KEMBANG TITIPAN 26
KEMBANG TITIPAN 26
(Tien Kumalasari)
mBah Kliwon sedang memegang baju yang baru dibelinya, agak kebesaran, ia mencari gunting untuk membuka jahitan pada bajunya, lalu kemudian akan dijahitnya sedikit. Ketika mendengar ketukan itu, mbah Kliwon segera berdiri, dan gunting yang dipegangnya dimasukkannya kedalam sakunya.
Basuki mengetuk lagi. Lalu terdengar langkah mendekat, dan seseorang membuka pintu.
"Selamat sore."
mBah Kliwon terkejut bukan alang kepalang. Ia pernah melihat Basuki sebelum Sri diculik. Dan sekarang laki-laki jahat itu sekarang berdiri didepannya? mBah Kliwon ingin menutupkan kembali pintunya, tapi sebelah kaki Basuki mengganjalnya.
"mBah, kan saya datang baik-baik, mengapa pintunya mau ditutup?"
"Kamu kan orang jahat yang telah menculik cucuku ?"
"Saya berniat baik mbah, ingin membahagiakan Sri, mengapa dihalangi?"
"Darmiiin," mbah Kliwon berteriak, tapi Basuki menariknya keluar, dan memegang lengannya kuat, lalu membawanya turun kehalaman. Darmin yang waktu itu masih dikamar mandi terkejut mendengar teriakan mertuanya.
Bergegas Darmin menuju depan rumah dan melihat mertuanya sedang ditarik-tarik Basuki. mBah Kliwon meronta, tapi mana bisa melawan kekuatan laki-laki tinggi besar yang dengan erat mencengkeram lengannya ?
"Basuki !! Lepaskan dia !!" Teriak Darmin marah.
Basuki menoleh, menghentikan langkahnya.
"Haa, Darmin.. kamu sudah berani menentang aku. Lupa kalau aku ini disebut tuan, Darmin?"
"Bagiku kamu adalah setan yang merusak !! Tak akan ada hormat untuk manusia rendah seperti kamu. Lepaskan ayah mertuaku !!"
Basuki tertawa gelak-gelak.
"Darmin.. Darmin! Darimana kamu mendapat keberanian seperti itu? Diamlah, bukankah anakmu sudah kamu berikan kepadaku ?"
"Tidak manusia laknat ! Tidak akan aku berikan anakku kepada manusia rendah seperti kamu. Lepaskan dia!"
Darmin semakin mendekati Basuki, betapapun kurus badannya, tak ada ketakutan dimatanya. Ia terus mendekati Basuki, dan siap bertarung melawannya. Basuki hanya tertawa. Ia tak hendak melepaskan mbah Kliwon yang terus meronta-ronta.
Darmin mengayunkan tangannya kearah wajah Basuki, dan dengan mudah Basuki menepisnya dengan sebelah tangan. Justru Darmin terhuyung-huyung.
"Tuaaan.." tiba-tiba salah seorang anak buahnya yang tadi membeli makanan sudah datang dan melihat Basuki ada dipelataran rumah Timan.
"Kemari kamu, pegang pak tua ini !!"
Marso mendekat, lalu menarik tangan mbah Kliwon sehingga mengikuti langkah Marso. mBah Kliwon sudah terlalu tua untuk bisa melakukan perlawanan. Ia pasrah ketika anak buah Basuki itu menariknya.
"Tolooong," mbah Kliwon berteriak dengan suara serak, berharap ada tetangga yang mendengarnya. Tapi rumah Timan jauh dari tetangga. Disebelahnya adalah kebun-kebun, dan beberapa ratus meter lagi baru ada rumah orang lain.
"Tolooong..." mbah Kliwon berteriak lagi.
"Diam atau aku sumpal mulut kamu, pak tua."
Kecuali tetangga agak jauh dari rumah Timan, teriakan mbah Kliwon juga tidak begitu keras, ditambah oleh rasa gemetar ketakutan yang menghinggapinya, karenanya tak seorangpun bisa mendengarnya.
Basuki masih menghadapi Darmin yang mengamuk, namun berkali-kali Darmin jatuh tersungkur.
"Tuaan, ada telephone dari Supri! teriak Marso tiba-tiba."
"Biarkan saja, mau apa dia?"
"Katanya rumah disatroni polisi."
Basuki tertegun. Ia lupa bahwa Darmin masih kuat melawannya. Sebuah pukulan menghampiri tengkuknya dan membuatnya terhuyung. Basuki meninggalkan Darmin sambil mengelus tengkuknya. Kata-kata polisi menyatroni rumahnya membuatnya terkejut.
"Mana ponselmu !!"
"Ini tuan, Supri menghubungi tuan tidak bisa."
Basuki mengganti nomor kontaknya dan lupa berpesan pada Supri.
"Ada apa?" tanya Basuki.
"Polisi sedang menggeledah rumah tuan, ia membawa dua wanita pelayan dan beberapa penjaga."
Basuki menutup ponsel itu dan bergegas menuju mobil, diikuti kedua bawahannya yang salah satunya menarik tubuh mbah Kliwon.
"Berhentiiii...! Lepaskan bapakku !!" teriak Darmin yang sudah kelelahan dan tertatih memburu kearah mobil Basuki. Namun dilihatnya mereka telah membawa mbah Kliwon dan pergi begitu saja.
"Ya Tuhan.. ya Tuhan.. lindungilah mertuaku.." keluhnya lemas.
Darmin bingung akan melakukan apa. Ia masuk kerumah, mencari ponsel mbah Kliwon, barangkali tidak dibawa, karena dia sendiri tidak mempunyai ponsel. Ia merasa lega ketika melihat ponsel mbah Kliwon tergeletak diatas meja. Dibukanya ponsel itu dan dicarinya nama Timan.
***
Tanpa menyadari apa yang terjadi dirumah, Timan mengajak Mery dan Sri mampir kesebuah mal untuk belanja.
Sri tampak sangat takjub, karena seumur-umur baru sekali ini memasuki mal. Kali ini Mery lah yang menuntun Sri ketika ia ingin membeli sesuatu.
"Balanjalah apa saja Sri, untuk memasak besok, membuat kolak, disini semua ada."
"Ya mas, aku bingung jadinya, ada pasar sebagus ini, sebersih ini dan selengkap ini."
Sebenarnya Timan lebih suka belanja dipasar, serba murah dan tidak perlu mengantri setiap kali mau membayar belanjaan. Tapi ia ingin menunjukkan kepada Sri, bahwa ada pasar seperti ini. Sri harus tau, walau untuk selanjutnya tidak suka belanja disitu.
Selesai membawa belanjaan, Timan menyuruhnya menitipkan di penitipan barang, lalu mengajak keduanya naik kelantai dua, dengan melalui eskalator. Sri ketakutan ketika Mery menuntunnya menaiki tangga berjalan itu. Ia berpegang erat pada Mery, kemudian melompat tiba-tiba ketika sudah sampai diujungnya. Sri mengelus dada karena berdebar-debar.
"Ya ampuun, aku takut sekali mas.."
"Kalau mau lewat tangga juga bisa, tapi capek. jadi lebih baik lewat eskalator. Baru sekali pasti kamu sedikit takut, tapi lama kelamaan akan terbiasa."
"Ah, lebih gampang belanja dipasar ya.."
"Setidaknya kamu harus tau Sri, supaya pada suatu hari nanti kalau diajak ke mal tidak akan merasa canggung."
"Terimakasih mas, telah memberi aku banyak pengalaman."
Dilantai dua ada banyak baju-baju bagus dipajang. Mery sudah biasa beli baju bagus, bahkan yang harganya jutaan. Dia sama sekali tidak tertarik untuk membeli. Ia sudah berjanji akan menjalani hidup dengan cara yang sederhana. Toh banyak baju bagus dan pantas, dan harganya tidak harus menjulang tinggi.
"Sri, kamu mau membeli baju?"
"mBak Mery saja."
"Nggak Sri, disini semua mahal."
"Iya ya mbak, bukan main, ratusan ribu hanya untuk selembar baju. Nggak ah, beli dipasar lebih murah." kata Sri yang terus terheran-heran melihat pajangan barang-barang bagus disana.
"Kalau kamu mau, ambil saja."
"Ayo mbak Mery, ambil saja.. sekali-sekali pengin belanja barang mahal.." kata Timan sambil tertawa.
Lalu keduanya memilih membeli blouse... dengan model yang sama tapi warna berbeda.
"Ini saja, tidak terlalu mahal, hanya 70.000 an."
"Iya mbak, biar mas Timan senang," bisik Sri.
Lalu mereka melihat-lihat counter sepatu...
"Aduuh, tidak.. aku sudah punya sepatu. Ini apa.. sepatu tigaratus ribu... "
Mery tersenyum, jangankan ratusan ribu, sepatu seharga jutaan dia pernah punya, tapi tak satupun dibawanya.
"Yang diatas itu apa?" tanya Sri sambil menunjuk kelantai diatasnya.
"Itu ada arena bermain untuk anak-anak, dan ada gedung bioskup."
"Gedung bioskup? Itu untuk melihat film-film begitu?"
"Iya Sri, pada suatu hari nanti kita jalan-jalan kemari lagi untuk melihat bioskup." kata Timan.
Sri mengangguk senang.
"Sebentar, ini kelihatannya mbah Kliwon menelpone ber-kali-kali. Ayo ke kasir dan segera pulang. Disini terlalu ramai, tidak enak untuk menelpone," kata Timan.
Mereka pergi ke kasir, antri lumayan panjang. Sri kembali terheran-heran, mau bayar saja pakai ngantri begitu panjang, padahal ada beberapa kasir berjajar.
"Sri, kamu tidak lupa memberi tahu bapak atau simbah bahwa kuncinya ada dibalik saka kan?"
"Iya, sudah aku beri tahu," jawab Sri.
"Ya sudah, berarti simbah menelpone bukan karena tidak bisa membuka pintu.
Begitu keluar, Timan menelpone mbah Kliwon, yang menerima pak Darmin, dan apa yang dikatakannya membuatnya terkejut bukan alang kepalang.
Segera ditariknya Sri dan Meri agar cepat-cepat naik ke mobil.
***
"Ada apa sih mas, kok kelihatan seperti bingung begitu?" tanya Sri yang heran melihat sikap Timan.
"Ini gawat Sri.."
"Gawat kenapa mas?" tanya Mery ikut kaget.
"Basuki bisa sampai kerumah."
"Apa? Kerumahnya mas Timan?" pekik Sri dan Mery hampir bersamaan.
Timan mengangguk.
"Lalu apa yang dilakukannya?"
Timan tak menjawab, ia memacu mobilnya kencang, menyelinap diantara lalu lalang kendaraan disore hari.
"Pelan-pelan mas."
"Ada apa sih mas?" tanya Sri lagi.
Timan belum menjawab, kalau dia menjawab pasti Sri langsung menangis menjerit-jerit.
"Maaas..."
"Sebentar Sri, jalanan lagi ramai nih," Timan memberi alasan.
"Mengapa sih pakai ngebut segala? Seperti lagi diburu macan saja." keluh Sri. Tapi ada perasaan tak enak melihat sikap Timan. Hatinya berdebar-debar, apalagi katanya Basuki datang kerumah Timan. Bagaimana bisa tau rumah mas Timan? pikir Sri.
Mery juga merasa cemas, kalau Basuki datang, tak mungkin dia tak melakukan apa-apa.
Disebuah perempatan Timan harus berhenti karena lampu merah. Dipergunakannya kesempatan itu untuk menulis pesan singkat kapada Bayu, tentang kedatangan Basuki yang membawa mbah Kliwon.
***
Bayu tekejut menerima pesan singkat dari Timan. Ia mencoba menelpone Timan tapi tidak diangkat. Timan sedang memburu waktu, ia berharap Bayu akan menghubungi polisi. Ia yakin tak akan bisa menyelesaikannya sendiri.
Ponsel berdering lagi. Dari pak lurah Mardi.
"Hallo pak lurah, saya baru saja mau menelpone," sapa Bayu.
"Saya tadi menelpone mas Timan tapi tidak diangkat. Teman saya di kepolisian mengabari saya bahwa rumah Basuki sedang digeledah, tapi Basuki tak ditemukan disana."
"Iya pak lurah, Basuki menyatroni rumah mas Timan sore ini."
"Apa?"
"Mas Timan baru saja mengirimkan pesan singkat, tapi ketika saya mencoba menelpone tidak diangkat. Saya bermaksud mau kerumahnya sekarang, tapi mau menghubungi teman saya dulu."
"Baiklah mas, langsung saja dilaporkan."
"Tapi dia membawa mbah Kliwon bersamanya,"
"Ya Tuhan. Segera laporkan mas, mas Bayu yang lebih dekat kan."
"Baik, lalu saya akan menyusul kerumah mas Timan, tampaknya ketika mengirim pesan dia masih dijalan, mungkin baru keluar dari pasar."
***
Begitu memasuki pekarangan, dilihatnya pak Darmin sedang duduk di tangga teras. Wajahnya babak belur. Sri berlari mendekati.
"Bapak, ada apa?" kata Sri sambil menubruk ayahnya. Dielusnya wajah ayahnya yang sudah dibubuhi obat merah.
"Aku berusaha mencegah, tak berhasil, simbahmu dibawanya."
Sri menangis meraung-raung. Mery mendekati dan memeluknya.
"Sabar Sri."
"Bagaimana dia bisa sampai kemari?" tanya Timan heran.
"Aku juga heran, bagaimana dia bisa tau bahwa Sri ada disini."
"Sri, sudahlah, mas Bayu pasti sudah melapor ke polisi, simbah akan selamat."
"Jangan-jangan dia!" tiba-tiba Darmin menuding Mery dengan pandangan penuh curiga.
Sri terkejut.
"mBak Mery menolong aku, mana mungkin dia melakukannya?"
"Nyatanya Basuki tau kalau kita ada disini."
"Basuki punya banyak anak buah, siapa tau ada yang mengikuti ketika simbah menuju kemari," kata Mery dengan suara bergetar. Dia benar-benar takut kalau orang-orang tak mempercayainya.
Sri memeluk Mery.
"Aku percaya pada mbak Mery. Dia tak mungkin melakukannya. Mungkin benar, ada yang mengikuti ketika pak lurah bersama bapak dan simbah datang kemari," kata Sri masih dengan menangis.
Tapi tampaknya pak Darmin masih curiga. Demikian juga Timan.
Tapi kemudian Timan bisa berfikir lebih jernih, kalau memang Mery mau mencelakai Sri dirumah ini, mana mungkin dia bersusah payah membawa Sri kabur dari sana.
Bayu kemudian sudah datang, bersama dua orang temannya. Mereka polisi berpakaian preman.
Timan segera mendekat dan menceritakan semuanya. Ia juga menyesal tadi mampir ke mal dan belanja disana.
"Kemana mereka pergi?" tanya salah seorang polisi.
"Kearah sana," jawab Darmin. Kecurigaannya pada Mery masih belum hilang.
Ketika Bayu dan temannya mau pergi, Sri dan Mery berkeras mengikutinya.
***
"mBah Kliwon bukan penakut, tapi kalau Basuki menawannya untuk kemudian ditukar dengan Sri, itu adalah bencana
.Salah satu anak buah Basuki duduk didepan, satunya lagi duduk disamping mbah Kliwon.
"Bolehkah saya duduk dibelakang saja?
"Mana bisa? Kamu mau kabur kan?"
"Tidak, saya ini gampang mabuk, lebih baik dibelakang saja, dan tolong dibuka jendelanya biarpun hanya sedikit."
"Bagaimana tuan, pak tua minta dibelakang."
"Kalau aku tidak boleh duduk dibelakang, jangan salahkan kalau aku muntah-muntah didalam mobil."
Basuki merasa jijik membayangkan ada orang yang muntah didalam mobilnya.
"Baiklah, suruh dia duduk dibelakang, tapi awasi terus."
mBah Kliwon dibiarkannya duduk dibelakang, dan dibukanya jendela sedikit saja.,
mBah Kliwon menyandarkan kepalanya, tapi begitu anak buah Basuki mau ikut duduk dibelakang, mbah Kliwon pura-pura mau muntah.
"Huuaackkkkh..". Lalu anak buah Basuki mengurungkan niyatnya duduk dibelakang mendaampingi mbah Kliwon. mBah Kliwon merasa sedikit lega. Ia berfikir untuk kabur, tapi bagaimana caranya? Melompat turun adalah tak mungkin. Bisa-bisa dia terpelanting jatuh, lalu tergilas mobil yang ada dibelakangnya.
"Ya Tuhan, tolonglah hambaMu ini.." do'anya dengan bibir bergetar.
"Beri minyak angin, adakah?" teriak Basuki.
"Tidak punya tuan.."
"Awas ya, kalau mau muntah bilang, supaya jendela bisa dibuka lebih lebar, dan kamu bisa muntah keluar. Kalau sampai muntah didalam mobil, aku hajar kamu pak tua," ancam Basuki tanpa belas.
mBah Kliwon terus memutar otaknya, lalu diingatnya ia membawa gunting disakunya.
***
besok lagi ya
Alhamdulillah๐๐❤️๐๐บ๐น๐ท๐ธ๐ผ๐ป
ReplyDeleteMatur nuwun Mbak Tien, saya tetap setia menunggu eps 26. Tambah penasaran. Lanjut....
ReplyDeleteSalam sejahtera dari Pangkalpinang.
Hooo ohhh Alhamdulillah yg ditunggu sdh tayang mtr nwn bunda Tien ...lanjuuuut..
ReplyDeleteAlhmdulillah,,,, mksh mbk Tien ,,,Wida Pati slaluu hadiir top markotop MBK ditunggu kelanjutannya๐
ReplyDeleteterima kasih banyak. emba Tien. . salam hangat dari garut jawabarat aduuuuh jadi ikut cape juga. . tadinya udah pada tenang. . kutunggu aaah efisod. selanjutnya
ReplyDeleteHallow bunda Nizmah mb Umi mb Jum mb Sul mb Rita mb Wida mb Dewi mb Meyrha mb Sapti mb Yuyum
ReplyDeleteHallow ms Anton ms Sukarno Kakek Habi ms Pri ms Giyanto ms Wignyo
Hallo Pangkal pinang Jambi Sawahlunto Garut Bekasi Tangerang Tangsel Jakarta Bandung Magelang Madiun Medan Padang Bali Surabaya Banyuwangi Jogya Wonogiri Solo Kediri
Salam sehat dari Solo
Hallow bunda Nizmah mb Umi mb Jum mb Sul mb Rita mb Wida mb Dewi mb Meyrha mb Sapti mb Yuyum
ReplyDeleteHallow ms Anton ms Sukarno Kakek Habi ms Pri ms Giyanto ms Wignyo
Hallo Pangkal pinang Jambi Sawahlunto Garut Bekasi Tangerang Tangsel Jakarta Bandung Magelang Madiun Medan Padang Bali Surabaya Banyuwangi Jogya Wonogiri Solo Kediri
Salam sehat dari Solo
Bandung hadir, met malam.
Delete1. bawahannya yang salah satunya menarik tubu mbah Kliwon.
# menarik tubuh mbah Kliwon.
2. tapi capek. jadi lebih baik lewae eskalator. #... lewat eskalator.
3. Hatinya berdebar-debatr, apalagi katanya Basuki # ..berdebar-debar,
Bu Tien, hati-2 ngetiknya terbukti hanya tiga yang salah ketik. Apa mataku yang kurang jeli sambil ngantuk?
Terimakasih lanjutan KT eps_26.
Ditunggu cerita mBah Kliwon besuk.
Alhamdulillah, yg ditunggu dah datang. Haturnuhun pisan mb Tien. Salam sehat sll dr Bekasi
ReplyDeleteSelamat malam jeng tien terima kasih cerbung lanjutannya.
ReplyDeleteSemoga mbah kliwon bisa terbebas
Aduh Mbah Kliwon...semoga baik'saja
ReplyDeleteSalam sehat mbak Tien..dari Surabaya
Hallooow juga mbak Tien....... sehat ya mbaaak... doaku selalu... salam sayang dr Surabaya๐ค๐๐๐
ReplyDeleteIni seruuu
ReplyDeleteSalam sehat selalu.. Mbak Tien..saya ibu Sariyenti dari kota Sawahlunto . selalu setia menunggu.. setiap cerita bersambung .. yg mbak Tien luncurkan .. semoga mbak Tien sehat selalu.. Aamiin
ReplyDeleteTrimakasih Bu Tien.. Cerdik jg si Mbah ini, Semoga Mbah Kliwon bs lolos.. Salam sehat Bu Tien dr Madiun yg sllu hadir.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien. Kenalkan saya Ranti dari Blitar.
ReplyDeleteWaaaoww .. seruu niich .. ayo mbah Kliwon .. cari kesempatan dan akal utk lepas dr Basuki .. keramahan mbah yg lugu, menjadi masalah ..
ReplyDeleteHallow.. ibu Sariyanti.. ibu Ranyi
ReplyDeleteHallow Sawahlunto.. Blitar
Salam hangat dari Solo
Hallow.. ibu Sariyanti.. ibu Ranyi
ReplyDeleteHallow Sawahlunto.. Blitar
Salam hangat dari Solo
Makasih mba Tien . Semoga Basuki terima balasan dari perbuatan jahatnya. Lanjut mba. Ditunggu...
ReplyDeleteSeruuuu abis bu Tien...
ReplyDeleteMbah kliwon ternyata lebih berani menghadapi Basuki drpd sri yg dlu penuh ketakutan..
Kira2 gunting yg ditangan mbah kliwon bisa membantu mbah kliwon kabur gak ya ๐ค๐ค๐ค
Sipp Bu Tien. Alhamdulillah, seri 26 hadir. Salam sehat juga dari Magelang.
ReplyDeleteBr sempat baca mb..td mlm ada pr... Smg mbah Kliwon slmt... Dan Basuki segera bs sadar juga bhw mencintai dg paksaan tdk akan berbuah manis... Smg juga akhirnya Basuki bs menikmati RT yg sesungguhnya dg Merry.. tp semua tgt mb Tien... Mau dibw kmn crt ini... Trmksh mb Tien kiriman bukunya. Slm seroja..
ReplyDeleteMalang hadir bu tien...
ReplyDelete.
Tambah deg deg an....
.
Salam sehat...๐๐๐๐๐๐
Ya Allah...mbah kliwon yg baik hati...sy tambah deg deg an .mbak tien sy jadi penasaran terus nih...
ReplyDeleteSenang nya... udah ada lanjutan nya... makasih banyak bu Tien...
ReplyDeleteWah keren nih ceritanya mbk Tien..ibarat film detektif..
ReplyDeleteSatu kata utk episode kli ini "menegangkan"๐ฌ
ReplyDeleteTop markotop bt buk Tien ๐๐๐๐
Alhamdulillah ...makasih jeng tien...semangaaat menulis lg...aemoga sehat selalu..aamiin...
ReplyDeleteHadi ( Tang Sel ) hadir mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat buat mbak Tien dan seluruh penggemar dimana saja berada. Sukses ya mbak Tien.
Nuwun
ReplyDeleteagen365 agen jud! online terpecaya dan teraman di indonesia :)
WA : +85587781483
Sy kok ga bisa up load yg part 30? Tolong dibantu, tq.
ReplyDelete