mas tahu bahwa aku sangat mencintai mas Tejo. Tak usahlah hal itu ditanyakan.”
“Kalau begitu berhentilah membicarakan tentang dia.”
Anisa tersenyum. Sa’at tangannya ada dalam genggaman Tejo, sa’at mata bertaut penuh rasa, yang ada hanyalah bahagia.
“Tapi aku kok tidak percaya sih mas..”
“So’al apa?”
“Mas hidup serumah, tidur seranjang, masa tidak melakukan apa-apa?”
“Apa aku harus bersumpah supaya kamu percaya?”
“Bagaimana kalau mas tidak sadar.. lalu..”
“Nisa, kan aku sudah bilang bahwa kita tidak usah membicarakan dia?”
“Tapi sebenarnya aku ingin bertanya. Akan dibawa kemana hubungan kita ini mas, masa kita harus pacaran dengan sembunyi-sembunyi? Sampai kapan mas? Aku kan lama-lama juga menjadi tua?”
“Nisa, aku akan mengambil kamu sebagai isteri, tapi aku sedang mencari sa’at yang baik.”
“Iya aku tahu, karena kedua orang tua kamu tidak suka sama aku. Kan aku hanya anak orang biasa, bukan sama-sama pengusaha seperti kamu dan isteri kamu?”
“Benar, tapi sa’at itu pasti ada. Percayalah.”
“Apakah menunggu kalau aku sudah hamil duluan?”
Dan kata-kata Anisa itu menimbulkan ide dihati Tejo. Kalau Anisa mengandung, pasti ada alasan baginya untuk mengambilnya sebagai isteri.
“Begitu kah mas?”
“Anisa, aku akan memikirkannya. Barangkali kamu benar.”
Lalu sejak malam itu Tejo selalu pulang larut, bahkan menjelang pagi. Miranti si pemilik hati sabar lama-lama membiarkannya.
***
“Miranti, jam segini suami kamu belum pulang?” tanya bu Kusumo ketika suatu sore mampir kerumah, dan melihat Miranti duduk di teras sendirian.
“Belum ibu, barangkali sebentar lagi.” Jawab Miranti sambil menyuguhkan teh hangat untuk mertuanya.
“Ibu melihat kantornya sudah tutup, ibu tadi lewat sana lho.”
“Mungkin mampir kemana.. gitu bu.”
“Baiklah, ibu akan menunggunya sebentar.”
“Silahkan diminum ibu,” kata Miranti mempersilahkan.
“Miranti, kamu kok masih langsing, belum ada tanda-tanda memberikan cucu untuk ibu?”
Miranti menunduk. Bagaimana bisa hamil, bersentuhan saja belum pernah.
“Sudah tiga bulan lebih kalian menikah, ya kan? Ibu sudah rindu menggendong cucu.”
“Ibu sabar ya.. kami.. mm.. masih ingin pacaran dulu,” jawab Miranti sekenanya.
“Walaaah, pacaran itu kan kerjaan anak-anak muda. Kalau kalian saling mencintai, hidup rukun dan bahagia, rasanya juga akan seperti pacaran. Dan itu tidak menghambat keinginan kalian untuk segera punya momongan.”
“Iya bu.”
“Nanti aku mau bilang sama Tejo.”
Hati Miranti tercekat.
“Bilang yang bagaimana ? Nanti malah mas Tejo marah-marah dan mengira aku yang minta,” kata batin Miranti.
Mereka berbincang agak lama, sementara hari mulai gelap.
“Kok belum pulang juga, kemana saja anak itu? Ya sudah ibu pulang dulu, ini tadi sambil beli sate ayam pesanan bapak, nanti bapak kelamaan menunggu. Ini untuk kalian berdua,” kata bu Kusumo sambil menunjuk kearah bungkusan yang sudah dari tadi diletakkannya dimeja.
“Tidak menunggu mas Tejo dulu bu?”
“Tidak, sudah lama ibu menunggu. Nanti ibu telpon saja supaya dia besok mampir kerumah. Dan sebenarnya yang mau ngomong-ngomong itu bapakmu, jadi walaupun nanti ketemu, aku juga cuma mau bilang kalau suami kamu disuruh ketemu bapak, begitu.”
“Baiklah bu.”
“Nanti sampaikan saja, atau kalau tidak biar aku telpon saja dia.”
***
Miranti masuk kedalam kamarnya, membaringkan tubuhnya tanpa berharap suaminya akan pulang cepat. Kebiasaan yang sebulan ini dilakukan suaminya, yaitu pulang menjelang pagi, sama sekali tak lagi mengusik hati Miranti. Ia yakin Tejo sedang bersama perempuan itu, yang entah siapa namanya dan seperti apa wajahnya, Miranti sama sekali tidak tahu, atau tak mau tahu. Bayangan sekilas yang pernah dilihatnya didalam mobil, tak menampakkan sebuah wajah yang jelas, kecuali bahwa dia perempuan.
Sebuah dentang pesan singkat membuat Miranti meraih ponsel yang diletakkan di meja dekat ranjangnya, dan membukanya.
Miranti menatap wajah yang ada di profil WA itu, dan dadanya berdegup kencang. Wajah tampan yang periang itu muncul, menampakkan sorot mata tajam yang teduh, serta bibir yang selalu mengulaskan senyum. Senyuman itu dulu selalu membuatnya merasa nyaman.
Lalu dia pergi entah kemana, dan Miranti melupakannya.
“Kamu masih Miranti kan ?”
“Pram ?”
“Ahaaa... ternyata masih mengenaliku. Apa kabar bidadari?”
Hati Miranti berdesir. Pramadi selalu memanggilnya bidadari. Dulu mereka sangat dekat, sering jalan berdua, tapi walau saling merasa suka, tak pernah mengucapkan cinta. Lalu selepas kuliah Pram tiba-tiba menghilang.
Lalu sebuah emoticon berbentuk jantung berderet deret dikirim oleh Pramadi.
“Pram, kamu ada dimana ?”
“Aku ada di Solo, besok ketemuan ya? Kamu ada dirumah?”
“Pram, aku ingin ketemu, banyak yang ingin aku katakan sama kamu. Mengapa kamu tiba-tiba menghilang,” lalu Miranti mengirim emoticon orang menangis.
“Haloooow... ada apa ?”
“Besok saja Pram, ketemu di warung pecelnya bu Mini ya, jam sebelas.?”
“Oke sayang, jam sebelas?”
“Baiklah, jam sebelas.”
Miranti mendekap ponselnya, wajah tampan yang pernah membuatnya jatuh hati itu melintas dalam angan-angannya.
“Kemana saja kamu selama ini? Aku kehilanganmu Pram,” bisiknya sedih.
Masa-masa itu sangat indah. Sa’at Miranti sedang suntuk, Pram mendekatinya sambil bersenandung. Miranti suka, suara Pram sangat bagus.
“Pram, kenapa kamu tidak jadi penyanyi saja?” katanya waktu itu.
“Busyettt.. bisa kabur semua orang mendengar suara aku.”
“Tidak Pram, bagus kok.. sungguh.”
Lalu Pram bersenandung, dibisikkannya ketelinga Miranti.. I can’t stop loving you..
“Ya Tuhan, apa yang harus aku katakan nanti sa’at ketemu dia? Bagaimana sikap dia nanti kalau tahu bahwa aku sudah menikah?”
Miranti terlelap sambil mendekap ponselnya. Ada senyum dibibirnya ketika Tejo yang baru datang menjelang pagi itu masuk kekamarnya.
Lalu Tejo menatap wajah polos dengan mata terpejam tapi senyuman tersungging dibibirnya. Lalu ia merasa, alangkah cantik sesungguhnya Miranti.
Tejo keluar dari kamar mandi dan berganti piyama tidur, dan ketika ia ingin membaringkan tubuhnya, tertangkap lagi wajah cantik itu.
“Apa aku sudah gila?”
Lalu perlahan dia naik ke pembaringan, merebahkan tubuhnya disamping Miranti, sambil sekali lagi melirik wajahnya, baru kemudian memejamkan matanya.
***
Miranti memasuki warung ketika suasana masih sepi. Belum waktunya makan siang, jadi dia bisa memilih tempat duduk yang menurutnya nyaman. Tapi tiba-tiba dilihatnya seseorang melambaikan tangannya. Berdebar Miranti menatapnya. Pramadi masih seganteng dulu. Bergegas dia mendekat dan dengan erat Pramadi memeluknya.
Alangkah nyaman berada dalam pelukannya. Serasa tak ada luka dan derita yang disandangnya.
“Bidadariku masih seperti dulu,” kata Pram sambil melepaskan pelukannya.
Mereka duduk berhadapan, saling tatap dan seakan melepaskan rasa rindu.
“Aku kehilangan kamu Pram..”
“Ma’af cantik, banyak yang harus aku ceritakan.”
Pram memesan makanan kesukaannya, nasi pecel dengan telur ceplok dan rempeyek teri, dua porsi, es beras kencur dua porsi.
“Kamu masih ingat makanan kesukaan kamu Pram.”
“Ingat dong, tapi begitu aku sehat, yang aku ingat hanya kamu.”
“Kamu sakit?”
“Aku sakit, selama tiga bulan dirawat di Singapura. “
“Ya Tuhan, kamu sakit apa?”
“Operasi ginjal. Ginjalku tinggal satu sekarang.”
“Mengapa tidak memberi tahu aku?”
“Mana bisa? Aku juga kehilangan kontak kamu karena tidak boleh membawa ponsel selama dirawat. Aku parah ketika itu.”
“Pram... aku ikut prihatin..”
“Tidak, aku sehat sekarang, lalu aku kembali ke Solo. Hal pertama yang aku ingat adalah kamu. Ternyata kamu masih seperti dulu. Kamu masih bidadari cantikku.”
Miranti menunduk sedih.
“Hei... senyum dong, ada apa nih?”
Ketika pesanan mereka datang, keduanya melahap makanannya dengan nikmat. Miranti sedang mengurai kata-kata untuk mengatakan keadaan sebenarnya tentang dirinya.
“Sekarang katakan, mengapa kamu tampak sedih, apa kamu mau aku menyanyikan sebuah lagu?”
Tiba-tiba sepasang anak muda memasuki warung itu. Jantung Miranti hampir copot ketika mengetahui pasangan itu. Tejo dan seorang wanita.
***
Besok lagi ya
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali.
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Yang baru masih anget Bu Tien hehehe... Trimakasih Bu Tien...smoga sllu sehat n semangat trs dlm berkarya, salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteSelamat datang serial baru ... dan penggemar karya Mbak Tien ternyata buanyaak jumlahnya ... salqh satu bukti karya indah mbak Tien ngangeni .. hehehehe ... semoga selalu sehat, manfaat salam syukur sejahtera
DeleteAlhamdulillah.....
DeleteAkhirnya yang ditunggu tunggu hadir juga
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Alhamdulillah CERBUNG baru Ada Yang Masih Tersisa (AYMT) 01 sudah terbit.
DeleteMatur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Alhamdulillah.... cerbung baru sdh tayang. matur nuwum Mbak Tien, yg selalu membuat pembaca penasaran....
DeleteSalam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan pembaca yg budiman selalu sehat dan sukses.
Mstur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam.sehat dati Batang
Asyiikk nee udah muncul cerita barunya ditunggu lanjutannya Buu...
ReplyDeleteSugeng dalu mbak Tien...
ReplyDeleteMaturnuwun cerbung barunya..
Awal2 udh mak dheg...
Lanjuut mbak Tien..
Salam sehat dari bandung.
Terima kasih atas hadirnya episode baru AYMT 01.
ReplyDeleteSalam kami dari Yk.
Akhirnya yang ditunggu muncul ..trm kasih bu Tien ... sehat selalu ya
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien cerita barunya... Salam sehat dari Yogya. 😍
ReplyDeleteMatur nuwun ..mbak Tien..🙏. Salam sehat bahagia... #selamat pagi.mesra disapa..malampun enggan. melangkahkan kaki..❤️ sepenggal lirik lagu Wulandari..🙋
ReplyDeleteMet malam Bunda.Asyik CERBUNG barunya dah keluar.Makasih Bunda dan ditunggu selalu lanjutannya.Sukses buat Bunda semoga Bunda selalu sehat dan bahagia
ReplyDeleteAlhamdulilah....yg dinanti sdh muncul cerbung baru... Salam sehat dan bahagia Bu Tien & keluarga.
ReplyDeleteAlhamdulillah... cerbung barunya sdh hadir. Salam sehat bahagia sll mbak Tien & keluarga. Dr Bekasi tetep setia
ReplyDeleteAlhamdulillah yang ditunggu akhirnya datang juga
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Kutunggu kelanjutannya ,semoga bu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo
wah bakalan seru lagi nih. siap menunggu
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien... Cerbung baru muncul... bakal seru.Smg mbak tien sll dlm lindungan Allah SWT
ReplyDeleteAlhamdulillah cerbung barunya yg berjudul "ADA YANG MASIH TERSISA" (ADYT) sudah mulai tayang perdana.. terimakasih bu Tien.. semoga panjenengan tetap sehat dan bahagia dlm lindungan Allah SWT.. Aamiin YRA..
ReplyDeleteMbak Tien..maturnuwun sudah ada cerbung baru.
ReplyDeleteSaya heran..nulisnya kapan ya...karena mbakyu masih aktif bekerja dari sore hingga malam.
Semoga sehat s3lalu..dan teruslah berkarya..
(Iyeng Sri Setiawati di Semarang)
Pemanasan
ReplyDeleteAkhirnya ..... Yg baru dah muncul.
ReplyDeleteMatur nuwun, mbak Tien.
Terimakasih Bu Tien, sudah tayang cerita yang baru. Penambah semangat untuk memulai hari baru
ReplyDeleteSehat selalu tuk ibu n klg.
ReplyDeleteTerima kasih bu, cerbung nya da muncul, setelah bolak balik buka hp..
Hehehe..
Alhamdulillah AYMT 01 sdh tayang
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Alhamdulillahakhirnya yang digunggu datang juga. Terima kasih mbak Tien. Salam Dewi dari Purworejo
ReplyDeleteMakasih mbak Tien....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah telah hadir kembali cerita dari Bu Tien yg tetap menarik. Terimakasi, semoga Bu Tien senantiasa sehat wal afiat, dalam lindungan dan hidayah Allah Swt. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin. Salam sehat.....Mashudi Pondok Gede...
ReplyDeleteIh...seru seru seru ... mantafff
ReplyDeleteSalam kenal mb Tien,saya suka cerbung mb...🙏
ReplyDeleteSelamat pagi mba Tien, terima kasih cerbung baru sdh terbit.
ReplyDeleteDari cerita awal cerbung ini kekihatan menarik dan siap menguras emosi pembaca. Salam sehat dan semangat terus 👍👍🙏🙏
Alhamdulillah edisi perdana cerbung baru sudah hadir setelah itu melatih kesabaran menunggu kelanjutannya terimakasih bu Tien tetap sehat dan semangat
ReplyDeleteSalam kenal Mbak Tien salam sehat. 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah cerbung baru telah hadir, matur nuwun Bu Tien, sangat menghibur, kl sehari blm baca cerbungnya, rasanya masih ada yg kurang hehe... moga Bu Tien sekelg besar sll dlm lindungan NYA
ReplyDeleteSalam hangat, Damayanti, Yogyakarta
ReplyDeleteTerima kasih seekali Mbak Tien... yang ditunggu tunggu dari kemarin akhirnya nongol juga.. Terima kasih dan smoga Mbak Tien selalu sehat. Salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteMaturnuwun mbk Tien....
ReplyDeleteSudah menghibur kita semua,smg mbk Tien selalu sehat dan dirahmati Allah SWT,Aamiin
Sepertinya yg baru bakalan seruuu...di tunggu lanjutannya nya
ReplyDeleteSuwun Bu Tien... AYMT 01 yg ditunggu udah tayang. Baru awal udah buat dag dig dug nihh... ditunggu cerita selanjutnya.
ReplyDeleteSalam sehat buat Bu Tien dari Semarang 🙏
Tq mb Tien cerita baru muncul jg.
ReplyDeleteSalam, Ari,gumpang kartasura
Tq mb Tien cerita baru muncul jg.
ReplyDeleteSalam, Ari,gumpang kartasura
Tks Bu Tien , emang sll daku nantikan cerbungnya , smoga sehat sll nggeh
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu2 sdh hadir mksh mb Tien salam sehat sll
ReplyDeleteAlhamndulillah....terimakasih mbak tien
ReplyDeleteSalam sehat dan jumpa kembali di serial baru mbak Tien, semoga tidak kalah seru dengan cerbung² sebelumnya. Semangat dan semoga sukses mbak Tien.
ReplyDeleteNuwun
Puji Tuhan, baru eps 1 sdh bikin penasaran... Lanjut bu Tien Yustinhar dkk menunggu...
ReplyDeleteMatur nuwun.
Kmrn mencb mencr blm ketemu tyt mlm ini 2 eps sekaligus muncul...satu dl yg fibc... Akankan mereka sama2 verpisahbutk sm2 bersatu dg pasangan yg lainnya? Ikut alur crt authir sj...pasti happy ending ntinya...
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien,, sehat terus ya Bunda ,,Aamiin 😍😍😍
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien,, sehat terus ya Bunda ,,Aamiin 😍😍😍
ReplyDeleteMtur swun Bun...
ReplyDeleteMugi2 sehat terus...
Sehat wal'afiat jasmani dan rohani selalu bersama keluarga, mba' Tien...
ReplyDeleteBarokallahu fiik...
Semoga sehat selalu Bu. Teruslah berkarya
ReplyDelete