BAGAI REMBULAN 10
(Tien Kumalasari)
Wajah Indra muram tertutup mendung, dan bu Diana menangkap wajah itu, dan kesal atas sikap Lusi yang menurutnya tidak sopan.
“Jeng Lusi itu bagaimana, kurang sopan lho berkata begitu, sementara ada jeng Indra disamping suaminya,” tegur bu Diana.
Bukannya malu Lusi malah terkekeh senang.
“Tidak apa-apa mbakyu, isterinya sudah tahu kok.”
“Tidak, aku tidak tahu,” tukas Seruni sambil menatap tak senang kearah Lusi.
“Kami tidak pernah pacaran, hanya teman sekampus mbak, cuma dia tidak sempat menyelesaikan kuliahnya.” Indra menerangkan.
Bu Diana mengangguk, sedikit ada rasa tak suka pada calon besannya.
“Ah, biasa lah mbakyu, mana berani Indra mengakuinya sementara ada isterinya disampingnya.”
“Aku kira setelah semakin tua kamu bisa mendandani sikap kamu yang tak tahu malu. Ternyata masih sama.”
“Sudah mas, kasihan mbak Diana kalau ribut disini.”
“Ma’af mbak, aku permisi dulu ya, lain kali aku akan mengunjungi mbak dirumah.”
“Ya ampuun, kangennya belum sembuh nih,” kata bu Diana ketika Indra dan Seruni menyalaminya.
“Tapi nanti aku undang harus datang lho ya, ajak anak-anak kalian, dan juga orang tuanya Dayu, eh ada kakaknya kok ya, pokoknya satu keluarga harus dibawa semua.” lanjut bu Diana.
“Benar, apalagi nanti di pernikahan Aliando dan Susan,” sambung Lusi masih tak bisa menata sikapnya.
Keduanya tak menjawab dan berlalu..
“Dayu.. ikut bareng kami nggak?” sapa Seruni.
Tiba-tiba Aliando muncul..
“Lhoh, ada pak Indra dan bu Indra?”
“Apa kabar Liando?”
“Baik pak.. kok tiba-tiba ada disini?”
“Liando, ternyata mama tuh kenal baik sama pak Indra, termasuk ayahnya juga ibu kenal.” Kata bu Diana.
“Oh, ternyata dunia sangat sempit. Lha kok sepertinya sudah mau pulang nih?”
“Kami sudah lama, itu Dayu kalau mau biar bareng saya saja,” kata Indra.
“Tidak om, biar Aliando saja yang mengantar.”
“Iya Ndra, Dayu kan adiknya Aliando, biar dia yang mengantar.”
Indra dan Seruni tersenyum, menatap senang pada Dayu.
“Baiklah, aku pulang dulu nak..”
Ketika keduanya berlalu, Aliando pamit pada mamanya untuk mengantar Dayu.
“Aliando antar Dayu dulu ya ma, kasihan, tampaknya dia sudah mengantuk.”
“Eeh.. nggak.. aku baik-baik saja kok.”
“Iya.. iya.. kasihan dia sudah dari tadi,” sambung bu Diana sambil tersenyum.
Aliando menggandeng Dayu mengajaknya keluar.
“Aliando, bolehkah aku ikut mengantar Dayu?” tiba-tiba Susan sudah mendekati Aliando.
“Tidak, kamu disini saja,” kata Aliando lalu berjalan keluar sambil menarik tangan Dayu.
“Ibu, saya pulang dulu,” kata Dayu berpamit.
“Hati-hati nak.”
Lusi benar-benar kesal, tapi dasar Lusi, di tak kehabisan akal.
“Aduh mbakyu, saya lupa ada janji sama orang, saya pamit dulu ya mbakyu, biar Susan menemani mbakyu disini.”
“Tidak apa-apa jeng, tidak usah ditemani, Aliando kan tidak lama.”
“Biar saja mbakyu, Susan kan harus belajar melayani mbakyu,” kata Lusi tanpa menunggu jawaban selanjutnya, meninggalkan Susan begitu saja.
Bu Diana tampak kurang senang menyaksikan sikap Lusi, sejak awal kedatangan Indra. Ia tak memperdulikan Susan yang duduk disebelahnya, lalu memejamkan matanya.
Susan kesal dengan sikap bu Diana yang tak perduli akan keberadaannya. Ia ingin mengajaknya bicara tapi tidak berani. Lalu ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada mamanya.
“Ma, sebel deh, masa tante Diana malah tidur dan tidak memperhatikan aku? Mengapa sih mama meninggalkan aku sendiri disini?”
“Sabar Susan, sebentar lagi Aliando datang, mintalah agar dia mengantarkan kamu pulang. Itu lho maksud mama tadi.”
“Tapi aku bosan. Aliando juga lama sekali nggak datang-datang.”
“Sabarlah sebentar. Jangan mengeluh terus.”
Susan menutup ponselnya dan benar-benar merasa sendirian. Lalu dia berdiri dan berpindah duduk disofa.
Bu Diana membuka matanya, melirik sedikit, lalu kembali memejamkan matanya. Memang tadi dia tidak tidur, hanya menghindari berbincang dengan Susan. Entah mengapa tiba-tiba timbul rasa tidak sukanya terhadap Lusi dan tentu saja anaknya.
“Aku sudah terlanjur berjanji akan berbesan dengan dia, tapi kok tiba-tiba aku nggak suka pada sikapnya ya. Tampak kasar dan tidak memiliki etika. Aku harus mengerti lebih jauh tentang keluarganya sebelum aku memastikannya,” bisik batin bu Diana.
“Mama tidur ?” tiba-tiba Aliando muncul. Lalu menatap tak senang ketika melihat Susan duduk sendirian di sofa.
Bu Diana membuka matanya.
“Kamu sudah mengantarkan Dayu?”
“Sudah ma. “
“Sekarang antarkan dia pulang sekarang.”
“Dia ?”
Susan menatap Aliando, penuh harap.
“Aliando panggilkan taksi saja ma, capek nih.”
“Tolonglah, hanya mengantar dan segera kembali kemari.”
“Ya sudah, ayo.” Kata Aliando yang takut mengecewakan mamanya.
Susan hampir bersorak. Dan tanpa pamit dia langsung mengejar Aliando yang sudah berjalan lebih dulu keluar kamar.
Bu Diana hanya geleng-geleng kepala.
“Ternyata jauh sekali bedanya dengan Dayu, yang katanya anak seorang bekas pembantu. Lama-lama aku merasa bahwa Lusi sengaja menjatuhkan nama Dayu didepanku.” Gumam bu Diana.
***
Aliando menyetir mobilnya dan membisu. Gadis disebelahnya sudah gelisah dan menunggu sang ganteng menyapanya.
“Aliando.. aku lapar.”
“Ini sudah hampir sampai dirumah kamu, jadi kamu bisa makan lebih enak.”
“Aku ingin makan bakso..”
“Pasti akan banyak tukang bakso lewat depan rumah nanti.”
“Aliando..”
Susan kesal, Aliando tak bergeming.
“Aliando, kita ini kan calon suami isteri, mengapa sikapmu begitu?”
“Aku harus bagaimana? Menuruti semua kemauan kamu? No, aku capek dan aku ingin segera istirahat.”
Susan cemberut. Sampai didepan rumah, mobil itu berhenti dan Aliando mempersilahkan Susan turun.
“Sudah sampai.”
Susan masih tetap duduk, ia ingin meraih tangan Liando dan menciumnya, tapi Liando mengibaskannya.
“Silahkan buka sendiri pintunya,” kata Liando tandas.
Susan membuka pintu sambil menitikkan air mata.
“Kamu kejam Liando,” katanya terisak lalu menutup pintunya dengan keras.
“Aku kejam? “
Liando tak perduli, ia memacu mobilnya kembali kerumah sakit.
***
“Mamaaaaa....” teriak Susan sambil memasuki rumahnya, air matanya berjatuhan seperti hujan.
“Aduuh, anak mama sudah pulang? Bagaimana ? Diantar Aliando seperti harapan mama kan? Asyik nggak, asyik nggak.? Lho.. kok kamu nangis?”
Susan menjatuhkan tubuhnya di sofa, air matanya masih bercucuran. Lusi mendekatinya dan duduk disampingnya.
“Ada apa? Kamu diantar Aliando kan?”
“Iya sih, tapi sikapnya nyebelin !! Sama sekali tidak ramah. Aku pengin mampir beli bakso, dia nggak mau, aku bilang lapar, dia nggak perduli. Ketika mau keluar dari mobil dia bilang buka sendiri pintunya. Siapa yang tidak sakit ma?”
“Kurangajar dia, aku akan melaporkan semua ini pada tante Diana. Dia pasti nggak suka sikap Liando seperti itu. Masa sama calon isteri begitu kasarnya? Tapi nanti saja, menunggu kalau dia sudah tenang dirumahnya.”
“Iya ma, sakit hati aku ma..”
“Ya sudah, kamu sabar saja dulu, nanti mama urus semuanya.”
“Ada apa, pulang-pulang mewek ?” tiba-tiba Anjas muncul dari kamar.
“Tuh, Liando sangat kasar sama adik kamu, kamu sih, bukannya ikut memikirkan adik kamu, ngelayap saja dan tidur pekerjaan kamu.”
“Ma, nanti kalau Susan sudah menikah, aku akan bekerja dikantor iparku, ya kan San? Ya sudahlah, sekarang aku puas-puasin bersenang-senang. Main, tidur, apa lagi? ”
“Bodoh! Bantu dulu agar Liando suka sama adik kamu, enak saja belum-belum minta pekerjaan.”
“Iya.. iya, aku pasti memikirkannya, kamu tenang saja San.”
***
“Aduh, kasihan bener bu Diana kalau jadi berbesan sama Lusi. Bagaimana bisa tiba-tiba orang baik seperti bu Diana memastikan akan mengambil menantu anaknya Lusi?” kata Seruni gemas malam itu.
“Aku juga heran. Tapi tampaknya mbak Diana juga kesal melihat sikap Lusi tadi.”
“Sungguh tidak ber etika.”
“Suatu hari aku akan bilang sama dia agar keputusan tentang perjodohan itu dipertimbangkan lagi. Kasihan Aliando dong.”
“Iya mas, tapi kan kita diundang pada acara syukuran nanti, mas bisa bicara sama dia.”
“Iya, kalau bisa. Tapi aku yakin Lusi juga pasti ada disana.”
“Bagusnya bu Diana tidak usah mengundang Lusi.”
“Semoga saja. Tapi aku senang bu Diana bersikap baik sama Dayu. “
“Dayu kan juga gadis yang baik, dan santun. Bu Diana pasti bisa menilai.”
“Tak urung semua perjalanan cinta anak-anak, kita juga harus mengikutinya.”
“Benar mas.. semoga anak-anak kita akan menemukan jodoh yang baik.”
“Dulu kisah cinta kita mulus, ya kan?”
“Ada sedikit halangan, karena aku juga anak orang tak punya.”
“Tapi bapak tidak mempermasalahkan .. “
“Yang jadi masalah yaitu ketika kita lama sekali tidak segera punya keturunan.”
“Dan Tuhan Maha Pengasih akhirnya memberikannya. “
“Anak-anak yang baik..”
“Tapi aku heran, mengapa Naya tak pernah kelihatan bahwa dia sudah punya pacar ya?”
“Iya, Yayi juga tidak tahu tuh,”
“Belum ketemu jodohnya, jangan khawatir.. apalagi anak laki-laki, kita tidak usah tergesa-gesa.”
***
Hari itu bu Diana boleh pulang kerumah, dan kebetulan juga Indra dan Seruni sedang kembali membezoek, sehingga bisa mengantarkannya pulang.
“Ini sebuah kebetulan yang bagus mbak, tiba-tiba saya dan Seruni ingin membezoek lagi karena kemarin itu rasanya kok belum puas berbincang. Ee, ternyata mbak Diana sudah akan pulang. Senang saya mbak.”
“Berarti diantara aku dan kamu ada ikatan persaudaraan yang kuat ya Ndra,” canda bu Diana.
“Iya benar mbak. Saya tidak mengira bisa bertemu lagi setelah sekian puluh tahun berpisah.”
“Benar Ndra, seringlah kerumah nanti, terutama jeng Indra, supaya aku tidak kesepian.”
“Saya akan sering kerumah nanti mbak.”
“Oh iya, begitu mau pulang, lalu jadi teringat, mungkin seminggunan lagi aku akan mengadakan syukuran, pas hari minggu ya jeng, dimana kira-kira saya bisa memesan masakan yang enak ya jeng? Masakan jawa saja, sederhana tapi enak.”
“mBak, ibunya Dayu itu kan pinter memasak?”
“Wauuuw.. benarkah? Kalau begitu aku minta tolong, bilang sama ibunya Dayu, eh.. bu siapa namanya? “
“Bu Tikno, mbak.”
“Naa.. bilang sama jeng Tikno bahwa saya mau pesan untuk hari Minggu. Enaknya apa ya jeng?”
“Nanti biar dia ketemu mbak Diana sendiri, sehingga bisa berbincang tentang masakan yang mbak Diana suka. Dia memang sering menerima pesanan kok mbak.”
“Bagus sekali jeng, ya sudah, tidak usah mencari jauh-jauh. Kapan ya jeng Tikno bisa ketemu aku?”
“Nanti akan saya antar ke rumah mbak Diana.”
“Terimakasih banyak ya jeng. Seneng aku.”
“Mama sudaah siap?” tiba-tiba Aliando muncul.
“Sudah dari tadi, ini pak Indra juga mau mengantar mama sampai kerumah kok.”
“Oh, terimakasih banyak, ayo sekarang kita berangkat.”
***
“Aduuh, mengapa sih saya bu Indra? Takut saya..” kata Surti ketika Seruni mengutarakan keinginan bu Diana memesan makanan.
“Kok takut sih, kenapa? Kamu kan pintar masak Surti?”
“Tapi masak untuk orang seperti bu Diana, kedengarannya serem.”
Seruni tertawa.
“Kok serem sih, bu Diana itu orangnya baik. Sungguh, dan kamu masak selalu enak. Percayalah, tak akan mengecewakan.”
“Bagaimana kalau bu Diana nggak suka, lalu marah-marah?”
“Aduh Surti, sudahlah, aku yang tanggung jawab. Besok aku samperin kamu untuk pergi kerumah bu Diana dan nanti berbicaralah so’al masakan apa. Dia minta masakan Jawa, tidak aneh-aneh, kamu pasti bisa.”
Surti tersenyum, tapi tak urung batinnya berdebar juga.
“Ayolah Surti , apa yang kamu takutkan? Karena dia urung jadi besan kamu?” goda Seruni.
“Ah, bu Indra.. bisa saja..”
“Oke Surti, besok kira-kira jam sepuluh aku samperin kamu. Ini rejeki Surti, jangan ditolak.”
“Baiklah bu Indra,” akhirnya jawab Surti, setelah menghempaskan nafas panjang.
“Baiklah, jangan lupa jam sepuluh aku samperin kamu ya.”
“Baik bu Indra.”
***
“mBakyu, saya senang mbakyu sudah pulang kembali dan tampak sehat,” kata Lusi ketika datang kerumah bu Diana siang itu.
“Iya jeng, sudah capek sebenarnya keluar masuk rumah sakit.”
“mBakyu ini sangat kuat, pasti akan selalu sehat.”
“Terimakasih jeng.”
“Saya dengar dulu mbakyu ingin mengadakan syukuran, kapan akan dilaksanakan mbakyu?”
Mendengar pertanyaan itu bu Diana tampak tidak senang. Ia merasa Lusi selalu ingin mencampuri semua urusan dan keinginannya.
“O, itu, aku belum tahu jeng, menunggu kalau aku sudah benar-benar boleh menerima banyak tamu. Dan tentu saja tergantung Aliando akan diadakan kapan, so’alnya aku ini sudah dilarang memikirkan banyak hal.”
“Iya mbakyu, baiklah, nanti kalau siap kabari saya, bukankah sebagai calon besan saya juga ingin membantu?”
“Ya jeng, difikirkan nanti kalau aku sudah siap saja.”
“Baiklah mbakyu, nanti saya akan memilihkan catering yang sudah terkenal, masakannya top enaknya, bisa masakan Cina, bisa masakan Belanda, pokoknya apa saja bisa.”
“Saya lebih suka masakan Jawa. Masakan Jawa itu sederhana , tapi ngangenin.”
“Oo, dia juga bisa mbakyu, pokoknya mbakyu tidak akan kecewa. Berapa tamu yang akan diundang?”
“Tidak banyak, tapi so’al masakan itu aku sudah pesan sama jeng Indra.”
“Oh, begitu ? Di catering mana Seruni akan memesan masakannya?”
“Ibunya Dayu kan pinter memasak?”
“Ya ampun, Surti yang akan mbakyu suruh memasak? Mana sesuai dengan selera kalangan atas mbakyu, nanti mbakyu akan malu lho.”
Bu Diana menatap Lusi tak senang. Ia sering mendengar Lusi menjelek-jelekkan Dayu, dan sekarang ibunya.
“Nggak apa-apa jeng, dirumah ini tidak ada yang berbeda kalangan. Itu hanya ungkapan rasa syukur saya karena sudah diberikan kesembuhan.”
Dan Lusi terdiam dalam rasa kecewa dan kemarahan yang digenggamnya dalam-dalam.
***
Seperti biasa Dayu sepulang kuliah tidak pernah langsung pulang, apalagi kalau hari belum siang benar. Ia duduk ditepian sungai, memainkan kakinya didalam air bening yang mengalir tanpa mengenal letih.
Bersama alir sungai itu, akan berakhir kisah cintanya bersama Aliando, dan alir sungai itu akan menemukan muara yang berbeda. Kicau burung kecil diatas pohon sana seakan menyanyikan sebuah lagu duka, lagu cinta yang pedih perih.. O, cintaku.. aku rela melepasmu, jangan buat sedih hatiku. Lalu titiklah air matanya. Bagaimanapun terhiburnya hati atas kebaikan bu Diana, tak bisa sepenuhnya membalut lukanya. Aliando menjadi kakak angkatnya, dan itu sungguh berbeda.
“Ya.. sudahlah, bukankah aku sudah bersedia dan siap menerimanya?” bisiknya lirih.
Dayu menggerak-gerakkan kakinya di air, dan membiarkan air yang berkecipak membasahi bajunya.
Tiba-tiba Dayu terkejut, sepasang tangan menutup matanya dari belakang.
“Liando...”
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah BR~10 sudah tayang.. maturnuwun Bu Tien.. semoga tetap sehat semangat.. Aamiin..
ReplyDeleteMtr nwn mbak Tien...Kawulo alit temanggung πππ
ReplyDeleteMks ya mbak Tien...Kawulo alit temanggung mawantu wantu. πππ€πππ
ReplyDeleteAlhamdulillah BAGAI REMBULAN 10 sudah hadir.
ReplyDeleteMatur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang.
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Haryantu Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan,
Sastra, Wo Joyo,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Purwani Utomo, Giyarni,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Jombang,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Matur nuwun Mbak Tien, alhamdulillah yang ditunggu sdh tayang.
DeleteSalam dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan sahabat pembaca sehat dan sukses selalu.
Alhamdulillah....
DeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir
Matur nuwun Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Rasa penasaran dengan cerita kemarin sudah terobati dengan hadirnya lanjutan nya malam ini, tapi gak taunya tambah penasaran lagi..π€π€π€ makasih Bu Tien.. semoga sehat selalu, salam dari Nias ππ
ReplyDeleteSemakin seru
ReplyDeleteTerima kasih mba Tien, semoga sehat selalu. πͺπͺπππ
Wah cerbung lanjutan sdh hadir.
ReplyDeleteTerina kasih jeng tien, salam sehat
RB 10 sdjmh tayang.....seru banget mtr nwn bu Tien sehat selaku dan terus berkarya
ReplyDeleteBR 10 sdh tayang...smg kebahagiaan melingkupi hati kita semua baik pembaca sekaligus bgtu harapan mb Tien sbg penulis..slm seroja utk kita semua...aamiin yra
ReplyDeleteMakasih Bunda yang ditunggu sudah tayang, semoga Bunda selalu diberi oleh Allah SWT kesehatan, kebahagiaan dan kelancaran dalam berkarya.Sukses buat Bunda
ReplyDeleteJangan lupa bahagia.Tetap semangat
Terima kasih Mbak Tien... ditunggu kelanjutannya ya... Smoga Mbak dikaruniai dengan rahmat kesehatan. Salam seroja dari Semarang.
ReplyDeleteAlhamdulillah Bagai Rembulan 10 sdh tayang, semskin menarik dan bikin penarasan ceeitanya.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, semoga sehat selalu
Salam hangat dari Bekasi
Semoga Bu Diana berubah pikiran.gk JD besanan SM Lusi,mksh Bu Tien sehat selalu penggemar setia hartiwi DS jkrt.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
Makasih mba Tien.... Sehat selalu yaa.
ReplyDeleteKayaknya bukan aliando yg nutup mata dayu. Bakal rame lg nih. Oh ya, naya di jodohin sama susan, bu tien. Bisa lebih panjang critanya.
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun mbak Tien BR 10nya
ReplyDeleteMonggo dilanjut mbakayu...
Salam sehat sll dr Bekasi
Terima kasih Bunda Tien,, sehat terus ya Bunda,, Aamiin πππ
ReplyDelete"Baiklah bu Indra,” akhirnya jawab Surti, setelah menghempaskan nafas panjang.
ReplyDeleteComment : mbak Tien, rasanya lebih pas kalau # menghembuskan nafas panjang # ketimbang
# menghempaskan nafas panjang #
Karena kata # hempas # lebih cocok untuk obyek yang berat, misalnya # menghempaskan tubuhnya diatas tumpukan jerami #
Nuwun....
Salam sehat mbak Tien dan semua penggemar dimanapun berada
Matur nuwun... Mbak Tien...kisah cinta ART menjd luar biasa... Smg mbak tien sehat selalu jasmani rohani ekonomi berkreasi berimajinasi
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien ...salam sehat dari Kediri
ReplyDeleteAlhamndulillah.....terimakasih mbak tien
ReplyDeleteSelamat pagi Bu Tien , smga sekel sllu sehat2 , matur nuwun BR 10 nya. salam.
ReplyDeleteSelamat pagi Bu Tien , smga sekel sllu sehat2 , matur nuwun BR 10 nya . salam.
ReplyDeleteJangan sampe di jahat in sama Anjas... gak rela....
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien saya akan sll menunggu terus kelanjutan ceritanya
ReplyDeleteTerima kasih bu..
ReplyDeleteSalam. Sehat tuk ibu dan klg.
Alhamdulillah.. Bunda Tien...
ReplyDeleteSemangat dan sehat slalu....
"Liando, ternyata mama tuh kenal baik sama pak Indra, termasuk ayahnya juga ibu kenal.” Kata bu Diana.
ReplyDeleteKoreksi :
....termasuk ayahnya juga mama kenal"
Hallo mbak Tien..maaf sedikit koreksi. Terimakasih sudah membagikan cerita yang makin menarik. Semoga Gusti Allah maringi sehat selalu hingga lancar dalam berkarya. Salam sehat dan sukses dari saya, Iyeng Sri Setiawati di Semarang.
"Liando, ternyata mama tuh kenal baik sama pak Indra, termasuk ayahnya juga ibu kenal.” Kata bu Diana.
ReplyDeleteKoreksi :
"Liando, ternyata mama tuh kenal baik sama pak Indra, termasuk ayahnya juga mama kenal.” Kata bu Diana.
Maaf mbak Tien..sedikit koreksi. Terimakasih sudah berbagi cerita yang makin menarik. Semoga diparingi sehat dan lancar dalam berkarya. Salam sehat dan sukses dari saya, Iyeng Sri Setiawati di Semarang
Bu Diana tlh menyimpan rasa tdk suka Sama Bu Lusi akankah.... Meledak suatu saat .....
ReplyDeleteSalam sehat selalu mbak Tien..
Sptnya anjas akan msk mendekati Dayu... hmmmm tmbh seru nebak2 sendiri... smoga slalu sehat y bu Tien...
ReplyDeleteAlhamdulillah ... Bagai Rembulan sdh hadir.
ReplyDeleteMatur nuwun, mbak Tien.
Terima kasih MB Tien, semoga tetap sehat dan tetap berkarya, kita selalu menunggu hasil karya MB Tien,tksπ
ReplyDeleteMksh Mba Tien salam sehat lg
ReplyDeleteHhmmmm, tangan siapakah itu...???
ReplyDeleteAnjas kah, Aliando kah..??
Cuma Bu Tien yang tahu, hihihi..
Mantul ceritanya Buuu, terus membuat penasaran pembaca..
Sehat selalu Bu Tien, salam dari Bandung (Komariah Prilanawati)
Hati2. Semoga semua terhindar dari wabah bala dan musibah.
ReplyDeleteYg menutup mata Dayu siapa ya? Sabar menanti BR 11 baru ngerti siapa dia heee.
ReplyDeleteSalam sehat2 mbak Tien dr Tegal.
Selamat sore mbak Tien... Salam sehat bahagia... π Nderek absen.. kalian nenggo eps 11 .
ReplyDeleteBunda Tien
ReplyDeleteKita"yg mbaca mah cpt kelar, bunda yg mbikin semoga tdk pernah lelah y bun..sehat terus. Trmksh cerbung"nya bernas,membumi.
Puji Tuhan, ibu Tien tetap sehat dan semangat..
ReplyDeleteMenunggu hadirnya BR 11.Nuwun ..
Yustinhar menunggu hadirnya BR 11. Nuwun..
ReplyDeleteYustinhar menunggu hadirnya BR 11. Nuwun..
ReplyDeleteMakin penasaran, mudah-mudahan bukan anjas, moga sehat selalu bu tien
ReplyDeleteSelamat malam mbak Tien..semoga sehat selalu...
ReplyDeleteTrimakasih BR10...makin seruu..sangat ditunggu lanjutannya..
Salam dari bandung ( maria dwi)
menang dengan mudah bermain di IONQQ
ReplyDeleteayo segera daftar dan coba
WA; +855 1537 3217