Tuesday, August 4, 2020

BUAH HATIKU 05

BUAH HATIKU  05

(Tien Kumalasari)


"Jadi selamanya kami tidak akan punya cucu?" kata pak Prastowo.

Seruni menunduk, setitik demi setitik air mata menetes dan membasahi pipinya.

Indra mengambil tissue dan mengusap air mata itu.

"Kalian benar-benar mengecewakan kami." ucap bu Prastowo yang terdengar sangat  mengiris.

Indra memegang tangan Seruni yang duduk disebelahnya, seakan memberi kekuatan pada Seruni atas gelombang kemarahan yang telah mulai menerjang.

"Ibu, mohon jangan menyalahkan kami. Ini adalah takdir, tidak sengaja kami buat."

Pak Prastowo diam terpaku, tapi bu Prastowo tampak marah. Wajahnya merah padam.

"Harusnya kamu tidak menikahi dia Indra." hardik bu Prastowo.

Indra mengangkat kepalanya, menatap ibunya dengan wajah kesal, sementara air mata Seruni semakin deras mengalir. Indra mempererat pegangannga, meremas tangan Seruni, seakan berkata bahwa dia ikut terluka oleh ucapan ibunya.

"Mengapa ibu berkata begitu?"

"Dulu aku sudah menolak kan ketika kamu memilih dia? Tapi bapakmu memaksa. Barangkali ketika itu  jauh didasar hatiku sudah merasa bahwa Seruni bukan isteri yang cocok buat kamu."

"Tapi Indra sangat mencintai dia bu, dia segalanya buat Indra. Apapun kelebihan dan kekurangannya, Indra akan tetap mencintainya."

"Bodoh !" hardik ibunya.

"Menurut bapak, ceraikan saja dia, atau menikahlah lagi dengan gadis lain yang bisa melahirkan anak buat kamu," tiba-tiba pak Prastowo berkata sambil menatap tajam anaknya.

"Tidak bapak, dua-duanya Indra tidak bisa melakukannya. Indra hanya mau memiliki isteri Seruni, tidak yang lain."

"Tapi kamu membuat terhentinya anak keturunan kami Indra!"

"Apakah artinya  itu bapak? "

"Kalau kamu, satu-satunya anakku tidak lagi bisa menurunkan anak, maka keturunan kami hanya akan berhenti di kamu! Mengerti kamu Indra!" suara pak Prastowo emakin meninggi.

Seruni tak tahan lagi, dia berdiri dan setengah berlari keluar dari ruangan itu, melangkah kehalaman, menuju kejalan.

Indra berdiri.

"Ma'af, bapak.. ibu, kami mohon diri."

Lalu Indra bergegas keluar memburu isterinya, sambil membawa kopor kecil yang dibawanya dari rumah, dan yang masih terletak didepan pintu.

"Serunii! Tungguuu!!"

***

Seruni terus melangkah sambil sesekali mengusap pipinya yang basah oleh air mata. Ia tak tahu harus kemana, ia lari menghindari derai amarah dan kecewa yang diungkapkan oleh kedua mertuanya. Hatinya tercabik-cabik, Kalau boleh ia ingin menjerit, mengadu kepada langit, mengapa nasibnya seburuk ini. Tapi langitpun diam membisu, tak ada warna biru karena semua terasa kelabu.

"Seruniii... sayang... tunggu.."

Suara Indra semakin mendekat, langkah-langkah kakinya berpacu dengan detak nadinya yang mengalir lebih cepat.

"Seruniii.."

Seruni terus melangkah, lalu Indra sudah sampai disisinya, merangkul pinggangnya, merapatkan tubuh mereka.

"Kamu harus menunggu aku, mau kemana?"

"Mas Indra.." bisiknya letih. Seruni ingin merangkul suaminya, tapi jalanan sangatlah ramai.

"Kita pulang."

Seruni mengangguk. Tak banyak yang bisa dikatakannya. Terik kota Surabaya membuat peluh mereka meleleh, seperti hati-hati yang terlukai, basah oleh duka..

Sepasang mata melihatnya dari dalam mobil, ia melihat ketika Indra mengusap air mata Seruni dengan jari tangannya. Rasa keingin tahuan memenuhi dadanya. Tapi dia yakin tak akan mendapat jawaban dari keduanya.

"Pasti Indra dari rumah orang tuanya. Apa yang terjadi? Sebaiknya aku kesana, pasti aku bisa menemukan jawabnya."

Mobilnya berbalik arah, tak jadi mengejar laki-laki yang digilainya, yang sedang berjalan membawa duka entah karena apa.

***

"Seruni telah memelet Indra, sehingga anak itu tergila-gila," keluh bu Prastowo.

"Sebenarnya usulku kan tidah buruk, menikah lagi tanpa meninggalkan Seruni, atau menceraikannya kalau Seruni tidak mau dimadu. Tapi Indra seakan tak perduli."

"Kita harus menemuinya, dan mengajaknya bicara lagi. Tadi mungkin hatinya belum terbuka, karena isterinya menangis terus."

"Selamat siang..."

Tiba-tiba suara itu mengejutkan mereka yang sedang berbincang. Pak Prastowo keluar, diikuti isterinya, dan melihat Lusi berdiri ditangga teras.

"Oh, Lusi ?"

"Iya bu.."

Dan sebelum dipersilahkan Lusi sudah duduk di kursi teras sambil mengipas-kipas wajahnya dengan tangan.

"Udara panas sekali ya pak."

"Masuklah kalau mau dingin," kata pak Pras..

"Sudah, disini saja pak."

Pak Prastowo duduk diikuti isterinya.

"Darimana, kok tumben siang-siang mampir kemari?" tanya bu Prastowo.

"Saya tadi melihat Indra dan isterinya yang menangis disepanjang jalan."

Pak Prastowo saling pandang dengan isterinya.

"Sedang kecewa sama mereka aku Lus, " tanpa sadar bu Pras berkeluh, karena hatinya sedang kesal.

"Memangnya ada apa bu?"

"Lha ternyata Seruni itu mandul.. Kecewa aku."

Lusi terbelalak.

"Wouwww... ternyata Seruni mandul? Aduuh ibu.. mengapa dulu tidak mengambil saya sebagai menantu? Anak saya sudah dua, ikut neneknya di Solo."

"Kalau tahu begini Lus." pak Pras ikutan berkeluh.

Tapi dalam hati Lusi bersorak. Seruni bakal disisihkan dari keluarga Pastowo. Bolehkah nanti dirinya mendapat kesempatan untuk  mendampingi Indra . Batinnya bersorak, ada senyuman yang disembunyikannya, takut kelihatan rasa gembiranya.

***

"Seruni, sudah ya.. jangan menangis lagi. Aku tak akan meninggalkan kamu, aku hanya mencintai kamu Seruni." kata Indra ketika mereka sudah sampai dirumah kembali.

"Mas, barangkali benar kata bapak, mas ceraikan aku, atau mas mencari istri ke dua yang bisa melahirkan anak."

"Tidak Seruni, omong apa kamu itu. Ini rumah tangga kita, biarpun bapak atau ibu tak bisa mengatur hidup kita."

"Mas, bukankah berbakti itu kewajiban seorang anak ?"

"Tapi merusak sebuah rumah tangga itu juga bukan perbuatan baik."

"Mereka hanya ingin cucu."

Indra mendesah perlahan. Seruni merasakan hembusan nafas suaminya, ia tahu, suaminyapun gelisah.

"Seandainya mas ingin, carilah isteri lagi, atau mas ceraikan aku, aku ikhlas," ucap Seruni dalam isak tertahan.

"Tidak mungkin Seruni, sudah, jangan hiraukan."

"Mas.. tapi.."

"Hentikan Seruni, besok kita akan ke dokter yang lain, mohon saran, benarkah sudah tak ada jalan lain untuk itu. Kamu hanya mendengar vonis, tidak menanyakan apakah ada upaya untuk itu."

"Iya benar. Aku langsung panik ketika itu. Lalu apa?"

"Kita akan terus berusaha, tidak dengan saling menyakiti. Baru kepikiran untuk kembali ke dokter. Ma'af, karena kesibukan aku. Tapi mulai sekarang aku akan lebih memperhatikan. Harus ada sebuah upaya, walau semuanya Tuhan yang menentukan."

Seruni seperti baru saja terbangun dari mimpi. Ia teringat dokter itu mengatakan bahwa ia harus berusaha. Mengapa yang ditanamkan dikepalanya hanya vonis itu. Benarkah dulu dokternya bilang bahwa dia mandul?

"Maukah ke dokter? Aku tidak akan kekantor besok."

Seruni mengangguk lemah, tapi tiba-tiba harapan itu kemudian muncul kembali.


***

Surti sudah selesai memasak, hari belum siang benar, kedua majikannya sedang pergi. Surti masuk kekamar, mengambil alat make upnya. Beberapa hari yang lalu bu Indranya baru memberi tahu secara teori, tapi belum sempat melakukan cara-cara yang sebenarnya. Tapi sungguh besar keinginan Surtii agar bisa secantik majikannya.

"Bedak harus tipis...hm... nih.. tipis... lalu apa... alis hanya disambung saja dikiri kanan... uuppps... yang kiri kepanjangan... gimana sih... " gumamnya.

Surti mengusap alis yang kepangangan itu dengan tissue, tapi malah jadi belepotan. Surti lari kekamar mandi, membasuhnya sampai bersih, lalu kembali kekamar. Sekarang dia mengambil bajunya yang kotor, dibasahi ujungnya dengan sedikit air, biar kalau belum benar lagi,  lebih gampang menghapusnya.

Surti kembali mengulang kelakuan konyolnya, berbdak tipis, membubuhkan gincu, awas jangan ketebalan... lalu..menggambar alis dengan hati-hati, nah yang sebelah kiri sudah sempurna.. sekarang tinggal yang kanan. Harus hati-hati supaya bisa sama dikiri dan kanannya..

Tapi tiba-tiba terdengar bel tamu berdering. Surti bergegas kedepan, lupa menggambar alisnya baru separo.

Ia terkejut ketia membuka pintu, dilihatnya Lusi berdiri sambil memandangnya terbelalak.

"mBak Susi...."

"Lusi, kamu selalu salah sih Sur..."

"Iya, mbak Lusi..."

Tapi kemudian Lusi tertawa keras.

"Kamu lagi ngapain Sur ?"

"Nggak ngapa-ngapain mbak, pekerjaan sudah selesai.." jawab Surti tanpa sadar wajahnya membuat tertawa orang.

"Itu... wajahmu.. lagi mau main badut apa?"

Lalu Surti teringat bahwa ia membuat alis baru separo.

"Surti... !" Lusi masih tetap tertawa. Surti teringat ketika majikannya juga mentertawakannya.

"Iya.. ma'af mbak, tadi.. belajar dandan.." katanya sambil mengusap-usap wajahnya.

Bukannya terhapus malah mencoreng seluruh muka, membuat Lusi tertawa.lebih keras.

"Sana Sur, cuci mukamu saja, lalu kembalilah kemari. Seruni ada ?"

"Tidak ada  mbak, pergi bersama pak Indra, sebentar ya mbak," surti lari kebelakang, lalu mencuci mukanya dikamar mandi.

"Kok mbak Lusi ada disini? Memang rumahnya disini apa Surabaya?" tanya Surti ketika kembali kedepan, menemani Lusi yang sudah duduk tanpa dipersilahkan.

"Aku tuh sering ke Solo, karena dua anakku ada di Solo, ikut mertuaku."

"Oh, gitu ya. Lalu mencari bu Indra apa ada perlu? So'alnya pergi berdua dari tadi."

"Kemana? Apa Indra tidak ke kantor?"

"Saya nggak tahu mbak, nggak berani saya tanya-tanya."

"Ya sudah, saya tunggu sebentar.disini. Pastinya Indra langsung kekantor kan?"

"Sepertinya tadi bilang tidak akan kekantor mbak, mau kemana.. gitu, saya nggak tahu."

"Oh, ya sudah, aku pamit saja kalau begitu."

"Lha mbak Susi mau pesen apa?"

"Lu...sii!" dengan kesal Lusi membetulkan.

"Iya, eh.. mulutku nih...mbak Lusi mau pesen apa?"

"Tidak pesen apapun, dan kamu nggak usah bilang kalau aku kesini. Tapi ngomong-ngomong aku pesen sama kamu saja Sur.. majikan kamu itu sebenarnya mandul."

"Apa?" Surti terkejut.

"Iya bener, godain saja suaminya, kamu kan cantik, siapa tahu dia tertarik sama kamu."

"Aap...paa..? Surti bertambah terkejut.

"Siapa tahu kamu bisa melahirkan anak dari Indra. Bahagia kan? Kamu suka nggak punya suami ganteng kayak Indra?"

"Aap..pa?" Surti masih tertegun dengan mulut ternganga, ketika Lusi sudah pergi meninggalkannya.

Sambil melangkah mendekati mobil, Lusi masih tersenyum-senyum. Ia puas memanasi Surti dan berharap itu akan kejadian.

"Kalau aku tak bisa memiliki Indra, maka Serunipun juga tidak. Akan aku hancurkan rumah tangga kalian," gumam Lusi dengan tersenyum, senyuman iblis, karena niatnya juga dipenuhi oleh bujukan iblis.

Surti akhirnya sadar akan dirinya, ketika dilihatnya Lusi tak ada lagi didepannya. Ucapan-ucapan Lusi  sangat mengganggunya.

"Iya, memang pak Indra guanteng banget, tapi masa ya mau sama aku, seorang pembantu. Biar bu Indra tidak bisa melahirkan anakpun, apa aku bisa menggantikannya? mBak Susi  itu kok bisa-bisanya ngomong seperti itu."

Tapi sambil masuk kedalam kamarnya karena ingin melanjutkan belajar bersoleknya, terbayang olehnya wajah ganteng majikannya, dan Dada Surti berdebar.

"Seneng sih kalau bisa punya suami ganteng seperti pak Indra."

Lalu diambilnya bedak, mencoba lagi mendandani wajahnya. Menatap wajahnya sendiri dicermin, Surti merasa memang dirinya cantik.

***

Melalui serangkaian pemeriksaan lagi, dokter itu mengatakan bahwa sesungguhnya Seruni bukannya mandul.

"Salah kalau ibu mengartikannya mandul. Ibu hanya tidak subur."

"Berbedakah mandul atau tidak subur?" tanya Indra.

"Sangat berbeda, tidak subur itu masih memiliki kemungkinan untuk hamil, sedangkan mandul tidak sama sekali."

"Jadi isteri saya mungkin masih bisa hamil ?"

"Sangat mungkin, tapi harus dengan pengobatan yang harus dijalani dengan tertib."

"Apa penyebab ketidak suburan bagi isteri saya?"

"Ini masalah hormon. Nanti saya akan memberikan resepnya."

Melangkah pulang berdua setelah hampir seharian menunggu dirumah sakit, Indra dan Seruni bisa bernafas lega. Walau susah, kemungkinan itu masih ada. Lalu setitik harapan memercik dalam benak mereka.

Turun dari mobil Seruni melangkah kedalam rumah sambil bergayut dilengan suaminya. Sedikit berkurang beban yang menghimpitnya, namun masih ada rasa was-was. Dokter mengatakan bahwa memang tidak mudah.

"Apakah mas akan mengatakan ini semua pada bapak sama ibu ?"

"Biar saja dulu. Nanti kalau sudah tampak hasilnya baru aku akan memberi tahu."

Surti tergopoh menyambut ketika kedua majikannya pulang. Hari menjelang sore, dan Surti sudah menyiapkan teh hangat dimeja ruang tengah.

"Tadi ada tamu Sur?" tanya Seruni.

"Adaa...itu... mm.. eh.. tidak.." tiba-tiba Surti ingat bahwa Lusi minta agar kedatangannya dirahasiakan.

"Gimana kamu itu," tegur Seruni.

"Mulut saya sering salah mengucap bu, ma'af," kata Surti sambil kembali kebelakang.

Seruni geleng-geleng kepala. Gadis itu begitu lugu, tapi dia sangat rajin dan mengerti akan semua tugasnya, cuma kepolosannya saja terkadang membuat dia melakukan hal-hal konyol yang terkadang membuatnya tertawa.

Ketika sore itu Indra dan Seruni duduk diruang tengah sambil menikmati teh hangat, Seruni teringat pada kurma muda yang pernah diberikan mertuanya, dan tak pernah dijamahnya karena ketika itu dia sudah putus harapan.

"Surti..."

"Ya bu.."

"Tolong ambilkan kurma muda yang ada di freezer ya.."

"Baik bu.." tapi sebelum Surti menuju ke kulkas, didengarnya sebuah dering telephon.

"Surti, tolong ambilkan ponsel itu dulu," kata Indra kepada Surti.

Surti mengambil ponsel itu dan memberikannya kepada Indra.

"Dari bapak," kata Indra yang kemudian mengangkat panggilan masuk itu.

"Ya, bapak.."

"Indra, kamu sudah memikirkan apa yang bapak pernah katakan itu?"

"Tentang apa bapak?" tanya Indra pura-pura tak tahu, padahal dia sudah tahu kemana arah pembicaraan ayahnya.

"Dengar Indra, bapak sama ibu harus bisa punya cucu. Camkan itu."

"Ya bapak, Indra tahu."

"Jadi tunggu apa lagi? Cari isteri lagi atau kamu ceraikan isteri kamu!"

Indra tak menjawab, atau belum sempat menjawab ketika pak Prastowo menutup ponselnya.

Indra menghela nafas kesal.

"Apa kata bapak?" tanya Seruni.

"Sudah, tak usah difikirkan.."

"Ibu, ini kurma muda.." kata Surti sambil menyerahkan kurma muda yang sudah dialasinya dengan piring.

"Oh, ya Surti, taruh dimeja."

"Apakah kurma muda bisa menyembuhkan sakit mandul?" tiba-tiba Surti tak tahan untuk menanyakan karena teringat ucapan Lusi bahwa majikannya mandul, tanpa sadar bahwa ucapan itu terdengar sangat lancang.

***

besok lagi ya

















***


31 comments:

  1. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
    Wignyo, Ops, Kakek Habi, Anton,Hadi, Pri ,Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Yowa, Petir Milenium (wauuw), Yustikno, Wedeye, Tauchidm, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, RAHF Colection,
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman,
    Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Ungaran..
    Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamin atas semua harap dan do'a.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah...., matur nuwun Mbak Tien yg selalu menyuguhkan cerita2 segar dan selalu membuat penasaran.
      Salam sejahtera dari Pangkalpinang semoga Mbak Tien dan para penggemar sehat selalu.
      Lanjut.....

      Delete
    2. Trimakasih Bu Tien.. Klo sdh baca jd tenang dech... Sehat n semangat utk Bu Tien dan penggemar. Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.

      Delete
    3. Alhamdulillah Buah Hatiku 05 sudah tayang
      Matur nuwun sanget mbak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia, sejahtera dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin
      Salam hangat dan salam SEROJA dari Karang Tengah Tangerang.

      Delete
    4. Alhamdulillah....
      Yang ditunggu tunggu sdh hadir
      Matur nuwun Ibu Tien,
      Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
      Salam dari Cilacap.

      .

      Delete
  2. Terima kasih Bu Buah Hatiku 05 sdh terbit

    ReplyDelete
  3. Terimakasih bu Cerbung buah hatiku 5 telah hadir..
    Kutunggu kelanjutannya ya bu
    Salam hangat dan sehat dari Purworejo untuk ibu Tien dan semuanya

    ReplyDelete
  4. terimakasih bu tien..cerbungnya udah ngga tengah malam lagi tayangnya.semoga sehat selalu dan tetap semangat berkarya bu.salam hangat dari penggemar yang terus setia menunggu lanjutan cerbung ibu.❤👍

    ReplyDelete
  5. Haloo met malam dr lembah Tidar Magelang .. terimakasih sdh tayang lagi .. semoga ceritanya happy ya mbak
    Tien .. salam sehat tanpa obat utk mbak Tirn dan semua pembaca ..

    ReplyDelete
  6. Matur nuwun mbak Tien
    Salam sehat dari Batang

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah cerbungnya sdh hadir... suwun mbak Tien😙
    Salam sehat sll dr Bekasi unt mba Tien sklg dan semua penggemar

    ReplyDelete
  8. Makin seru... kalo masih gagal kurma muda, bayi tabung. trims bu tien.

    ReplyDelete
  9. Selamat malam Mbak Tien
    Alhamdulillah Buah Hatiku 05 sdh tayang
    Semoga Seruni bisa mempunyai anak
    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
    Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
    Salam hangat dari Bekasi

    ReplyDelete
  10. Lama lama saya jadi mikir, yang gemesin itu ceritanya atau Bu Tien nya ya?

    ReplyDelete
  11. Trm kàsih bu Tien Buah hatiku 05 sďh hadir... semiga keluarga Idra spt mjd kelàurga Sàmawa aamiin

    ReplyDelete
  12. Selamat pagi Bu Tien , semoga sekel sllu sehat2 , matur nuwun Buah Hatiku 05 , slmt brkarya sllu sukses. salam.

    ReplyDelete
  13. Matur nuwun.. Mbak tien.. Smg tahes ulales

    ReplyDelete
  14. Smg Indra sll mendukung Seruni dan sabar saling berikhtiar., Ditunggu Bh 06 mb Tien ... Slm seroja utk kita semua.,

    ReplyDelete
  15. Terima kasih..Bu Tien , salam dari Kediri.

    ReplyDelete
  16. Alhamndulillah..... Terimakasih mbak Tien, sehat selalu mbak tien

    ReplyDelete
  17. Hadir bu..
    Salam sehat tuk ibu

    ReplyDelete
  18. ditunggu episode selanjutnya..salam sehat selalu untuk Bu Tien dari Ambarawa

    ReplyDelete
  19. Eps buah hatiku...byk tokoh jahat nya...smg indra dan seruni bisa melewati cobaan ini...dan segera punya momongan...mksh bu tien..sehat selalu

    ReplyDelete
  20. srh keluar aja surti..bahaya....pembantu masih polos cantik itu membahayakan

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun mbk Tien...
    Salam sehat dan semangat dr Sragentina
    Hebat mbk Tien bikin gemes..

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah buah hati 5 sdh hadir mksh mb Tien makin seru sj

    ReplyDelete
  23. Nomor 6 nya belum launching ya Bu? Sehat ya Bu...

    ReplyDelete
  24. Tadi malam Buah Hati episode 06 sudah tayang, tapi pagi2 ini tiba2 menghilang.
    Ada apa ya ? Atau hp saua kepenuhan ? Mohon bantuan ......
    Salam sehat !

    ReplyDelete