Tuesday, May 5, 2020

KEMBANG TITIPAN 18

KEMBANG TITIPAN  18

(Tien Kumalasari)

Sri tak percaya apa yang didengarnya. Sri takut, terlalu banyak berharap lalu ia kembali bermimpi atau berhalusinasi.

"Sri, duduklah dulu."

Sri melangkah mendekati sofa, tapi matanya melirik kearah meja. Obat itu masih terletak manis disana, suatu sa'at akan dipaksanya memasuki kerongko ngannya, kemudian apapun bisa terjadi. 

"Jangan hiraukan ini." kata Sri sambil meraih botol itu. Sri kembali berdiri, tapi kemudian dilihatnya Mery berjalan kearah jendela, dan membuang isi botol itu.

Sri kembali duduk setelahMery  meletakkan botol kosong itu kembali.

"Aku mengerti, sekaranglah sa'atnya membalas semua perlakuannya."

"Apa yang akan kita lakukan?"

"Kamu harus menurut apa yang aku katakan nanti."

"Nurut bagaimana? Aku takut mbak.."

"Jangan takut, kamu tidak sendiri..."

Lalu Mery membuka almari.

"Bantu aku Sri," kata Mery sambil menurunkan tas besar dari atas almari.

Sri mendekat.

"Bawa beberapa baju ini, tolong masukkan kedalam tas."

"Semuanya?"

"Tidak, hanya beberapa, barangkali dijalan kita memerlukan berganti pakaian. Ini uang, beberapa, barangkali kita kelaparan dijalan. Masukkan semuanya, dompetnya taruh dika ntong samping."

"Sudah ?"

"Nah, taruh disudut sini supaya nggak kelihatan. KIta akan lari bersama-sama."

"Begitu mudahkah?"

"Mintalah kepada Tuhan mu agar memudahkan usaha kita ini," kata Mery.

"Itu juga Tuhanmu mbak, mohon ampunlah dan mohon pertolonganNya..  mBak harus percaya."

"Baiklah, aku percsya."

***

"Bener ya.. ini alamatnya? Masuk ke lorong-lorong sempit begini? " tanya Timan ketika bersama Bayu mendatangi salah satu alamat yang diberikan pak lurah.

"Iya, tuh, nama desanya benar.. coba terus mas, mungkin diujung sana ada orang yang bisa kita tanya tentang rumah Basuki. Atau perkebunan milik Basuki. Atau bisa juga sebuah pabrik."

Bayu dan Timan terus menyusuri jalanan berbatu dan berdebu.. memasuki sebuah dusun terpencil yang disana sini ditumbuhi semak pohon-pohon perdu. Tak banyak rumah disetiap ujung semak, kalaupun ada seperti tak berpenghuni. Mungkin penghuninya sedang bekerja disawah atau dikebun yang letaknya jauh.Debu mengepul tinggi begitu mobil Timan melintasi tanah kering karena lama tak turun hujan. Kalaupun hujan pasti lumpur menggenang dan akan lebih sulit dilalui.

"Lihat mas, ada orang didepan sana. Kita bisa bertanya nanti," seru Timan.

"Benar."

"Untunglah tadi memakai mobil saya mas, kalau saja pakai mobilnya mas Bayu, sayang dipakai melewati jalanan berbatu seperti ini."

"Nggak apa-apa sebenarnya, yang penting kan bisa sampai ditempat tujuan."

Ditengah perkebunan tebu mobil  Timan berhenti karena melihat seseorang sedang berjalan.  Bayu melongok keluar jendela.

"Ma'af pak, apaka didaerah sini ada rumah atau pabrik atau apa.. yang miliknya pak Basuki?"

Orang itu laki-laki setengah tua memakai caping dan membawa semacam arit, senjata untuk membersihkan rumput. Ia berhenti dan menatap Bayu dengan heran.

"Sampeyan ini siapa?".

"Saya ini orang dari kota pak, saya temannya pak Basuki. Bapak tau rumah Basuki dimana?"

"Saya menunggu rumahnya tuan Basuki."

"Haa, bagus kalau begitu, dimana rumahnya?"

"Agak jauh dari sini. Saya mau bersih-bersih kebun, ini tadi baru pulang mengambil arit."

"Baiklah, bapak naiklah ke belakang mobil saya, antar saya sampai kerumahnya ya."

"Lha untuk apa bapak mau kesana? Rumah itu kosong, tak ada penghuninya."

"Kosong? Apa dia tidak pernah pulang kemari?"

"Tidak, rumah itu hanya dipakai untuk gudang, kalau sa'at panen tiba."

"Jadi hanya setiap panen pak Basuki datang?"

"Tidak juga. Ada orang yang bertugas mengurusi semuanya."

"Siapa dia ?" 

"Namanya pak Herman, tapi saya juga tidak tau dia tinggal dimana. Hanya kalau sa'at panen dia datang, menjual hasil panen dan menyetorkannya. Tapi dia juga tidak pernah bertemu tuan Basuki. "

Bayu dan Timan saling pandang. Bayu mengangkat bahunya.

"Ada lagi rumah rumah pak Basuki yang lain?"

"Banyak pak, dia orang kaya."

"Didaerah sini?"

"Hanya satu. Bapak mau melihat rumahnya? Tapi itu bukan rumah, hanya gudang."

Bayu menoleh kearah Timan.

"Mau melihatnya?"

"Saya kira nggak ada gunanya mas, kita ke alamat yang lainnya saja.,"

"Baiklah pak, saya permisi dulu," kata Bayu.

Timan mencari tikungan didepan, untuk memutar balik mobilnya. Tapi  tiba-tiba ada mobil menuju kearahnya. Mobilnya bagus, Timan sudah memundurkan mobilnya ke tikungan agar bisa berbalik arah ketika mobil itu berhenti disamping pak tua dimana tadi Bayu bertanya-tanya. Timan belum jadi memutar balik mobilnya. Lagipula jalanan sempit susah untuk bersimpangan.

"Jangan-jangan itu Basuki." kata Bayu.

"Kita kesana ?"

"Sebentar, Dia berbicara dengan pak tua itu. Nah dia berjalan terus."

"Kalau jendela tertutup mana bisa melihat wajahnya."

"Kita samperin pak tua itu lagi saja. Kita bisa bertanya dia itu siapa."

Mobil itu sudah melintas didepan mobil Timan. Lalu Timan berbalik arah, lalu berhenti didekat pak tua itu tadi. 

"Pak..pak, numpang tanya lagi pak," teriak Timan.

Pak tua itu mendekat.

"Ya.."

"Itu tadi bukan pak Basuki?"

"Oh, bukan, itu pak Herman, mau mampir sebentar kegudang."

"Kita temui dia?"

"Ya, kepalang tanggung, kita sudah sampai disini," kata Bayu.

"Pak, saya mau ketemu pak Herman, bapak naiklah, supaya bisa menunjukkan dimana tempatnya."

"Baiklah."

Timan turun, lalu membuka penutup jok belakang, agar pak tua bisa naik lebih gampang. 

"Balik kesana ya pak?"

"Iya, arahnya kesana, masih agak lumayan."

Timan harus memutar lagi mobilnya. Tak apa, mereka berharap mendapat keterangan dari orang yang namanya pak Herman.

Namun ketika akhirnya mereka bertemu, pak Herman tak bisa mengatakan apapun tentang Basuki. Laki-aki bertubuh pendek dan berwajah tambun, tubuhnya gemuk penuh lemak, menemui Timan dan Bayu dengan wajah kurang ramah.

"Tuan Basuki itu majikan saya, tapi saya tidak bisa berhubungan langsung dengan dia. Saya tidak tau dimana rumahnya,"

"Berarti ada nomor kontaknya kan?"

"Saya tidak bisa menghubungi kalau bukan tuan Basuki yang menghubungi saya" kata pak Herman dengan wajah kurang senang.

"Dimana dia tinggal, bapak juga tidak tau?"

"Apa lagi itu. Ma'af, saya sedang terburu-buru, dan saya kira tak banyak keterangan tentang tuan Basuki yang bisa anda dapatkan dari saya."

Timan dan Bayu berpandangan. Itu isyarat mengusir dengan halus.

"Ayo kita pergi," ajak Bayu. 

Timan mengangguk, tapi diam-diam dia mencatat nomor polisi mobil Herman.

***

 

Sri masih menunggu apa yang nanti akan dilakukannya bersama Mery. Tampaknya Mery merasa bahwa akan dengan mudah mereka pergi dari tempat itu. Tapi Sri berdebar. Ini perjuangan yang bukan main-main. Mereka harus melumpuhkan Basuki terlebih dulu sebelum bisa pergi. Dan caranya sungguh membuat Sri pucat pasi.

"Nanti kamu pura-pura menyerah pada Basuki," kata Mery enteng.

"Apa?" Sri terkejut setengah mati.

"Pura-pura saja. Pura-pura itu tidak sungguhan."

"Tapi pura-pura menyerah itu kan berarti aku harus bersentuhan dengan dia? Tidak mbak, aduh.. jangan membuatku takut."

"Sri, apa kamu mau selamanya tinggal disini? Percayalah bahwa tak akan mudah bagi kita untuk keluar dari sini tanpa tipu daya seperti yang aku rencanakan ini."

 "Aduuh... bagaimana ini..." gemetar Sri lalu terduduk lemas.

"Dengar Sri, Basuki menyuruh aku memnberi kamu obat perangsang, artinya, ketika Basuki datang kamu tidak akan melawan."

"Ya Tuhaan.. ya Tuhaan...' Sri hampir menangis.

 "Sri, ini tergantung kamu..."

"mBak, kalau aku pura-pura menyerah, lalu dia terlanjur ngapa-ngapin aku bagaimana? Aku hanya perempuan, dia laki-laki, tinggi besar dan pasti kuat, mana bisa aku menghindar? Carilah cara yang lain mbak, aku tidak akan sanggup."

"Dasar bodoh !" kata Mery kesal.

"mBak, tolonglah ... cari cara yang lain."

"Nggak ada cara yang lain Sri, kalau kamu tidak sanggup ya sudah, aku mau pergi sekarang dan terserah kamu mau  ngapain disini," kata Mery sambil berdiri.

Sri menubruknya sambil menangis.

"Dengar, Basuki nanti paling hanya sesa'at menjamah kamu."

Sri merinding.. 

"Huh, kamu belum-belum sudah ketakutan. Basuki akan minum obat buatanku. Itu obat yang akan membuatnya pulas selama beberapa jam. "

"Nah, itu saja mbak, segera lakukan."

"Ya nggak bisa  begitu saja Sri, kamu harus pura-pura sudah meminum obat yang dia berikan,  Kalau tidak dia tak akan mau meminum minuman yang aku berikan."

"Mas Timaaan..." rintih Sri.

"Jangan gila Sri, mas Timanmu tak akan mendengar suaramu. Panggil mas Basuki, baru dia akan datang," kata Mery kesal.

"Jangan begitu mbak."

"Ya sudah. Sekarang kamu tiduran dulu disana,,"

"mBak..."

 "Cepat Sri, sudah sa'atnya dia datang kemari."

Mery menyiapkan gelas minuman dimeja. Minuman yang sudah dibubuhi racun untuk menidurkan Basuki beberapa sa'at lamanya.

Sri duduk dipinggir ranjang, wajahnya pucat pasi.

"mBak..." rintihnya cemas.

"Diamlah Sri..."

"Aku kan nggak tau, bagaimana caranya orang bersikap kalau sudah minum obat perangsang. Ia akan memejamkan matanya, diam, atau..."

"Tidak, ia akan menari-nari seperti kuda lumping." kata Mery seenaknya.

"mBak Mery... aku benar-benar nggak ngerti.

"Kamu berbaring, ketika dia datang kamu senyumlah, raih tangannya..lalu..."

"Tidaaaak..." pekik Sri. "Masa aku harus begitu..."

"Sri, ya sudah, aku sudah capek memberi tau kamu. Kalau kamu tidak mau berarti kita akan gagal."

Sri terisak. Berat rasanya kalau harus melakukan hal yang bertentangan dengan nuraninya. Ia belum pernah bersentuhan dengan lelaki, dalam arti bersentuhan pada suasana sedang terbakar asmara. Ini sungguh beban yang berat. Tapi ia harus melakukannya. Aduhai..

"Nah, minuman Basuki sudah siap." 

Mery mendekati Sri.

"Begini, aku ajari kamu, tidurlah, lalu senyum. Ini aku pura-pura jadi Basuki ya, nah.. gimana dong senyumnya, kok mewek sih? Senyum Sri.. aduh, itu sih bukan senyum, itu mencibir. Senyumnya begini.. ayolah, berkorban sedikit saja Sri. Nah, kalau Basuki mendekati kamu, kamu harus pura-pura mau .. dan raih tangannya..."

"Ya.. Tuhaan.."

"Berkorban sebentar saja Sri, jangan bawel."

"mBak, aku tuh belum pernah merasakan yang begitu-begitu. Susah.."

"Sekarang ayo latihan dulu.. begini.. lalu kamu tarik Basuki agar tidur disamping kamu.."

"Ampuuun..."

"Tarik aku, kuat..."

Sri menarik tangan Mery lalu Mery melompati tubuh Sri dan terkapar disamping Sri.

"Gampang kan?"

"Lha dia tidur disamping Sri begini, lalu aku bagaimana?"

"Sa'at itu dia sudah tak mampu mem buka matanya."

"Masa?"

"Benar, aku tidak bohong. "

"Ya Tuhan..."

"Buat agar ini hari terakhir dikamar ini, semua sudah aku siapkan, nanti kita lari dengan mobilku, tak akan ada yang menghalangi karena semua penjaga tau siapa aku."

Seperti begitu mudah. Pura-pura terpengaruh obat, lalu pura-pura tersenyum, lalu menarik tubuh Basuki, dan Basuki terkapar. Benarkah?

"Sri, kamu sudah siap?"

Sri mengangguk ragu-ragu.

"Sri..!!"

"Iya... iya.."

"Kamu mau pergi dari sini nggak?"

"Iya, aku mau.."

"Ya sudah, kamu siap kan, aku akan memanggil Basuki agar datang kemari."

"Adduuh... " Sri merintih. Alangkah berat jalan yang harus dilewati. 

Mery sudah keluar dari kamar, Sri ingin menjerit sekuat-kuatnya. Tapi jangan sampai ia berurai air mata agar Basuki tak curiga.

 

***

Mery menarik Basuki masuk kedalam kamarnya.

"Sudah oke ?"

Mery membentuk bulatan dengan ibu jari dan telunjuknya. Mery melirik kearah pembaringan. Sri terbaring sambil memeluk guling. 

"Minumlah dulu, supaya kamu bisa melakukannya dengan baik."

"Kamu memang kekasihku yang paling cantik," kata Basuki sambil mencium pipi Mery. Mery tersenyum, senyum yang sangat masam, untunglah Basuki tidak melihatnya.

"Minum dulu, setelah itu aku akan keluar."

"Setelah ini kamu mau hadiah apa? Ohooo.. bagaimana kalau kamu, aku dan dia jalan-jalan keluar negeri?"

"Terserah kamu saja. Sekarang sebaiknya kamu minum dulu, supaya tenagamu kuat seperti kuda."

Basuki terbahak. Aku selalu kuat, apa kamu lupa?"

"Minumlah, jangan mengecewakan aku yang sudah menyiapkan semua ini untuk kamu," 

"Oke..." 

Basuki meraih gelas dimeja, Mery menatapnya dengan berdebar.

Namun tiba-tiba ponsel Basuki berdering.

"Aduh, siapa ini mengganggu saja..."

Basuki meletakkan gelas yang sudah dipegangnya.

"Ada apa Herman? Siapa? Dua orang? Kamu tanya nggak siapa mereka? Goblog !! Mengapa tidak tanya siapa namanya?"

 

***

 

besok lagi ya


 

 

 

29 comments:

  1. Wow....muncul yang dutunggu. Terima kasih Mbak Tien. Salam dari Medan.

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah..., matur nuwun Mbak Tien eps 18 sdh tayang. Makin pet-petan saya bacanya sampai gemetar nahan emosi. Lanjut.... eps 19 ditunggu.
    Semoga Mbak Tien sehat selalu, selamat dahar saur dan diringankan dlm menjalankan ibadah puasa besuk hari. Nuwun...

    ReplyDelete
  3. Yg ditunggu akhirnya muncul. Makasih mba Tien. Salam sehat selalu. Lanjut mba..

    ReplyDelete
  4. Assalamu'alaikum...alhamdulillah sdh tayang lagii...ikut"an merry deg"an sampe gemetteerr saiiyyaa...salam kenal semuanya dari cici di malang...sugeng enjing mb tien tercinta...mugi pinaringan sehat,lancar sedayanipun...Aamiin YRA...lanjuutt

    ReplyDelete
  5. Apa yg akan terjadi??? Jd sport jantung

    ReplyDelete
  6. Halloww Meyrha.mb Wida.mb Sul mb Jum. Mb Dewi. Mb Umi. MbDewi.mb Yuyun. Mps Ngatno. Kaek Habi.ms Anton.ms Opa.ms Haryanto.ms Wongso.
    Hallow Medan. Jambi. Pangkalpinang Sawahlunto. Buekasi. Tangerang. Jakarta. Banyuwangi. Kediri. Bali. Malang. Madiun. Magelang . Jogya. Wonogiri. Solo. Pati
    Salam sehat sejahtera dari Solo

    ReplyDelete
  7. Halloww Meyrha.mb Wida.mb Sul mb Jum. Mb Dewi. Mb Umi. MbDewi.mb Yuyun. Mps Ngatno. Kaek Habi.ms Anton.ms Opa.ms Haryanto.ms Wongso.
    Hallow Medan. Jambi. Pangkalpinang Sawahlunto. Buekasi. Tangerang. Jakarta. Banyuwangi. Kediri. Bali. Malang. Madiun. Magelang . Jogya. Wonogiri. Solo. Pati
    Salam sehat sejahtera dari Solo

    ReplyDelete
  8. Matur Nuwun Jeng Tien saya tunggu dari sore.Salam sehat rohani dan jasmani (.Seroja) dari Jakarta

    ReplyDelete
  9. Trimakasih Bu Tien.. Sllu n sllu bikin tmbh gemeeees sajah.. Semoga sehat trs Bu Tien... Salam hangat dr Madiun yg sllu hadir

    ReplyDelete
  10. Hadeuuuuch ... ikut berdebar dwbar gak karuan ... mogo² selamet selamet kabeh itu 2 wanita Sri Mery dan Bayu Timan .. gitu ya Mbak Tien

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah eps _18 sdh ada mtr swn bunda Tien Jogya hadir salam Tahes Ulales ....lanjuuut

    ReplyDelete
  12. Halloww.. ms Pri. Bunda Nismah..
    Selamat sahur yaa

    ReplyDelete
  13. Halloww.. ms Pri. Bunda Nismah..
    Selamat sahur yaa

    ReplyDelete
  14. Bekasi hadir mb Tien salam sehat selalu.... Alhamdulillah Kembang Titipannya sdh hadir, semakin geregetan alur critane, lanjut mba ... sugeng santap sahur, mugi tansah pinaringan sehat lan raharjo, berkah samudayanipun. Aamiin ya Mujib

    ReplyDelete
  15. Tangerang hadir ☝️
    Koreksi sdikit ya buk....

    Jangan hiraukan ini." kata Sri sambil merih botol itu.
    # kata mery sambil.....

    Episode menegangkan , mturswun buk Tien , salam sehat 🙏🙏
    Di lanjuut....

    ReplyDelete
  16. Aduuuh bikin deg deg an aja.....menegangkan...semoga semuanya berjalan dgn lancar...aamiin...makasih jeung tien...semoga lancar menulis episode selanjutnya...langsung 2 part sekaligus...heeeeeee....ngarep

    ReplyDelete
  17. aduh . salam hangat dari garut jawa barat mudah2an. kita fi beri kesehatan lanjut emba kutunggu evisod. selanjutnya

    ReplyDelete
  18. Selamat pagi jeng Tien, naaf telat komen. Menika bahan editing naskah:

    1. "Jangan hiraukan ini." kata Sri sambil merih botol itu.
    # "Jangan hiraukan ini." kata Mery sambil meraih botol itu.

    2. "Bantu aku Sri," kata Meri sambil menurunkan tas besar dari atas almari.
    # ......." kata Mery sambil.....

    3. "Itu juga Tuhanmu mbak, mohon ampunlah dan mohon pertolonganNya.. mBak harus oercaya."
    "Baaiklah, aku percsya."
    # "Itu juga Tuhanmu mbak, mohon ampunlah dan mohon pertolongan-Nya.. mBak harus percaya."
    "Baiklah, aku percaya."

    4. "Bener ya.. ini alamatnya? Mssuk ke lorong-lorong sempit begini?
    # Bener ya.. ini alamatnya? Masuk ke lorong-lorong sempit begini?

    5. "Ma'af pak, apakah didaerah sini ada rumah atau pabrikapinmg atau apa.. yang miliknya pak Basuki?"
    # ...atau pabrik ...... (apa ??)

    6. Tapi itu bykan ruamh, hanya gudang."
    # Tapi itu bukan rumah, hanya gudang."

    7 "Kita temuti dia?" # "Kita temui....

    8. "Saya tidak bisa meghubungi kalau bukan tuan Basuki yang menghubungi saya"
    # .... menghubungi kalau.....

    9. "Dengar Sri, Basuki menyuruh aku memnberi kamu obat peangsang, artinya, ketika Basuki datang kamu tidak akan melawan."
    # "Dengar Sri, Basuki menyuruh aku memberi kamu obat perangsang, artinya, ketika Basuki datang kamu tidak akan melawan."

    10. Carilah cara yang lain mbah, aku tidak akan sanggup."
    # ..... cara lain mbak, aku.....

    11. terserah kamu mau ngapain disini," kata Meri sambil berdiri.
    # ....." kata Mery sambil berdiri.

    12. "mBak... cepat Sri, sudah sa'atnya dia datang kemari."
    # "mBak......, " rintih Sri.
    "Cepat Sri, sudah saatnya dia datang
    kemari."

    13. Senyum beigini.. ayolah, berkorban sedikit saja Sri. # Senyumnya begini...

    Hanya ini jeng Tien semoga bermanfaat.

    ReplyDelete
  19. Tuh..... Apa kubilang.
    Sudah dech.... kalau ngubeg-ubeg emosi pembaca, bu Tien Kumalasarilah orangnya, begitu piawai mengolah kata dibawa kemana dulu kita mengikuti alur ceritanya... deg-degan terus, euy....
    Lanjut jeng, kok tambah malam jam tayangnya??????

    ReplyDelete
  20. Ikut berdebar...takut terjadi apa apa dengan sri...ya Allah lindungilah sri dari nafsu bejad basuki...
    Mksh mb tien, sehat selalu

    ReplyDelete
  21. Selamat pagi jeng tien begitu bangun ada sarapan teman duduk sanatai.
    Semoga sri lolos dari basuki dan merry tulus membantu salam sehat dari jakarta

    ReplyDelete
  22. Haduuh semakin seru, tambah deg degan.....penasaran terus,lanjut mba.

    ReplyDelete
  23. Selamat sore mb Tien...Bali hadir menantikan eps 19. Semoga mb Tien sehat selalu

    ReplyDelete
  24. Sd pkl 22.30 wib, yang ditunggu KT_19, belum juga tayang.
    Selamat malam selamat beristirahat, agar besuk dini hari tidak terlambat sholat sepertiga malamnya, makan sahurnya. Sugeng sare.

    ReplyDelete
  25. Seru serem mbak Tien deg deg an hee...semoga sri mery berhasil keluar dari cengkeraman basuki..menunggu kelanjutanya mbak

    ReplyDelete